YakusaBlog- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan
pada tanggal 14 Rabbiul Awwal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947 M,
telah memberikan kontribusi yang nyata bagi perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Organisasi yang didirikan di Yogyakarta tepatnya di Sekolah Tinggi
Islam (STI) sekarang Universitas Islam Indonesia (UII) itu telah nampak
melahirkan banyak pemikir dan tokoh bangsa.
Masa depan hijau hitam bukan tergantung pada
senior-senior atau alumni yang telah melalui proses sebagaimana yang saat ini
dijalani oleh kader sebagai generasi yang telah memasuki fase pencarian jati
diri atau pembentukan karakter berintelektual nantinya akan menjadi jawaban
bagi tantangan jaman yang semakin memperlihatkan eksistesinya yang itu harus
mampu kita jalani tanpa sama-sama tergusur dan termajinalkan olehnya.
Kondisi kekinian atau komtemporisme merupakan
tantagan bagi organisasi 47 ini, sebab jikalau tidak didesain dari sekarang
kapan lagi atau kita sama-sama akan tergusur oleh kondisi kekinian tersebut,
dimana pada abad ke-21 ini perkembangan teknologi semakin mengatas atau
meningkat, namun bukan berarti kita anti IT akan tetap harus benar-benar ada
manajemen organisasi yang tersistematis dalam menghadapi era atau zaman masa
kini dan masa depan kelak.
Memang tidak mudah untuk membangun jiwa
kesadaran intelektualisme pada diri generasi muda akan tetapi bukan berarti
kita apatis dengan kondisi tersebut, sebab organisasi ini merupakan wadah bagi
para generasi yang harus mau tidak mau dapat memberikan kontribusi nyata bagi
pembangunan manusia intelegensia kedepan, HMI merupakan lembaga yang berasaskan
Islam bukan lantas tergusur pada ritualisme saja, namum harus ada kesadaran
bagaimana memberikan peran penting, utamanya idealisme bagi berkemajuannya
bangsa dan negara kearah yang berperadaban.
Kaderisasi di himpunan ini harus benar-benar
diarahkan pada segi kontekstual atau faktual, tidak hanya berputar-putar pada
tekstual atau teori semata-mata, sebab HMI merupakan elemen yang merupakan anak
umat dan banga, karena tidak lahir dari organisasi kemasyarakatan atau parpol
manapun kemurnian kelahirannya harus benar-benar dimaknai bahwa HMI adalah
lembaga yang indpendensinya hanya tunduk dan patuh atau cenderung gerakannya
pada kehanifan.
Semakin merajainya ketidakadilan di bumi
pertiwi ini, HMI harus benar-benar menguatkan kultural (kebudayaan) kajian,
diskusi, penelitan dan pemikirannya untuk bagaimana mendesain sebuah
pembangunan yang dilandasi pada nilai-nilai keislaman itu sendiri, janganlah
kita terlena dengan kebesaran HMI masa lalu, namun benar-benar kita sadari
sudah mampukah kita membuat sejarah kedepan, atau kita akan tergilas oleh
sejarah itu sendiri, sudah cukup kita terlena dengan adanya politik pragmatis
yang pernah mencekam wadah ini, olehnya harus ada kesadaran mental dan akal
agar kita bisa bangun dari keterpurukan.
HMI sebagai organisi kader harus benar-benar
melahirkan seseorang yang telah terlatih dan komitmen untuk menjadi tulang punggung
organisasi secara terus menerus. HMI yang menjadikan Islam sebagai napasnya
harus benar-benar, dan dijadikan pedoman berfikir untuk bagaimana kita menjawab
persoalan-persoalann yang terjadi dimasyarakat.
HMI harus kembali menyatu dengan masyarakat untuk
bagaimana membangun kekuatan besar, untuk menciptakan iklim kemajuan berfikir
bukan kemunduran berfikir, adanya aliran-aliran yang merupakan ancaman bagi HMI
itu harus benar-benar disiapkan desain yang produktif agar HMI tidak hilang
dari sejarah umat dan bangsa.
Persoalan pembangunan daerah yang terlihat
tidak lagi difokuskan pada bagaimana seutuhnya untuk kemakmuran rakyat, adanya indikasi bahwa saat
ini banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum pejabat yang banyak
merampok uang rakyat dengan cara halus ibarat nyamuk yang menghisap darah
manusia dan rakyat kini telah banyak diwenangkan dengan kesibukan bagaimana
bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah bukan bagaimana mengawasi jalannya
pemerintahan, rakyat atau bahkan kita sendiri telah banyak lupa betapa sedikit
demi sedikit kita akan mengalami kehancuran.
Coba kita kembali mengaca dan mengkaji
bersama sudahkah pembangunan telah nyata dipersembahkan sepenuhnya untuk
kepentingan rakyat atau hanya kepentingan individu pejabat memperkaya dirinya
sendiri, berhura-hura makan uang rakyat, atau hanya untuk mensejahterakan
kelompol tertentu.
Sentralisasi pembangunan yang semakin tumbuh
disistem pemerintahan kita saat ini
seolah kita tidak menyadarinya, banyaknya kita hanya disibukan oleh persoalan
yang tidak penting, hilangnya idealisme dan jiwa kritisme kita dalam menanggapi
setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah saat ini, semakin membuktikan
pemerintah saat ini seakam berjalan sendiri, lantas mau jadi apakah kita hari
ini, kita adalah bagian rusaknya tatanan pembangunan negara dan bangsa ini.
Kita HMI harus menyatu kembali dengan umat
dan bangsa agar bisa menanggih janji pemerintah dan melawan tiranisme penguasa
dinegeri ini, tiada yang lain dapat merubah nasib bangsa dan negara ini kecuali
kita sebagai kaum intelektual muda yang menjadi tumpuan dan harapan masyarakat
umat dan bangsa, sebagaimana telah disampaikan dalam ayat-ayat suci atau Firman
Allah yang maha kuasa.
Baca juga: 5 Konsep Pemahaman Dasar Ber-HMI
Tak
kuasa memang penulis untuk mengatakannya bahwa negara ini semakin menjadikan
rakyat hanya sebagai alat, bukan sebagaimana mestinya kalaulahh bisa penulis
ingin menangis betapa diri saya sendiri tidak bsia berbuat apa-apa yang dengan
ikhtiar semoga kita semua dikembalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada jalan
yang benar.
Penulis berharap dari singkatnya tulisan ini
bisa memberikan manfaat dan menggugah jiwa idealisme kita rakyat apalagi
masyarakat ilmiah untuk kembali kejalan dan hak kewajiban kita sebagaimana
ruang lingkup kita saat ini berada, stimulansi pemikiran ini tidak untuk
dikritisi akan tetapi bersama kita menggambarkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari dan sambil merenungi dan mengintropeksi diri benarkah kita telah
menjadi bagian bagi rusaknya negara ini, maka penulis berdoa sebagai seorang
kader HMI semoga akan terwujud masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana terkaktub dalam tujuan HMI “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta,
Pengabdi Yang Bernapaskan Islam dan Bertanggungjawab atas Terwujudnya
Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.[]
Penulis:
Santo Ali
No comments:
Post a Comment