“Umar bin Khattab” Dari Amerika Serikat - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Thursday, 16 November 2017

“Umar bin Khattab” Dari Amerika Serikat

YakusaBlog- Tiap hari Islam menerima penganut baru dari daerah yang berbeda-beda di dunia ini. Mereka bervariasi dalam karakter, ras dan warna kulit serta kebangsaan. Namun semua itu, mereka menjadi satu saudara dalam iman. Islam telah mengingatkannya dengan tali yang tak dapat diputuskan. Di sinilah Islam tidak mengenal warna kulit, atau asal kewargaan seseorang.
Salah satu contoh kasus di atas, dapat dikemukakan dari perjalan hidup seorang tokoh Black Muslim Amerika. Seorang duta besar Arab menggambarkan orang ini yang telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk Islam, “Seandainya kita telah menghabiskan 1 juta dolar. Kita akan gagal menghasilkan efek yang sama dengan apa yang telah ia lakukan.” Duta besar yang lain mengatakan: “Orang ini mengingatkan saya pada Islamnya Umar bin Khattab. Sehingga beliau dapat kita sebut sebagau Umar dari Amerika”. Ia adalah Macolm X atau Malek Shabazz.
Malcolm X dilahirkan di tengah-tengah masyarakat Amerika, di mana orang-orang negro dianggap dan diperlukan sebagai makhluk yang buruk dan rendah. Masa kanak-kanaknya dia habiskan untuk melayani beberapa keluarga kulit putih Amerika. Dia belajar di sebuah sekolah dasar orang putih di kota Mayson, Michigan.
Sejak tahun pertama, politik diskriminasi orang-orang kulit putih telah membuatnya merasa waspada dan curiga. Guru bahasa Inggrisnya pernah bertanya mengenai profesi yang hendak ia ambil di masa mendatang, yang langsung ia jawab: “Saya ingin menjadi seorang pengacara.” Akan tetapi gurunya menghina dengan menyarankan supaya ia menekuni pertukangan. Ini sangat mengherankan meskipun ia salah satu dari tiga murid terbaik di kelasnya.
Pada musim panas 1940, Malcolm X meninggalkan Michigan ke kota Boston, untuk tinggal bersama kakak perempuannya. Ketika itu ia berumur 15 tahun. Dari sini, Malcolm memulai lembaran baru dalam proses perjalan hidupnya.
Di Boston, Malcolm yang berusia belasan tahun memasuki dunia night club. Ia bekerja sebagai pencuci piring, tukang semir sepatu di restoran-restoran dan kereta api. Dia juga memasuki pasar gelap dan menurutkan nafsunya dalam perjudian, minuman keras serta dunia pelacuran. Hanya ada satu hukum yang berlaku di sana: hukum rimba. Dalam hukum rimba, hidup didasarkan pada kecurangan dan tipu muslihat.
Malcolm X dikuasai sepenuhnya oleh dunianya, sehingga ia menjadi seorang pecandu minuman keras. Tentunya hal ini membawanya pada kriminalitas dan kemudian memasuki ruang sel penjara. Menggambarkan perasaannya waktu itu, dia mengatakan: “Saya dulu berkeyakinan, bahwa orang harus melakukan segala cara yang mampu ia lakukan dan wanita hanyalah barang untuk bersenang-senang.”
Malcolm X ditangkap karena mencuri dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Ini terjadi ketika ia berusia 20 tahun. Namun penjara seakan-akan menyimpan rahmat baginya, yang menandai awal panggung kehidupannya. Karena, ruang sel penjaralah ia pertama kali mengenal Islam. Ia pun bertutur, “Sebelumnya saya tidak pernah mendengar kata Islam. Yang saya ketahui hanya kata “Tuhan” dalam angan saja.”
“Ketika saya berada di penjara” tambahnya, saya mempelajari peradaban Islam dan buku-buku sejarah Nabi Muhammad. Saya sangat terkesan membaca bahwa orang-orang Islam memenangkan pertempuran demi pertempuran. Inilah alasan mengapa saya memeluk Islam. Saya mulai merenungkan apa rahasia kekuatan orang Islam, saya telah menemukan sesuatu yang penuh kekuatan dan martabat yang saya dambakan dalam Islam.
Setelah saya benar-benar yakin akan kelurusan agama ini, saya tinggalkan kebiasaan buruk saya seperti minum minuman keras, merokok dan berjudi. Yang pertama saya pelajari dari Islam adalah surat Al-Fatihah. Sehingga saya sering berdiri dalam sel dengan wajah menghadap Timur, mengangkat tangan membaca Al-Fatihah berulang kali. Ketika sipir penjara mengetahui saya telah meninggalkan kebiasaan buruk saya, mereka mengira bahwa saya sudah gila, sehingga mereka memeriksakan saya ke klinik psikiater.
Sayangnya di Amerika hampir tidak ada orang yang bisa berbahasa Arab, termasuk orang-orang Afro-Amerika. Kondisi semacam ini menimbulkan kesalahan seseorang dalam menerjemahkan Al-Qur’an dalam realitas yang sebenarnya. Dan inilah Islam yang pertama saya ketahui. Katanya Islam hanyalah milik orang-orang kulit hitam, sedang orang-orang kulit putih asing bagi Islam. Kami juga diberitahu oleh orang-orang yang mengenalkan Islam kepada kami, bahwa setan itu orang kulit putih dan Tuhan mengutus seorang di antara mereka untuk menyebarkan Islam karena ia hendak memperbaiki kami orang-orang kulit hitam.
Malcolm X mengenal Islam melalui sebuah pergerakan Islam yang aktif di kalangan orang-orang kulit hitam Amerika, yang bernama “Nation of Islam”. Pergerakan ini hingga sekarang masih merupakan gerakan rasial. Mantan tokohnya Elijah Muhammad digambarkan sebagai seorang utusan Allah oleh pengikut-pengikutnya. Dia mengklaim telah melihat Tuhan dalam bentuk orang, ketika ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama W. Fard.
Gerakan tersebut memasuki fase eksistensi sebagai satu reaksi yang kuat akibat diskriminasi rasial terhadap orang-orang Afro-Amerika. Anggota pergerakan ini mendirikan masyarakatnya sendiri yang terpisah. Ajaran pergerakan ini menyebar di antara 20 juta orang Afro-Amerika. Pergerakan ini mengklaim bahwa Elijah Muhammad adalah utusan Tuhan untuk bangsa Afro-Amerika, seperti Musa untuk bangsa Yahudi, Isa untuk orang-orang Kristen dan Muhammad untuk bangsa Arab.
“Inilah Islam yang say yakini” kata Malcolm X. Hingga saya berkesempatan mengunjungi tanah suci, di mana saya bertemu dengan orang-orang dari berbagai ras dan warna kulit. Di sana saya melihat bahwa Islam telah mencabut rasa benci dari hati orang-orang kulit putih dan menggantikannya dengan persaudaraan. Ini menjadikan saya yakin akan kapasitas Islam untuk melenyapkan kangker rasialisme di tengah-tengah bangsa Amerika. Saya langsung mengirimkan pesan kepada teman-teman senegara dari Jeddah atas pengaruh ini. Sekarang saya sedang mengadakan kampanye melawan pemikiran yang keliru, yang mendominasi masyarakat kulit hitam Amerika. Saya benar-benar sadar akan tanggungjawab yang sedang saya emban.”
Sebelum kepergiannya ke tanah suci Makkah, Malcolm X sebenarnya merupakan tokoh kedua pergerakan yang bernama “Nation of Islam” di Amerika di samping Elijah Muhammad. Dia mencurahkan seluruh hidupnya untuk meluruskan keyakinan yang keliru ini dengan mengadakan kampanye. Dia menghadapi semacam perlawanan sengit dari para tokoh pergerakan tersebut, hingga akhirnya dia mati tertembak sewaktu menyampaikan ceramah pada 21 Februari 1965. Akan tetapi seruannya untuk kembali pada ajaran Islam yang murni tidaklah mati. Ada sekelompok Black Muslim yang mengikuti jejaknya. Malcolm X sebagai perintisnya, ibarat cahaya lentera yang menerangi jalan.
Memang benar Elijah Muhammad telah berhasil mengenyahkan Malcolm X, akan tetapi idenya tetap berkembang dan mendapatkan banyak pengikut, hingga tiba saatnya ketika Elijah Muhammad meninggal dan digantikan anaknya Wallace Muhammad, terjadi perubahan yang besar sekali.
Wallace Muhammad tengah mengadakan kampanye perdamaian ke dalam pergerakan tersebut untuk merenovasi sesuai ajaran Islam. Dia selalu mengutarakan hal ini pada setiap masalah yang ia kemukakan dalam majalah resminya. Tentunya ia tidak mampu melakukan pekerjaan ini tanpa bantuan. Dia adalah seorang Muslim yang baik serta tulus hati seperti Malcolm X. Sekarang pergerakannya tengah berusaha mengislamkan 20 juta orang Afro-Amerika.
Tahun lalu (1991-red), Wallace Muhammad bersama pengikutnya berpuasa Ramadhan untuk yang pertama kali bagi sejarah Amerika. Dia memimpin 15 ribu jama’ah melaksanakan shalat Ied (Idul Fitri-red). Secara faktual, Amerika berada di ambang pintu Islam dan tentu saja ini memerlukan upaya bersama seluruh umat Islam di dunia. Anehnya, di sini, di Indonesia, penghuni Islam semakin hari semakin tersisihkan oleh satu kekuatan minor, yang sengaja menjegal aspirasi umat Islam.[]


Sumber: Gais Umar, Panji Masyarakat, No. 739, Tahun XXXV, 6-15 Jumadil Ula 1413 H, 1-10 Desember 1992, Hal: 56-59. Dengan judul tulisan Malcolm X; Tokoh Islam Amerika Serikat.
Sumber gbr: https://www.brainpop.com/

No comments:

Post a Comment