Pemikiran Mengenai Perang Di Kalangan Pemikir-Pemikir Marxis - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday 18 December 2017

Pemikiran Mengenai Perang Di Kalangan Pemikir-Pemikir Marxis


YakusaBlog- Perluasan pemikiran mengenai peperangan datang juga dari pihak Karl Marx,  Friedrich Engels, dan pengikut-pengikut Marx. Mereka mempunyai perhatian yang sangat besar pada soal-soal peperangan dan Engels banyak menulis tentang soal-soal militer. Marx dan Engels mempelajari dengan teliti pemberontakan-pemberontakan yang gagal pada tahun 1848 di Eropa, terutama di Prancis dan mereka mencoba menarik pelajaran dan pengalaman dari pemberontakan-pemberontakan yang gagal itu untuk merumuskan bagaimana seharusnya disusun strategi dan taktik pemberontakan yang lebih tepat di masa depan.
Dekan kata lain, mereka meletakkan dasar-dasar untuk usaha-usaha mempelajari pemberontakan secara ilmiah, seperti yang kemudian dikatakan oleh Lenin: “Insurrection is an art much as war.” (Pemberontakan adalah suatu seni sama seperti peperangan).
Marx dan Engels mempelajari soal peperangan sebagai bagian dari usaha mereka yang sangat luas untuk menyusun teori-teori yang akan menjadi pedoman untuk bertindak bagi apa yang mereka sebut klas proletar dengan tujuan untuk melahirkan masyarakat baru di seluruh dunia. Dengan kata lain, mereka mempelajari peperangan sebagai bagian integral dari ajaran mereka yang bersifat dinamis dan militan.
Selain daripada itu, maka Marx dan Engels menekankan bahwa kekuatan militer dan cara-cara berperang itu terjalin dengan keadaan dan tingkat dari suatu masyarakat umumnya, dengan keadaan politik, dengan kemajuan teknik serta kemampuan produksinya. Engels menuliskan: “Sukses dalam bidang militer tergantung dari produksi senjata-senjata, hal mana pada gilirannya tergantung dari produksi pada umumnya. Pengaruh dari Panglima-Panglima yang besar terbatas pada penyesuaian cara-cara berperang yang konvensionil kepada senjata-senjata baru dan kepada situasi dari orang-orang yang bertempur.”
J.F.C. Fuller dalam bukunya A Military History of the Western World jilid III (New York 1956) menulis bahwa, ada tiga orang yang bernama Karel mempunyai pengaruh yang sangat besar atas pemikiran dalam abad ke-19 di Eropa Barat, yakni Carl von Clausewitz dengan bukunya Vom Kriege (1832), Karl Marx dengan bukunya Manifesto Communis (1848), dan Charles Darwin dengan bukunya The Origin of Species (1859). Fuller pun menuliskan: “All three were profets of the mas-struggle in war, in social life and in biology.” (Ketiganya adalah nabi-nabi perjuangan massa perang, dalam masyarakat, dan dalam bidang biologi).
Dalam bidang peperangan, pengikut-pengikut Marx mula-mula memusatkan perhatian mereka pada cara-cara mempersiapkan dan menjalankan pemberontakan. Dalam hubungan ini mereka memberikan perhatian yang besar kepada cara-cara untuk menginfiltrasi, mendemoralisasi, mendesorganisasi tentera dari pemerintah-pemerintah yang hendak mereka tumbangkan. (Baca: Stefan Possony: A Century of Conflict, Communist Techniques or World Revolution. Chicago 1953).
Baik dalam bidang teori dan dalam organisasi, maka Lenin pun menyempurnakan usaha-usaha dari pengikut-pengikut Marx dalam soal pemberontakan dan revolusi. Demikianlah Lenin berhasil untuk merebut kekuasaan di Rusia sesudah Perang Dunia Pertama berakhir. Sejak itu, berkembanglah di Rusia pemikiran mengenai peperangan, dimana unsur-unsur pikiran Clausewitz dipadukan dengan unsur-unsur pikiran Marx, Engels, dan Lenin.
Engels telah menekankan bahwa pada tingkat terakhir kemampuan berperang tidak ditentukan oleh keulungan dari panglima-panglima saja, melainkan dari produksi senjata dan bahwa produksi senjata itu tidaklah terlepas dari produksi umumnya. Oleh sebab itu, di samping memperkembangkan “doktrin militer” yang bercorak khusus, maka Rusia membangun industri-industri dasar dalam rencana-rencana lima tahunnya. Dalam memperkembangkan kecakapan militernya, mereka tidak segan-segan untuk mengirim perwira-perwira mereka belajar pada sekolah-sekolah militer di Jerman.
Di antara Perang Dunia Pertama dan Kedua, umumnya orang di luar Rusia tidak banyak mengetahui dan tidak mempunyai anggapan yang tinggi mengenai kekuatan militer dari Rusia. Perang Dunia Kedualah yang membuka mata dunia terhadap perkembangan-perkembangan yang telah terjdi di Rusia antara berakhirna Perang Dunia Pertama dan pecahnya Perang Dunia Kedua.
Di Tiongkok (Cina), Mao Tse Tung mengembangkan toeri-teori mengenai perang rakyat, dimana unsur-unsur pemikiran Marx disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan perang revolusioner di Tiongkok pada masa itu. Akan tetapi juga, pekikiran-pemikiran ini baru dikenal oleh dunia secara luas sesudah Perang Dunia yang kedua. (Baca: Mao Tse Tung, Selected Works. Dalam buku ini banyak membicarakan mengenai strategi perang dan strategi politik).[]


Sumber: Letnan Djenderal T.B. Simatupang, Pengantar Ilmu Perang di Indonesia, PT Kinta, Jakarta, 1968, hal: 60-61 dan hal: 63-64.

Sumber gbr: http://www.catatankaki.id/

No comments:

Post a Comment