YakusaBlog- Sebelum penulis
membahas apa maksud daripada judul tulisan ini, terlebih dahulu saya
mengapresiasi tulisan dari saudara saya Muhammad Mualimin, dimana dia juga sebagai
Instruktur HMI di Jakarta yang sangat produktif dalam dunia tulis menulis, bagian
daripada budaya HMI yang sudah mulai tertinggal oleh berbagai faktor.
Dalam tulisannya
Detik-Detik Kematian HMI yang terbit
di media kritis qureta.com pada akhir
November 2017, yang kemudian aku tanggapi dengan tulisan pula dengan judul Detik-Detik Kematian HMI, Benarkah? Yang
terbit di media Yakusa Blog. Saudara
Muhammad Mualimin pun menanggapi balik secara singkat di dalam tulisannya Postmodernisme, Galian Kubur NDP? yang
diterbitkan media qureta.com juga,
pada 19 Desember 2017. Tulisan itu pun mengingatkan pada tulisanku berjudul Menikmati Secangkir Kopi NDP yang
terbit di Yakusa Blog dan blog
pribadiku (https://kolomibnuarsib.blogspot.co.id).
Demikianlah pula
yang harus kita bangun di HMI. Jika boleh meminjam perkataan saudara saya tersebut,
walau berbeda pendapat, dan sekeras apapun reaksi dan argumentasi, asal tidak
kekerasan fisik, hal itu sah-sah saja bagi kader HMI. Kader HMI sudah terbiasa
berdialektika dan kebal atas perbedaan pendapat.
Tapi entah
mengapa sudaraku Muhammad Mualimin, akhir-akhir ini kader-kader HMI tidak
seperti yang kau katakan. Kader-kader kita sudah malas berdialektika dalam
kajian keilmuan, apalagi kader-kader HMI saat ini menganggap bahwa perbedaan
pendapat bagian daripada perpecahan. Bahkan ada yang tak suka berargumentasi
baik dalam lisan maupun tulisan. Jarang sekali aku membaca tulisan-tulisan
kritis dan membangun dari rekan-rekan kita sebagai Instruktur HMI, kecuali
tulisan-tulisanmu. Apakah karena aku tidak mempunyai smart phone (aplikasi WA)
atau belum Kids Zaman Now, aku pun
tak tahu.
Di rumah
kita sendiri (HMI) saat ini, sangat susah kita menemukan generasi-generasi
penulis seperti Cak Nur, Endang Saifuddin Anshari, Mahmum Djunaidi, Agussalim
Sitompul, AM Fatwa, Fachry Ali, Yudi Latief, Amien Rais, Alfan Alfian, dan
penulis-penulis hebat lainnya dari HMI. Kader-kader HMI saat ini hanya jago di forum
saja.
Nah, dalam
tulisanku kali ini pun masih berkaitan dengan tulisan saudara Muhammad Mualimin
terkait NDP HMI, yang sudah lama aku simpan dalam gudang tulisan-tulisanku. Ide
tulisan inipun menjadi kuat dan segar ketika membaca tulisannya. Judul tulisan
ini menggambarkan suatu masalah di dalam budaya kesehari-harian kader HMI saat
ini, dengan judul Nilai Dasar Perjuangan versus Ludo dan Mobile Legends (NDP
vs LML).
“Setelah
lebih dari 48 tahun dijadikan dokumen resmi HMI, NDP terasa makin terasing
dalam pergulatan wacana internal HMI. Daripada memperbincangkan makna dan
intisari NDP, kader perempuan lebih asyik mendiskusikan model hijab terbaru,
film korea, gosip artis, sementara yang laki-laki sibuk main Ludo atau Mobile Legend. Artinya, NDP hanya menjadi mantra saja, dianggap
mengawang-awang lalu diabaikan.” Demikian dalam tulisan saudara Muhammad
Mualimin.
Setelah beberapa
minggu ini penulis amati, penulis sangat sependapat dengan apa yang
dikatakannya. Wacana internal kader-kader HMI sudah sangat jarang membicarakan
dan membahas NDP HMI secara dalam. Membentuk kelompok-kelompok kajian keilmuan
dan membahas NDP tidaklah terlihat ghirah
atau semangatnya dibanding membentuk kelompok-kelompok (skuad) Mobile Legends (ML).
Dalam tulisan ini, penulis tidak membahas masalah muatan NDP-nya, akan tetapi
lebih terfokus pada budaya atau pola laku kader-kader HMI saat ini.
Kader-kader
HMI zaman now tahan menghabiskan
waktu berjam-jam di depan smart phone-nya
hanya untuk bermain game Ludo dan Mobile Legends, dibandingkan membicarakan NDP atau kajian keilmuan
lainnya. Membicarakan permain tersebut secara teoritis dan praktik lebih
dikuasainya dibanding teori dan praktik NDP HMI. Bahkan ini bukan hanya kaum
HMI-Wannya saja, tapi kaum HMI-Watinya juga.
Ketika sesama
kader HMI bertemu pembahasan intefsifnya adalah bagaimana mengatur strategi
bermain agar menang. Menurut penulis, mayoritas kader HMI saat ini tidak lagi
memikirkan bagaimana strategi untuk mengembangkan HMI di era zaman now. Banyak apologi dari mereka
bahwa, bermain Ludo dan ML dapat meningkatkan kesolitan sesama kader dan
belajar strategi. Nampak-nampaknya,
LK II pun sebentar lagi akan ditinggalkan kader-kader HMI. Jika LK II tidak
menjadi syarat konstitusional menjadi Pengurus Cabang, mungkin LK II sudah
ditinggalkan. Karena di ML sudah belajar strategi dan taktik (stratak), jadi
untuk apalagi LK II.
Penulis bukan
tidak sepakat jika kita bermain game.
Akan tetapi, jika ia menjadi rutinitas yang terorganisir, berarti dia sudah
menjadi aktivitas rutin. Sudah menjadi bagian daripada kebutuhan. Padahal, kita
ketahui sendiri bahwa game adalah
hanya untuk menghilangkan kepenatan, bukan menjadi rutinitas. Bahkan ada kader
HMI, yang menghabiskan waktu malamnya (begadang) hanya untuk bermain ML (bukan
ML original). Jika kader-kader HMI
terkenal dengan budaya malamnya dengan membaca, berdiskusi, rapat dan mengatur
strategi, untuk saat ini sudah terkenal dengan bermain Ludo dan Mobile Legends.
Dengan budaya
seperti ini, kader-kader HMI menjadi miskin wacana, miskin ide pemikiran dalam
berorganisasi dan bermahasiswa. Kader-kader HMI menjadi miskin ilmu tapi
cita-citanya setinggi langit. Kader-kader HMI hanya mengaku sebagai kader
intelektual, berada dalam organisasi yang pendirinya sudah menjadi Pahlawan
Nasional Republik Indonesia. Mengaku sebagai kader umat tapi jauh dari umat. Atau
jangan-jangan kader-kader yang aktif bermain Mobile Legends ingin menjadi Pahlawan ML.
Yang lebih
miris lagi, kader-kader HMI rela meninggalkan shalatnya dan tidak peduli pada
kondisi keumatan, asal terus dapat main Mobile
Legends. Ini sungguh sangat menghina NDP mengajarkan keimanan, peduli pada
keadilan dalam kondisi keumatan. Kesadaran keimanan, keilmuan dan amal shaleh
semakin hari semakin menipis.
Seharusnya NDP
HMI, mejadi pegangan dan pedoman kader-kader HMI walau perlu penambahan
berbagai literatur yang mendukung untuk mempelajari NDP dan konsisten
mengaplikasikannya dalam pergerakan kehidupan sehari-hari seorang kader HMI.
Kembali penulis
mengutip perkataan Muhammad Mualimin sebagai penutup tulisan ini, bila NDP
sudah tidak lagi menjadi nilai dan pedoman kader HMI dalam bergerak, di situlah
saatnya NDP masuk museum. Dan saya ingin menambahinya, maka Mobile Legends pun akan menjadi materi
menarik dalam training-training HMI.
Tak perlu mengundang ahli-ahli stratak, cukup kader-kader membentuk tim dalam
forum (FGD LML) dengan tema “Menguatkan
Kesolitan dan Loyalitas Kader-Kader HMI Melalui Ludo dan Mobile Legends.”[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/ilustrasi
Sumber gbr: http://www.esportsinsider.com/
No comments:
Post a Comment