YakusaBlog- Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak 2018 tentunya sudah di depan
mata. Banyak dari kalangan masyarakat menyatakan ini adalah pesta demokrasi,
untuk memilih pemimpin di daerah yang melakukan Pilkada serentak 2018, dan
macam-macam argumentasi lainnya. Bagi saya, pesta demokrasi itu adalah bohong
belaka, pesta itu harus ditinggalkan. Tapi terserah kepada Anda, dalam tulisan
ini, saya tidak membahas apakah kita mengikutinya tatu tidak. Fokus pembicaraan
dalam tulisan ini adalah membahas tentang terjadinya pencemaran politik praktis
di dalam tubuh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Saya melihat bahwa HMI saat ini telah dicemari oleh praktik-praktik politik
praktis. Praktik politik yang tak beradab. Sistem politik yang tidak
berkualitas secara esensi bagaimana sistem politik itu. Sistem politik hari ini
hanya banyak menghambur-hamburkan uang negara. Kegiatan-kegiatannya hanya untuk
menyedot uang negara.
Pencemaran-pencemaran politik praktis yang maksud itu dapat kita lihat
misalnya seperti berambisiusnya seseorang untuk menuju kekuasaan, menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan kekuasaan, kelompok yang kuat menindas
kelompok yang lemah. Kelompok-kelompok yang kecil tidak diperhitungkan walau
benar. Terlihat praktik sistem Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), dan masih
banyak lainnya yang tidak menunjukkan etika politik yang baik.
Pencemaran politik praktis yang tak beretika itu masuk ke dalam tubuh HMI
itu sendiri. Menurut saya, hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
Pertama, kader-kader HMI saat ini tidak memahami secara utuh apa yang menjadi
tujuan, azas dan landasan perjuangan HMI. Jika kader-kader HMI memahami hal-hal
yang baru kita sebutkan tadi, Insya Allah
akan dapat menjaga HMI dari pencemaran.
Kedua, tentu ini sering sekali kita mendengarnya, yaitu memahami dan memegang
teguh independensi HMI. Kader HMI tentu mengetahui ada berapa macam sifat
independensi HMI. Independensi Etis (perilaku kader) dan Independensi
Organisatoris (perilaku organisasional) harus dijaga dan dipegang teguh oleh
setiap kader-kader HMI. Kader-Kader HMI itu hanya tunduk, patuh dan bergantung
kepada kebenaran, yaitu Allah Swt.
Baca juga: Menjaga dan Merawat Independensi HMI
Kader HMI tidak boleh takut pada pihak pemerintah dan pihak birokrasi
kampus yang mendzalimi rakyat dan mendzalimi dirinya secara khusus di kampus.
Kader-kader HMI tidak boleh bergantung diri kepada pemerintah, partai politik,
dan kampus. Cukuplah hanya kepada Allah Swt. saja. Karena Dia-lah satu-satunya
penguasa dan raja di dunia dan di akhirat.
Penyebab yang ketiga adalah
dengan tidak memahaminya dan tidak memegang teguh apa yang kita sebutkan pada
sebab yang pertama dan sebab yang kedua, maka kader-kader HMI yang masih
berproses aktif, atau masih berstatus sebagai Anggota Biasa, terlibat di dalam
suatu partai politik atau menjadi tim sukses dalam pertarungan calon-calon
pejabat politik.
Keempat, banyak alumni-alumni HMI yang berada dalam jabatan politik atau aktif
dalam partai politik melibatkan adik-adiknya di Komisariat, Cabang, Badko
hingga PB HMI. Memanfaatkan massa HMI sebagai marketing politik di masyarakat.
Kelima, gagalnya kader-kader HMI saat ini memahmi tentang politik itu sendiri,
baik secara teoritis dan praktik. Akibatnya maka terjadilah tiga kemungkinan,
yaitu: (a) Kader-kader kita memahami politik itu apa yang sedang dilihatnya di
media-media sekarang. (b) Kader-kader kita menjadi malas untuk mempelajari
bagaimana politik itu. Bahkan politik dijadikan barang haram dan tidak layak
untuk diiukuti dan juga dianggap merusak. (c) Akibat dari kemungkinan kedua,
kader-kader HMI saat ini hanya memandang bahwa HMI ini hanya tempat berkumpul
saja. Mereka akan malas, bahkan hilang nalar kritisnya terkait masalah sosial
yang sedang terjadi.
Perlu kita luruskan bahwa, di HMI, kita tidak diharamkan untuk mempelajari
apa dan bagaimana itu politik. Di HMI, kita mempelajari politik supaya dapat
mengkritisi para pejabat (walau alumni HMI sekalipun) supaya berpihak kepada
rakyat yang betul-betul dalam kesusuhan. Kader-kader HMI tidak boleh
menempatkan diri sebagai “tangan kanan” pejabat-pejabat negara. Kader-kader HMI
tidak boleh membiarkan pihak-pihak pejabat pemerintahan dan swasta melaukan
suatu tindakan yang merugikan kelompok-kelompok banyak. Kita tidak boleh
membiarkan adanya komersialisasi pendidikan di sekolah-sekolah dan di
kampus-kampus dan juga dilembaga-lembaga lainnya. Tidak membiarkan adanya
kedzaliman yang menimpa rakyat susah (kaum Musthada’afin)
Jika kita, sebagai kader HMI saat ini, ingin lepas dari pencemaran politik
praktis, kita harus betul-betul meluruskan niat di dalam HMI. Jika ingin kritis
dan HMI tidak dirusak oleh penguasa-penguasa negara, kita harus melepaskan diri
dari sistem perbudakan yang mereka buat lewat Undang-Undang atau
peraturan-peraturan. Undang-Undang atau suatu peraturan itu dapatlah kita tolak
jika tidak sesuai dengan asas kita, yaitu Islam. hanya Islamlah yang menjadi
ukuran kita. Hanya Al-Qur’an dan Al-Hadits-lah yang menjadi sumber utama
perjuangan kader-kader HMI, dan hal itu telah ada di dalam NDP HMI. Tentunya
setiap kader harus paham dan menjalankan apa yang ada di dalam NDP HMI.
Baca juga: Mengapa NDP HMI Itu Sangat Luar Biasa?
Baca juga: Mengapa NDP HMI Itu Sangat Luar Biasa?
Kader-kader HMI dipersilahkan untuk berpolitik, karena berpolitik adalah
hak alamiah dalam diri setiap manusia. Karena berorganisasi itu juga bagian
daripada politik. Hidup tidak bisa lepas dari politik. Akan tetapi, politik itu
selayaknya digunakan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia. Dalam berpolitik
harus ada etika politik yang baik dan karakter politik yang terpuji. Bukan
politik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan atau tampuk kepemimpinan.
Setalah berkuasa atau memimpin kemudian melakukan suatu penindasan, baik secara
halus dan secara kasar, dan atau melakukan kedzaliman kepada manusia lainnya.
Dalam tulisan terakhir pada pembahasan ini, saya salinkan etika berpolitik
yang baik menurut filosof Islam, Ibnu Khaldun, dalam bukunya yang sangat
terkenal baik di Timur juga terkenal di belahan dunia Barat, yang berjudul Mukaddimah.
Ibnu Khaldun mencontohkan bahwa etika berpolitik yang baik itu seperti
kedermawanan, mudah memaafkan kesalahan-kesalahan, mau menerima dan
berinteraksi dengan orang-orang yang tidak mampu, menghormati dan memuliakan
tamu-tamu yang datang, membantu semua orang, memberikan mata pencaharian kepada
yang tidak memiliki pekerjaan, bersabar atas berbagai cobaan, menepati janji,
mendermakan sebagian harta benda untuk menjaga harga diri dan kehormatan,
mengagungkan hukum agama dengan menjalankan dan menegakkannya, memuliakan dan
menaruh hormat kepada para ulama yang wara’
dengan keilmuannya, mengikuti petuah dan nasihat mereka untuk mengerjakan
sesuatu atau meninggalkannya dan berbaik sangka terhadap mereka, mempercayai
orang-orang yang ahli dalam agamannya, tunduk pada kebenaran dan menyerukannya
kepada orang lain, berempati kepada orang-orang cacat dan berupaya meringankan
kondisi mereka dan mengikuti kebenaran yang dinasihatkannya, bersikap rendah
hati kepada orang-orang miskin, mendengar keluhan orang-orang yang meminta
bantuan, bersikap dan berprilaku sesuai dengan perintah agama dan aturan-aturan
syariat, bersungguh-sungguh dalam beribadah dan berupaya meningkatkannya,
menjauhkan diri dari penghianatan, menjauhkan diri dari penipuan, dari monopoli,
tidak melanggar perjanjian, dan berbagai karakter terpuji lainnya.
Kiranya etika berpolitik yang baik atau karakter-karakter terpuji yang
disebutkan di atas dapat diaplikasikan oleh setiap kader-kader HMI sesuai
dengan kondisi dan kemampuan. Serta juga dapat diaplikasikan oleh alumni-alumni
HMI yang telah menjadi pejabat atau juga sebagai masyarakat biasa. Tentunya sesuai
dengan kondisi dan kemampuan kita juga.
Semoga Allah Swt. meridhoi usaha-usaha baik HMI dan meridhoi kader-kader
HMI, serta alumni-alumni HMI dalam merealisasikan terbentuknya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah Subhanu wata’ala.
Aminn.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment