HMI Harus Kembali Menyatu Dengan Rakyat - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Saturday 9 December 2017

HMI Harus Kembali Menyatu Dengan Rakyat

YakusaBlog- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan pada tanggal 14 Rabbiul Awwal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947 M, telah memberikan kontribusi yang nyata bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Organisasi yang didirikan di Yogyakarta tepatnya di Sekolah Tinggi Islam (STI) sekarang Universitas Islam Indonesia (UII) itu telah nampak melahirkan banyak pemikir dan tokoh bangsa.
Masa depan hijau hitam bukan tergantung pada senior-senior atau alumni yang telah melalui proses sebagaimana yang saat ini dijalani oleh kader sebagai generasi yang telah memasuki fase pencarian jati diri atau pembentukan karakter berintelektual nantinya akan menjadi jawaban bagi tantangan jaman yang semakin memperlihatkan eksistesinya yang itu harus mampu kita jalani tanpa sama-sama tergusur dan termajinalkan olehnya.
Kondisi kekinian atau komtemporisme merupakan tantagan bagi organisasi 47 ini, sebab jikalau tidak didesain dari sekarang kapan lagi atau kita sama-sama akan tergusur oleh kondisi kekinian tersebut, dimana pada abad ke-21 ini perkembangan teknologi semakin mengatas atau meningkat, namun bukan berarti kita anti IT akan tetap harus benar-benar ada manajemen organisasi yang tersistematis dalam menghadapi era atau zaman masa kini dan masa depan kelak.
Memang tidak mudah untuk membangun jiwa kesadaran intelektualisme pada diri generasi muda akan tetapi bukan berarti kita apatis dengan kondisi tersebut, sebab organisasi ini merupakan wadah bagi para generasi yang harus mau tidak mau dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan manusia intelegensia kedepan, HMI merupakan lembaga yang berasaskan Islam bukan lantas tergusur pada ritualisme saja, namum harus ada kesadaran bagaimana memberikan peran penting, utamanya idealisme bagi berkemajuannya bangsa dan negara kearah yang berperadaban.
Kaderisasi di himpunan ini harus benar-benar diarahkan pada segi kontekstual atau faktual, tidak hanya berputar-putar pada tekstual atau teori semata-mata, sebab HMI merupakan elemen yang merupakan anak umat dan banga, karena tidak lahir dari organisasi kemasyarakatan atau parpol manapun kemurnian kelahirannya harus benar-benar dimaknai bahwa HMI adalah lembaga yang indpendensinya hanya tunduk dan patuh atau cenderung gerakannya pada kehanifan.
Semakin merajainya ketidakadilan di bumi pertiwi ini, HMI harus benar-benar menguatkan kultural (kebudayaan) kajian, diskusi, penelitan dan pemikirannya untuk bagaimana mendesain sebuah pembangunan yang dilandasi pada nilai-nilai keislaman itu sendiri, janganlah kita terlena dengan kebesaran HMI masa lalu, namun benar-benar kita sadari sudah mampukah kita membuat sejarah kedepan, atau kita akan tergilas oleh sejarah itu sendiri, sudah cukup kita terlena dengan adanya politik pragmatis yang pernah mencekam wadah ini, olehnya harus ada kesadaran mental dan akal agar kita bisa bangun dari keterpurukan.
HMI sebagai organisi kader harus benar-benar melahirkan seseorang yang telah terlatih dan komitmen untuk menjadi tulang punggung organisasi secara terus menerus. HMI yang menjadikan Islam sebagai napasnya harus benar-benar, dan dijadikan pedoman berfikir untuk bagaimana kita menjawab persoalan-persoalann yang terjadi dimasyarakat.
HMI harus kembali menyatu dengan masyarakat untuk bagaimana membangun kekuatan besar, untuk menciptakan iklim kemajuan berfikir bukan kemunduran berfikir, adanya aliran-aliran yang merupakan ancaman bagi HMI itu harus benar-benar disiapkan desain yang produktif agar HMI tidak hilang dari sejarah umat dan bangsa.
Persoalan pembangunan daerah yang terlihat tidak lagi difokuskan pada bagaimana seutuhnya untuk  kemakmuran rakyat, adanya indikasi bahwa saat ini banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum pejabat yang banyak merampok uang rakyat dengan cara halus ibarat nyamuk yang menghisap darah manusia dan rakyat kini telah banyak diwenangkan dengan kesibukan bagaimana bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah bukan bagaimana mengawasi jalannya pemerintahan, rakyat atau bahkan kita sendiri telah banyak lupa betapa sedikit demi sedikit kita akan mengalami kehancuran.
Coba kita kembali mengaca dan mengkaji bersama sudahkah pembangunan telah nyata dipersembahkan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat atau hanya kepentingan individu pejabat memperkaya dirinya sendiri, berhura-hura makan uang rakyat, atau hanya untuk mensejahterakan kelompol tertentu.
Sentralisasi pembangunan yang semakin tumbuh disistem pemerintahan kita  saat ini seolah kita tidak menyadarinya, banyaknya kita hanya disibukan oleh persoalan yang tidak penting, hilangnya idealisme dan jiwa kritisme kita dalam menanggapi setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah saat ini, semakin membuktikan pemerintah saat ini seakam berjalan sendiri, lantas mau jadi apakah kita hari ini, kita adalah bagian rusaknya tatanan pembangunan negara dan bangsa ini.
Kita HMI harus menyatu kembali dengan umat dan bangsa agar bisa menanggih janji pemerintah dan melawan tiranisme penguasa dinegeri ini, tiada yang lain dapat merubah nasib bangsa dan negara ini kecuali kita sebagai kaum intelektual muda yang menjadi tumpuan dan harapan masyarakat umat dan bangsa, sebagaimana telah disampaikan dalam ayat-ayat suci atau Firman Allah yang maha kuasa.
Tak kuasa memang penulis untuk mengatakannya bahwa negara ini semakin menjadikan rakyat hanya sebagai alat, bukan sebagaimana mestinya kalaulahh bisa penulis ingin menangis betapa diri saya sendiri tidak bsia berbuat apa-apa yang dengan ikhtiar semoga kita semua dikembalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada jalan yang benar.
Penulis berharap dari singkatnya tulisan ini bisa memberikan manfaat dan menggugah jiwa idealisme kita rakyat apalagi masyarakat ilmiah untuk kembali kejalan dan hak kewajiban kita sebagaimana ruang lingkup kita saat ini berada, stimulansi pemikiran ini tidak untuk dikritisi akan tetapi bersama kita menggambarkannya dalam kehidupan kita sehari-hari dan sambil merenungi dan mengintropeksi diri benarkah kita telah menjadi bagian bagi rusaknya negara ini, maka penulis berdoa sebagai seorang kader HMI semoga akan terwujud masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana terkaktub dalam tujuan HMI “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi Yang Bernapaskan Islam dan Bertanggungjawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.[]

Penulis: Santo Ali


No comments:

Post a Comment