Resensi Buku Metafisika Iqbal - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday 30 December 2017

Resensi Buku Metafisika Iqbal


YakusaBlog- Muhammad Iqbal lahir di Lahore, Pakistan pada 22 Februari 1873. Dia lahir dari seorang ayah yang terkenal akan ketakwaannya. Ayahnya adalah seorang sufi ternama pada waktu itu. Sejak kecil dia selalu mendapatkan didikan langsung dari ayahnya terkait dengan Al-Qur'an. Pada waktu Muhammad Iqbal kecil dia sudah banyak sekali mengahafal ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga dengan pembelajarannya tersebut dan telah memahami Al-Qur'an, itu dijadikan sebuah pijakan Iqbal dalam berfikir. Semangat untuk menyelami dunia keislaman dia peroleh dari seorang ayahnya. Ayahnya mengatakan kepada Iqbal bahwasanya "Jika kamu ingin memahami Al-Qur'an, maka anggaplah bahwa Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu.” Itulah motivasi dari seorang ayahnya yang sehingga dia menyelami dunia keislaman.
Iqbal adalah seorang filsuf empiris, yang mendasarkan pengetahuan dari pengalaman. Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan tidak lepas dari filsuf Barat yaitu seperti halnya Aristoteles, Henry Bergson dan Immanuel Kant. Iqbal mengatakan bahwasanya "Ilmu itu bisa kita gapai dari manapun dan sudah selayaknya kita membuka diri untuk belajar dari filsuf-filsuf Barat.
Seperti Muslim pada saat dulu yang belajar dari filsuf-filsuf Barat yakni yang belajar gravitasi pada Newton. Ibnu rusyd yang mencoba mendamaikan filsafat dengan agama dan sebagainya.
Dia belajar dari seorang tokoh terkemuka Thomas Arnold di Goverment School terkait filsafat Islam, dia belajar banyak dari Thomas tersebut. Dan juga mendapatkan bimbingan maupun arahan dari Mac Taggart ketika Iqbal belajar di London terkait dengan pemikiran-pemikiran filsuf Barat.  Dengan kecerdasannya, yang selalu mendapatkan prestasi, ia diangkat sebagai ketua jurusan filsafat. Kemudian dia kembali ke kampung halamannya dan menjadi pengacara di tanah kelahirannya.
Pada tahun 1922 ia dijadikan sebagai kepala di sebuah universitas di tempat kelahirannya. Dia meninggal pada tahun 1923 dan belum sempat melihat perkembangan tempat kelahirnnya tersebut yang menjadi Repulik Islam Pakistan. Dia salah satu pencetus adanya revolusi tersebut yang terjadi di Pakistan. Muhammad Iqbal berdasarkan pemikirannya, ia telah mengkritisi para filsuf Yunani seperti halnya Plato. Plato tersebut telah mengungkapkan bahwa dunia itu tidaklah nyata, karena semua itu berasal dari idea. Maka dari itu Iqbal berbeda dengan apa yang telah dipikirkan oleh Plato bahwasanya dunia itu ada dan nyata dan setiap individupun bisa berubah dengan pengalaman yang mereka alami. Pengalaman tersebutlah yang kemudian menjadi tahapan untuk mencapai seluruh pengetahuan dan tanpa pengalaman itu tidak dapat membawa fondasi kepada pengetahuan.
Dr. Ishrat Hasan Enver telah menggambarkan pemikiran dari metafisika Muhammad Iqbal yang mana untuk sebagai landasan buku karangan dari Muhammad Iqbal yang berjudul The Recontruction Of Religious Thought In Islam. Metafisika sendiri menurut kamus ilmiah yakni yang ia merupakan cabang filsafat yang membicarakan problem watak yang sangat mendasar daripada benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman yang langsung secara komprehensif.
Sebelumnya Kant  pernah mempertanyakan apakah mungkin metafisika itu? Karena suatu pengetahuan itu ada ketika adanya ruang dan waktu. Adanya perubahan dan adanya benda dikarenakan adanya ruang dan waktu, hal itu merupakan sebuah fenomena. Kant mengungkapkan juga bahwasanya itu merupakan realitas subjektif dan bukan realitas objektif.
Iqbal setuju dengan pemikiran dari Kant tersebut terkait dengan ruang dan waktu itu landasan untuk mencapai sebuah pengetahuan. Namun itu hanyalah pengetahuan yang bisa dicapai dengan pengalaman level normal. Dan Iqbal pun berbeda dengan Kant yakni ada pengalaman di atas pengalaman level normal yang dinamakan intuisi. Intuisi tersebut adalah pengalaman yang unik, spesial dan berbeda dengan yang lain. Pengalaman tersebut tidak bisa diuraikan secara rinci karena sejatinya pengalaman tersebut berbeda dengan pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca indra. Tidak semua manusia bisa merasakan pengalaman tersebut, tetapi setiap manusia bisa mencapai intuisi, jika itu dilakukannya.
Pemikirannya terkait dimensi yang dimiliki manusia itu ada tiga hal yakni panjang, lebar dan dalam. Maksudnya dari itu ialah manusia tidak hanya memiliki pemikiran dan persepsi saja. Ada wujud terdalam dalam diri manusia yang tidak bisa dikonsepsikan yakni pengalaman diatas pengalaman level normal.
Ciri-ciri dari intuisi yang dikemukakan oleh Iqbal yaitu pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang nyata. Pengalaman tersebut merupakan satu kesatuan yang tak bisa di uraikan. Pengalaman tersebut merupakan keseluruhan yang teranalisa. Namun pengalaman itu memang benar ada dan nyata juga menerima realitas sebagai keseluruhan. Intuisi atau pengalaman tersebut merupakan milik khas hati.
Penekanan dari filsafat Iqbal yaitu pada Diri. Diri tersebut ada dan nyata yang dinamakan intuisi diri. Ia mempunyai sifat memerintah, bebas dan abadi. Dalam suatu tindakan pastilah adanya tujuan dan itu akan mengisi ruang kosong dalam diri ini. Tanpa adanya tujuan dalam tindakan maka akan adanya kehampaan atau kekosongan dalam diri. Tujuan tersebut dinamakan hasrat atau keinginan yang ingin dicapai dalam sebuah tindakan. Setelah hasrat yang memicu akan adanya tindakan yaitu cinta. Cinta tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar dalam tindakan. Cinta tersebut membuat kehidupan baru dalam diri. Sehingga apa yang dimiliki oleh diri terkait dengan hasrat maupun cinta itu ia bersifat apresiatif. Semua tindakan yang dilakukan diri itu karena adanya hukum kausalitas atau sebab-sebab diri itu bertindak. Itulah yang membuat diri ini ada dan nyata keberadaannya. Berbeda dengan panteisme yang mana diri itu tidak nyata kenberadaannya, ia larut dalam Tuhan atau menyatu dengan Tuhan.
Kemudian setelah adanya diri yakni adanya Dunia materi. Dunia tersebut nyata dan ada. Keberadaan dunia bisa dilihat dari adanya suatu realitas subjek dan objek. Tanpa adanya subjek dan objek tersebut, maka tidak adanya pengetahuan. Hal tersebut merupakan hukum kausalitas yang nyata keberadaannya. Realitas materi yang membentuk sebuah pengetahuan dalam diri bisa dilihat dengan Intuisi. Intuisi atau pengalaman tersebutlah yang menjadikan adanya perubahan dan itu semua tidak membuat hakikat diri tersebut bersifat statis. Dunia materi tersebut berkembang atau dinamis. Karena tindakan tersebut yang dilakukan diri selalu tidak sama walaupun dalam ruang yang sama. Hakikatnya yakni adanya tindakan dalam diri dan menjadikan perubahan karena adanya suatu pengalaman-pengalaman yang berubah.
Yang Mutlak atau Tuhan merupakan realitas Tertinggi. Keberadaan relaitas Tertinggi tersebut menyerap realitas terbatas, namun tidak menghilangkan eksistensi dari diri atau ego. Diri tersebut memang nyata keberadaannya. Diri tersebut tidak bisa dihilangkan dari kehidupan nyata, karena diri itu mempunyai sifat kehendak bebas. Dia bebas untuk melakukan apapun dan diri itu tidak menyatu dan tidak pula terpisah dengan Ego Tertinggi. Sejatinya Ego Tertinggi pun memiliki sifat-sifat yakni Maha Kreatif, Maha Tahu, Maha Kuasa dan Abadi. Yang Absolut tersebut bisa dirasakan dengan kesungguhan untuk mencarinya dan bisa dikatakan itu hal yang subjektif untuk merasakan eksistensi Tuhan. Sejatinyapun ada hubungan antara Yang Mutlak dengan diri yakni dengan do'a. Do'a adalah keheningan batin manusia untuk direspon dalam keheningan alam dahsyat. Sehingga dengan hal itu, ada hubungan antara yang terbatas dengan Realitas Tertinggi.[]

Penulis buku   : Dr. Ishrat Hasan Ever
Judul buku     : Metafisika Iqbal
Terbitan         : Pustaka Pelajar
Cetakan         : 1, Tahun 2004, 134 hal.
ISBN             : 979-3477-44-X
Resensrator  : M. Irvan Nur Rofik

Pegiat Sekolah Tinggi Anak HMI (STAHMI)

No comments:

Post a Comment