YakusaBlog- “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada nyalah
kami kembali” (QS. Al –
Baqarah : 156)
Untaian ayat diatas melukiskan rangkaian proses
gerak dari seluruh makhluk menuju Sang Khalik. Alam
semesta bergerak secara continue
tanpa henti, bergerak dengan penuh keteraturan sehingga tercipta harmoni tanpa konflik.
Jika gerak yang terjadi melawan konflik atau keseimbangan (keadilan), maka akan
terjadi benturan yang menyebabkan kehancuran. Namun pada titik puncak nantinya
semua akan menuju Tuhan, sang pemilik dari segala pemilik dengan penuh
kepasrahan.
Bila alam mencerminkan gerak yang syarat dengan karakter
beraturan dan harmonis, begitu pula manusia yang juga dituntut untuk membangun
sinergis gerak –
gerak secara teratur seperti gerak kosmik (alam).
Dalam konteks pembangunan kualitas
manusia dihadapannya, pilihan gerak manusia dalam kehidupannya ialah mendekat
kepadanya atau menjauh darinya.
Ketika manusia mendekat kepadanya (Tuhan)
kualitas manusia ini akan meningkat kualitasnya serta akan sampai pada titik
ketuhanannya mendapatkan harkat dan martabat kemanusiaan menuju insan kamil. Sebaliknya
bila gerak manusia semakin jauh dari Tuhannya, akan
menjadikannya semakin rendah, tak memiliki nilai bahkan harga diri. Gerak
merupakan sebuah lukisan kehidupan yang ditandai dengan semangat pembaharuan
yang menjadi modal yang sangat mendasar dalam mewujudkan sebuah tatanan
kehidupan yang harmonis ditengah alam, lingkungan masyarakat dan bangsa. Dari
gambaran tersebut yang terlihat ialah gerakan dalam dimensi material dan
spiritual.
Berbicara soal pemuda, Ir. Soekarno
pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”,
menyimak perkataannya dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya peranan
pemuda ini dalam kemajuan bangsa dan negara. Baik
buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda
adalah kaum penerus dan pewaris bangsa dan negara. Generasi
muda harus memiliki karakter yang kuat untuk menjaga harkat dan martabat bangsanya
yang
memilki semangat nasionalisme, berjiwa saing, dan mampu memahami pengetahuan
dan teknologi untuk bersaing dalam kancah global. Pemuda juga harus menyadari
bahwa mereka memiliki fungsi sebagai agent
of change agent of social control
sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia,
pemuda memilki peran yang sangat strategis disetiap peristiwa penting dalam
catatan sejarah bangsa ini. Pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan
perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat, seperti
tragedi repormasi yang seluruh elemen mahasiswa Indonesia turut berpartisipasi
dalam memperebutkan hak bangsa.
Pemuda memang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
pertahanan suatu bangsa. Selain mereka memiliki
semangat juang yang tinggi, mereka juga lebih kreatif,
inovatif, dan memiliki jiwa nasionalisme yang berap – api.
Namun pemuda masa kini banyak mengalami cacat
moral, terlena dalam kehidupan yang hedon,
memiliki hobby yang
tidak jelas, nongkrong, hura – hura sana sini hanya untuk selfie, padahal sebenarnya gaya itu tak sesuai dengan isi dompetnya.
Ada lagi yang apatis tak peduli
dengan kehidupan lingkungan sekitar berpikir acuh, terserah orang
lain mau berbuat apa yang penting saya tidak mengganggu dan tidak diganggu. Ada
yang akademis saja namun sayang kepintarannya itu hanya sebatas nilai dalam
selembar kertas saja tidak di inplementais
kan dalam lingkungan masyarakat, dengan itu mereka bangga dan
merasa tugasnya sebagai mahasiswa/pemuda itu sudah selesai. Padahal
tanpa mereka sadari bahwa tugas sebagai pemuda itu adalah sebagai benteng
pertahanan suatu bangsa “agen of change
agent of sosial control” sebagai lidah masyarakat.
Sebagai seorang pemuda saya memilki kebanggaan tersendiri
karena saya adalah salah satu kader HMI Cabang Medan komisariat FEBI UINSU yang
ikut meraskan bagaimana hikmatnya berhimpun dalam wadah kaum intelektual yang
pastinya memiliki semangat juang nasionalisme yang berkobar-kobar.
Gerak HMI tentu saja tidak bisa dilepaskan dari basic demand, yakni untuk umat Islam dan Bangsa Indonesia. Sebagai
miniatur Indonesia, HMI meniscayakan diri tampil dengan corak yang sangat khas
dan memiliki karakter gerakan yang berbeda dengan basis komunitas lainnya.
Pembaharuan pemikiran Islam yang dilakukan oleh kader-kader
intelektual HMI seperti, Cak Nur (Nurcholis Madjid), Ahmad Wahib dan tokoh-tokoh lainnya yang telah menjadi
tinta emas sejarah pada aspek pemikiran yang berkembang untuk anak bangsa dalam
rangka pembangunan Indonesia pada aspek pemikiran demi mewujudkan agenda
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jadi gerak HMI merupakan ikhtiar dan solusi dalam upaya
untuk senantiasa keluar dari
keterpurukan yang terjadi pada anak bangsa untuk keluar dari keterpurukan dan kemerosotan nilai-nilai moral anak bangsa yang
berjuang membanguin kehidupan umat dan bangsa yang adil dan makmur.
Gerak HMI dapat dilakukan dengan cara, diantaranya: pertama
gerakan keagamaan (religion movement).
Gerakan ini dapat dilihat dari motivasi keIslaman yang merupakan gerakan dasar
dari seluruh bangunan pergerakan yang dilakukan oleh kader HMI yang dipertegas dari
tujuan pokok HMI yaitu bernafaskan Islam yang demikian menjadi dasar gerakan
spiritual yang memberi dorongan dan semangat hidup bagi kader HMI
dalam mengelola organisasi sehingga dapat mencerminkan organiasi yang
bermartabat.
Selanjutnya agama adalah merupakan fitrah manusia jadi ketika manusia itu keluar dari fitrahnya maka tata kelola kehidupan organisasi akan sembrawutan dan pada masyarakat Indonesia umunya, bahkan akan sampai pada titik kehancuran organisasi. Oleh karena itu agama dijadikan dasar nilai dalam menata dan mengelola HMI agar tetap perpegang teguh pada perjuangan HMI.
Selanjutnya agama adalah merupakan fitrah manusia jadi ketika manusia itu keluar dari fitrahnya maka tata kelola kehidupan organisasi akan sembrawutan dan pada masyarakat Indonesia umunya, bahkan akan sampai pada titik kehancuran organisasi. Oleh karena itu agama dijadikan dasar nilai dalam menata dan mengelola HMI agar tetap perpegang teguh pada perjuangan HMI.
Kedua Gerakan Intelektual (intellectual movement) merupakan upaya stratefus untuk menjawab student needs dan student interest guna melakukan penyegaran, nahkan mungkin bila
melakukan penyegaran dan pembaharuan pemikiran kader HMI, sehingga dapat
mewarnai perkembangan pemikiran pada basis kampus maupun kompleks umat dan
bangsa. Gerakan keintelektualan dapat memupuk semangat intelektual kader HMI
ditengah kemerosotan dan kelesuan intelektual pemuda/mahasiswa , bahkan sampai
tingkat kegagapan intelektual.
Ketiga gerakan kebudayaan (cultural movment) menjadi bagian penting yang mesti dibudayakan
dalam konteks HMI mengingat tanah air Indonesia memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam. Kader HMI mesti mempertimbangkan setting kebudayaan di Indonesia
sebagai ikhtiar dalam menjawab dinamika gerak dan perkembangan kebudayaan. Hal
lain yang tak kalah penting ialah berkenaan dengan tradisi menulis di kalangan
kader HMI yang terus menurun seiring berjalannya waktu, sehingga membutuhkan
keseriusan dan memaksimalkan gerakan kebudayaan ini.
Keempat gerakan sosial (social
movement) merupakan dimensi gerak yang menjadikan HMI sebagai lokomotif
gerakan dalam melakukan control sosial dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara. Gerakan sosial adalah upaya untuk menciptakan harmoni hidup atau
tata tertib sosial yang mendorong advocasi sosial maupu kebijakan public dalam
berjuang untuk ummat dan bangsa serta untuk menyikapi penyimpangan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa, danm bernegara.
Kelima gerakan politik (political
movement) yang menjadi pilar penting dalam sebuah perjuangan sepanjang
menjunjung tinggi nilai yang menjadi pijakan gerak. Dalam
budaya politik ada tiga pokok pikiran yang sangat mendasar yakni pengetahuan,
kesadaran, dan partisipasi. Dalam konteks politik kader HMI mendapatkan kematangan
secara politik oleh karena ada media untuk mendapatkan pengetahuan politik, hal
ini dapat dilihat dalam edukasi yang berkesinambungan melalui satruktural
organisasi.
Dari lima poin gerak HMI diatas tak heran kader HMI banyak
yang sukses dan sampai menduduki jajaran tatanan kursi Negara Indonesia karena sudah diasah pada
saat berhimpun baik dari segi KeIslamannya, keintelektualannya, kebudayaannya,
sosialnya, sampai taktik politik. Contohnya Jusuf Kalla
sebagai wakil presiden, Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, Ade komaruddin
mantan ketua DPR RI, Hamdan Zulfa mantan ketua MK, Siti Zuhro pengamat politik,
Akbar Tanjung yang pernah menjadi ketum PB juga pernah beberapa
kali menjabat sebagai mentri pada masa kepresidenan Soeharto, Mahfud MD mantan
ketua MK, Anas Urbaningrum pernah menjadi ketua KPU tahun 2004 dan pernah
menjadi ketum partai demokrat pada tahun 2010 dan ia juga
mantan ketum PB HMI tahun 1997.
”Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak
tawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan, Anies Baswedan”.
Bahagia HMI jayalah Kohati yakin usaha sampai.[]
No comments:
Post a Comment