Pergerakan HMI Mencetak Generasi Harapan Bangsa - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Wednesday, 22 November 2017

Pergerakan HMI Mencetak Generasi Harapan Bangsa


YakusaBlog- “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada nyalah kami kembali” (QS. Al – Baqarah : 156)

Untaian ayat diatas melukiskan rangkaian proses gerak dari seluruh makhluk menuju Sang Khalik. Alam semesta bergerak secara continue tanpa henti, bergerak dengan penuh keteraturan sehingga tercipta harmoni tanpa konflik. Jika gerak yang terjadi melawan konflik atau keseimbangan (keadilan), maka akan terjadi benturan yang menyebabkan kehancuran. Namun pada titik puncak nantinya semua akan menuju Tuhan, sang pemilik dari segala pemilik dengan penuh kepasrahan.

Bila alam mencerminkan gerak yang syarat dengan karakter beraturan dan harmonis, begitu pula manusia yang juga dituntut untuk membangun sinergis gerak – gerak secara teratur seperti gerak kosmik (alam). Dalam konteks pembangunan  kualitas manusia dihadapannya, pilihan gerak manusia dalam kehidupannya ialah mendekat kepadanya atau menjauh darinya.

Ketika manusia mendekat kepadanya (Tuhan) kualitas manusia ini akan meningkat kualitasnya serta akan sampai pada titik ketuhanannya mendapatkan harkat dan martabat kemanusiaan menuju insan kamil. Sebaliknya bila gerak manusia semakin jauh dari Tuhannya, akan menjadikannya semakin rendah, tak memiliki nilai bahkan harga diri. Gerak merupakan sebuah lukisan kehidupan yang ditandai dengan semangat pembaharuan yang menjadi modal yang sangat mendasar dalam mewujudkan sebuah tatanan kehidupan yang harmonis ditengah alam, lingkungan masyarakat dan bangsa. Dari gambaran tersebut yang terlihat ialah gerakan dalam dimensi material dan spiritual.

Berbicara soal pemuda, Ir. Soekarno pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”, menyimak perkataannya dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya peranan pemuda ini dalam kemajuan bangsa dan negara. Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah kaum penerus dan pewaris bangsa dan negara. Generasi muda harus memiliki karakter yang kuat untuk menjaga harkat dan martabat bangsanya yang memilki semangat nasionalisme, berjiwa saing, dan mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing dalam kancah global. Pemuda juga harus menyadari bahwa mereka memiliki fungsi sebagai agent of change agent of social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.

Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda memilki peran yang sangat strategis disetiap peristiwa penting dalam catatan sejarah bangsa ini. Pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat, seperti tragedi repormasi yang seluruh elemen mahasiswa Indonesia turut berpartisipasi dalam memperebutkan hak bangsa.

Pemuda memang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pertahanan suatu bangsa. Selain mereka memiliki semangat juang yang tinggi, mereka juga lebih kreatif, inovatif, dan memiliki jiwa nasionalisme yang berap – api.

Namun pemuda masa kini banyak mengalami cacat moral, terlena dalam kehidupan yang hedon, memiliki hobby yang tidak jelas, nongkrong, hura – hura sana sini hanya untuk selfie, padahal sebenarnya gaya itu tak sesuai dengan isi dompetnya. Ada lagi yang apatis tak peduli dengan kehidupan lingkungan sekitar berpikir acuh, terserah orang lain mau berbuat apa yang penting saya tidak mengganggu dan tidak diganggu. Ada yang akademis saja namun sayang kepintarannya itu hanya sebatas nilai dalam selembar kertas saja tidak di inplementais kan dalam lingkungan masyarakat, dengan itu mereka bangga dan merasa tugasnya sebagai mahasiswa/pemuda itu sudah selesai. Padahal tanpa mereka sadari bahwa tugas sebagai pemuda itu adalah sebagai benteng pertahanan suatu bangsa “agen of change agent of sosial control” sebagai lidah masyarakat.

Sebagai seorang pemuda saya memilki kebanggaan tersendiri karena saya adalah salah satu kader HMI Cabang Medan komisariat FEBI UINSU yang ikut meraskan bagaimana hikmatnya berhimpun dalam wadah kaum intelektual yang pastinya memiliki semangat juang nasionalisme yang berkobar-kobar.

Gerak HMI tentu saja tidak bisa dilepaskan dari basic demand, yakni untuk umat Islam dan Bangsa Indonesia. Sebagai miniatur Indonesia, HMI meniscayakan diri tampil dengan corak yang sangat khas dan memiliki karakter gerakan yang berbeda dengan basis komunitas lainnya. Pembaharuan pemikiran Islam yang dilakukan oleh kader-kader intelektual HMI seperti, Cak Nur (Nurcholis Madjid), Ahmad Wahib dan tokoh-tokoh lainnya yang telah menjadi tinta emas sejarah pada aspek pemikiran yang berkembang untuk anak bangsa dalam rangka pembangunan Indonesia pada aspek pemikiran demi mewujudkan agenda mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jadi gerak HMI merupakan ikhtiar dan solusi dalam upaya untuk senantiasa  keluar dari keterpurukan yang terjadi pada anak bangsa untuk keluar dari keterpurukan dan  kemerosotan nilai-nilai moral anak bangsa yang berjuang membanguin kehidupan umat dan bangsa yang adil dan makmur.

Gerak HMI dapat dilakukan dengan cara, diantaranya: pertama gerakan keagamaan (religion movement). Gerakan ini dapat dilihat dari motivasi keIslaman yang merupakan gerakan dasar dari seluruh bangunan pergerakan yang dilakukan oleh kader HMI yang dipertegas dari tujuan pokok HMI yaitu bernafaskan Islam yang demikian menjadi dasar gerakan spiritual yang memberi dorongan dan semangat hidup bagi kader HMI dalam mengelola organisasi sehingga dapat mencerminkan organiasi yang bermartabat.

Selanjutnya agama adalah merupakan fitrah manusia jadi ketika manusia itu keluar dari fitrahnya maka tata kelola  kehidupan organisasi akan sembrawutan dan pada masyarakat Indonesia umunya, bahkan akan sampai pada titik kehancuran organisasi. Oleh karena itu agama dijadikan dasar nilai dalam menata dan mengelola HMI agar tetap perpegang teguh pada perjuangan HMI.

Kedua Gerakan Intelektual (intellectual movement) merupakan upaya stratefus untuk menjawab student needs dan student interest guna melakukan penyegaran, nahkan mungkin bila melakukan penyegaran dan pembaharuan pemikiran kader HMI, sehingga dapat mewarnai perkembangan pemikiran pada basis kampus maupun kompleks umat dan bangsa. Gerakan keintelektualan dapat memupuk semangat intelektual kader HMI ditengah kemerosotan dan kelesuan intelektual pemuda/mahasiswa , bahkan sampai tingkat kegagapan intelektual.

Ketiga gerakan kebudayaan (cultural movment) menjadi bagian penting yang mesti dibudayakan dalam konteks HMI mengingat tanah air Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Kader HMI mesti mempertimbangkan setting kebudayaan di Indonesia sebagai ikhtiar dalam menjawab dinamika gerak dan perkembangan kebudayaan. Hal lain yang tak kalah penting ialah berkenaan dengan tradisi menulis di kalangan kader HMI yang terus menurun seiring berjalannya waktu, sehingga membutuhkan keseriusan dan memaksimalkan gerakan kebudayaan ini.

Keempat gerakan sosial (social movement) merupakan dimensi gerak yang menjadikan HMI sebagai lokomotif gerakan dalam melakukan control sosial dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Gerakan sosial adalah upaya untuk menciptakan harmoni hidup atau tata tertib sosial yang mendorong advocasi sosial maupu kebijakan public dalam berjuang untuk ummat dan bangsa serta untuk menyikapi penyimpangan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, danm bernegara.

Kelima gerakan politik (political movement) yang menjadi pilar penting dalam sebuah perjuangan sepanjang menjunjung tinggi nilai yang menjadi pijakan gerak. Dalam budaya politik ada tiga pokok pikiran yang sangat mendasar yakni pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi. Dalam konteks politik kader HMI mendapatkan kematangan secara politik oleh karena ada media untuk mendapatkan pengetahuan politik, hal ini dapat dilihat dalam edukasi yang berkesinambungan melalui satruktural organisasi.

Dari lima poin gerak HMI diatas tak heran kader HMI banyak yang sukses dan sampai menduduki jajaran tatanan kursi  Negara Indonesia karena sudah diasah pada saat berhimpun baik dari segi KeIslamannya, keintelektualannya, kebudayaannya, sosialnya, sampai taktik politik. Contohnya Jusuf Kalla sebagai wakil presiden, Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, Ade komaruddin mantan ketua DPR RI, Hamdan Zulfa mantan ketua MK, Siti Zuhro pengamat politik, Akbar Tanjung yang pernah menjadi ketum PB juga pernah beberapa kali menjabat sebagai mentri pada masa kepresidenan Soeharto, Mahfud MD mantan ketua MK, Anas Urbaningrum pernah menjadi ketua KPU tahun 2004 dan pernah menjadi ketum partai demokrat pada tahun 2010 dan ia juga mantan ketum PB HMI tahun 1997.

”Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan, Anies Baswedan”.
Bahagia HMI jayalah Kohati yakin usaha sampai.[]


PenulisNur Sajidah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam UIN-SU dan Kader HMI Cabang Medan.

No comments:

Post a Comment