YakusaBlog-John Naisbit dan Patricia Aburdene, dalam buku yang mereka tulis dengan
judul Megatrend 2000, menunjukkan
kesamaan gaya hidup di seluruh dunia pada abad 21. Abad 21 ini merupakan suatu
era globalisasi, di mana budaya-budaya dari luar dengan cepat menyebar. Dari gejala
sekarang ini, kedua penulis buku Megatrend
2000 itu meramal dalam era globalisasi terdapat tiga budaya masyarakat,
atau dapat ditandai dengan tiga budaya masyarakat, yaitu food (makanan); fashion (mode);
dan fun
(hiburan), atau lebih dikenal dengan sebutan 3F.
Demikian penjelasan dan contohnya satu persatu:
Pertama, Food (makanan). Maksudanya adalah orang tidak lagi makan makanan dari
daerahnya. Banyak makanan dan minuman disajikan secara sama di seluruh dunia. Resep
Kolonel Sanders dari Kentucky Fried
Chicken (KFC) tidak hanya dinikmati di Chicago, Amerika Serikat. Akan tetapi
telah mudah ditemukan dan dinikmati di mana-mana. Telah mudah ditemukan di
kota-kota maju di seluruh dunia. Bahkan tanpa perlu datang ke tempatnya secara
langsung, kita tinggal menunggu di rumah pun dapat menikmatinya. Produk-produk
makanan dan minuman, serta buah-buahan dapat dinikmati dari berbagai asal
belahan dunia.
Kedua,
Fashion (mode). Maksudnya adalah, sekarang ini di
belahan dunia, ada beberapa kota yang menentukan perkembangan busana untuk
seluruh dunia. Majalah mode Prancis Elle
pernah mencetak enam belas edisi dalam skala internasional, mungkin lebih. Pelanggan-pelanggan
majalah ini bukan dari Prancis saja, tapi dari berbagai negara, seperti Kuwait
dan Arab. (Jalaluddin Rahmat, 1991:71)
Selain dari media cetak, stasiun televisi internasional seperti CNN,
memberitakan mode-mode terbaru dari New York, Tokyo, London, Milan dan Paris. Dengan
bantuan tekhnologi komunikasi modern saat ini, busana-busana rancangan baru
disebarkan dengan mudah ke seluruh dunia. Bahkan yang lebih cepat hari ini,
masalah mode menyebar lewat social media online.
Ketiga, Fun (Hiburan). Sekarang ini, hiburan tidak hanya sekedar hiburan lagi dan
terbatas tempatnya. Akan tetapi, hiburan sekarang telah menjadi bisnis
internasional. Film, musik, game
online dalam smart phone, dan
macam-macam kegiatan hiburan lainnya dikelola secara internasional dengan
memanfaatkan kecanggihan zaman tekhnologi.
Dari ketiga di atas, tentunya ada yang bernilai positif ada pula yang
bernilai negatif. Terkait masalah makanan misalnya, kita dapat menikmati
makanan khas dari berbagai daaerah. Sedangkan sis negatifnya adalah, urusan
halal haram tidak menjadi priritas lagi. Landasan boleh atau tidak boleh
makanan tersebut di konsumsi tidak lagi berdasarkan nash-nash dari agama, akan tetapi berdasarkan penelitian lapangan
tentang komposisi bahan makanan.
Terkati nilai positif dari fashion
(mode) adalah, apabila mode busana yang dipakai atau yang dipromosikan adalah
busana-busana yang menutup aurat, bai laki-laki maupun perempuan. Dari mana pun
ia (fashion) datangnya, asal memuat
nilai-nilai kesopanan itu dapat bernilai positif. Nah, apabila sebaliknya yang
terjadi, lewat budaya ini, masyarakat akan hancur dengan sendirinya oleh
pengaruh-pengaruh negatif dalam busana yang tidak sopan.
Yang terakhir, hiburan dapat bernilai positif jika hanya sekedar hiburan
belaka untuk mengisi waktu luang. Hiburan tersebut tidak mengandung maksiat dan
tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Dan itu pun tergantung kepada
jenis hiburannya. Sedangak sisi negatifnya, hiburan dalam artian buruk, adalah
dapat mendorong demoralisasi, agresi, dan despiritualisasi.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan.
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: http://www.makingmanhattan.com/
No comments:
Post a Comment