YakusaBlog- Muhammad Iqbal lahir
di Lahore, Pakistan pada 22 Februari 1873. Dia lahir dari seorang ayah yang terkenal akan ketakwaannya. Ayahnya adalah
seorang sufi ternama pada waktu itu. Sejak kecil dia selalu mendapatkan didikan
langsung dari ayahnya terkait dengan Al-Qur'an. Pada waktu Muhammad Iqbal kecil
dia sudah banyak sekali mengahafal ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga dengan pembelajarannya tersebut dan
telah memahami Al-Qur'an, itu dijadikan sebuah pijakan Iqbal dalam berfikir.
Semangat untuk menyelami
dunia keislaman dia peroleh dari seorang ayahnya. Ayahnya mengatakan kepada Iqbal
bahwasanya "Jika kamu ingin memahami Al-Qur'an, maka anggaplah bahwa Al-Qur'an
itu diturunkan kepadamu.” Itulah motivasi dari seorang ayahnya yang sehingga
dia menyelami dunia keislaman.
Iqbal adalah seorang
filsuf empiris, yang mendasarkan pengetahuan dari pengalaman. Pemikiran-pemikiran
yang dikemukakan tidak lepas dari filsuf Barat yaitu seperti halnya
Aristoteles, Henry Bergson dan Immanuel Kant. Iqbal mengatakan bahwasanya
"Ilmu itu bisa kita gapai dari manapun dan sudah selayaknya kita membuka
diri untuk belajar dari filsuf-filsuf Barat.
Seperti Muslim pada
saat dulu yang belajar dari filsuf-filsuf Barat yakni yang belajar gravitasi
pada Newton. Ibnu rusyd yang mencoba mendamaikan filsafat dengan agama dan
sebagainya.
Dia belajar dari
seorang tokoh terkemuka Thomas Arnold di Goverment
School terkait filsafat Islam, dia belajar banyak dari Thomas tersebut. Dan juga mendapatkan bimbingan maupun arahan dari
Mac Taggart ketika Iqbal belajar di London terkait dengan pemikiran-pemikiran filsuf Barat. Dengan kecerdasannya, yang selalu mendapatkan
prestasi, ia diangkat sebagai ketua jurusan filsafat. Kemudian dia kembali ke kampung
halamannya dan menjadi pengacara di tanah kelahirannya.
Pada tahun 1922 ia
dijadikan sebagai kepala di sebuah universitas di tempat kelahirannya. Dia
meninggal pada tahun 1923 dan belum sempat melihat perkembangan tempat kelahirnnya
tersebut yang menjadi Repulik Islam Pakistan. Dia salah satu pencetus adanya revolusi tersebut yang terjadi di Pakistan. Muhammad Iqbal berdasarkan pemikirannya, ia telah mengkritisi para filsuf
Yunani seperti halnya Plato. Plato tersebut telah mengungkapkan bahwa dunia itu
tidaklah nyata, karena semua itu berasal dari idea. Maka dari itu Iqbal berbeda
dengan apa yang telah dipikirkan oleh Plato bahwasanya dunia itu ada dan nyata
dan setiap individupun bisa berubah dengan pengalaman yang mereka alami.
Pengalaman tersebutlah yang kemudian menjadi tahapan untuk mencapai seluruh
pengetahuan dan tanpa pengalaman itu tidak dapat membawa fondasi kepada pengetahuan.
Dr. Ishrat Hasan
Enver telah menggambarkan pemikiran dari metafisika Muhammad Iqbal yang mana
untuk sebagai landasan buku karangan dari Muhammad Iqbal yang berjudul The Recontruction Of Religious Thought In
Islam. Metafisika sendiri menurut kamus ilmiah yakni yang ia merupakan
cabang filsafat yang membicarakan problem watak yang sangat mendasar daripada
benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman yang langsung secara
komprehensif.
Sebelumnya Kant pernah mempertanyakan apakah mungkin
metafisika itu? Karena suatu pengetahuan itu ada ketika adanya ruang dan waktu.
Adanya perubahan dan adanya benda dikarenakan adanya ruang dan waktu, hal itu
merupakan sebuah fenomena. Kant mengungkapkan juga bahwasanya itu merupakan
realitas subjektif dan bukan realitas objektif.
Iqbal setuju dengan
pemikiran dari Kant tersebut terkait dengan ruang dan waktu itu landasan untuk
mencapai sebuah pengetahuan. Namun itu hanyalah pengetahuan yang bisa dicapai
dengan pengalaman level normal. Dan Iqbal pun berbeda dengan Kant yakni ada
pengalaman di atas pengalaman level normal yang dinamakan intuisi. Intuisi
tersebut adalah pengalaman yang unik, spesial dan berbeda dengan yang lain.
Pengalaman tersebut tidak bisa diuraikan secara rinci karena sejatinya
pengalaman tersebut berbeda dengan pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca
indra. Tidak semua manusia bisa merasakan pengalaman tersebut, tetapi setiap
manusia bisa mencapai intuisi, jika itu dilakukannya.
Pemikirannya terkait
dimensi yang dimiliki manusia itu ada tiga hal yakni panjang, lebar dan dalam.
Maksudnya dari itu ialah manusia tidak hanya memiliki pemikiran dan persepsi
saja. Ada wujud terdalam dalam diri manusia yang tidak bisa dikonsepsikan yakni
pengalaman diatas pengalaman level normal.
Ciri-ciri dari
intuisi yang dikemukakan oleh Iqbal yaitu pengalaman tersebut merupakan
pengalaman yang nyata. Pengalaman tersebut merupakan satu kesatuan yang tak
bisa di uraikan. Pengalaman tersebut merupakan keseluruhan yang teranalisa.
Namun pengalaman itu memang benar ada dan nyata juga menerima realitas sebagai
keseluruhan. Intuisi atau pengalaman tersebut merupakan milik khas hati.
Penekanan dari
filsafat Iqbal yaitu pada Diri. Diri tersebut ada dan nyata yang dinamakan
intuisi diri. Ia mempunyai sifat memerintah, bebas dan abadi. Dalam suatu tindakan
pastilah adanya tujuan dan itu akan mengisi ruang kosong dalam diri ini. Tanpa
adanya tujuan dalam tindakan maka akan adanya kehampaan atau kekosongan dalam
diri. Tujuan tersebut dinamakan hasrat atau keinginan yang ingin dicapai dalam
sebuah tindakan. Setelah hasrat yang memicu akan adanya tindakan yaitu cinta.
Cinta tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar dalam tindakan. Cinta
tersebut membuat kehidupan baru dalam diri. Sehingga apa yang dimiliki oleh
diri terkait dengan hasrat maupun cinta itu ia bersifat apresiatif. Semua
tindakan yang dilakukan diri itu karena adanya hukum kausalitas atau
sebab-sebab diri itu bertindak. Itulah yang membuat diri ini ada dan nyata
keberadaannya. Berbeda dengan panteisme yang mana diri itu tidak nyata kenberadaannya,
ia larut dalam Tuhan atau menyatu dengan Tuhan.
Kemudian setelah
adanya diri yakni adanya Dunia materi. Dunia tersebut nyata dan ada. Keberadaan
dunia bisa dilihat dari adanya suatu realitas subjek dan objek. Tanpa adanya
subjek dan objek tersebut, maka tidak adanya pengetahuan. Hal tersebut
merupakan hukum kausalitas yang nyata keberadaannya. Realitas materi yang
membentuk sebuah pengetahuan dalam diri bisa dilihat dengan Intuisi. Intuisi
atau pengalaman tersebutlah yang menjadikan adanya perubahan dan itu semua
tidak membuat hakikat diri tersebut bersifat statis. Dunia materi tersebut
berkembang atau dinamis. Karena tindakan tersebut yang dilakukan diri selalu
tidak sama walaupun dalam ruang yang sama. Hakikatnya yakni adanya tindakan
dalam diri dan menjadikan perubahan karena adanya suatu pengalaman-pengalaman
yang berubah.
Yang Mutlak atau
Tuhan merupakan realitas Tertinggi. Keberadaan relaitas Tertinggi tersebut
menyerap realitas terbatas, namun tidak menghilangkan eksistensi dari diri atau
ego. Diri tersebut memang nyata keberadaannya. Diri tersebut tidak bisa
dihilangkan dari kehidupan nyata, karena diri itu mempunyai sifat kehendak
bebas. Dia bebas untuk melakukan apapun dan diri itu tidak menyatu dan tidak
pula terpisah dengan Ego Tertinggi. Sejatinya Ego Tertinggi pun memiliki
sifat-sifat yakni Maha Kreatif, Maha Tahu, Maha Kuasa dan Abadi. Yang Absolut
tersebut bisa dirasakan dengan kesungguhan untuk mencarinya dan bisa dikatakan
itu hal yang subjektif untuk merasakan eksistensi Tuhan. Sejatinyapun ada
hubungan antara Yang Mutlak dengan diri yakni dengan do'a. Do'a adalah
keheningan batin manusia untuk direspon dalam keheningan alam dahsyat. Sehingga
dengan hal itu, ada hubungan antara yang terbatas dengan Realitas Tertinggi.[]
Penulis buku : Dr. Ishrat Hasan
Ever
Judul buku : Metafisika Iqbal
Terbitan : Pustaka Pelajar
Cetakan : 1, Tahun 2004, 134 hal.
ISBN : 979-3477-44-X
Resensrator : M. Irvan
Nur Rofik
Pegiat Sekolah Tinggi Anak HMI (STAHMI)
No comments:
Post a Comment