YakusaBlog- Ada perbedaan antara social scientist, applied
natural scientist dan pure natural scientist. Social scientist
mempelajari masyarakat dan selalu mencari metode-metode baru untuk menyelesaikan
problem-problem masyarakat. Mereka melakukan dan menemukan sesuatu yang belum
ada sebelumnya (innovation).
Applied natural scientis berusaha mengubah apa yang diciptakan Tuhan menjadi
bentuk-bentuk yang bisa lebih berguna bagi manusia. Mereka mengubah yang alami
menjadi sesuatu belum dibuat manusia (invention).
Pure natural scientist berusaha mencari dan menemukan apa yang telah
diciptakan Tuhan terutama hukum-hukumnya yang berlaku abadi. Mereka mempelajari
yang ada, mengerti dan menemukan sesuatu azas atau hukum di dalamnya (discovery).
Para pure natural scientist seperti ahli-ahli fisika dan kimia langsung berbicara dengan ciptaan Tuhan. Karena
itu merekalah yang paling makin merasa tidak tahu dan paling makin merasa
banyak yang tak diketahui. Selangkah mereka lebih maju dalam penyelidikan dan
pengetahuannya, lima langkah horison ilmu pengetahuan itu lebih meluas dan itu
harus pula diketahuinya. Horison ilmu pengetahuan makin jauh. Yang ingin
dicapai makin jauh. Karena itulah para ahli fisika, kimia, matematika adalah
orang-orang yang paling mengetahui keterbatasan akal manusia, walaupun mereka
itu yang paling banyak mempergunakan akal. Hal seperti ini tak akan dialami
oleh “sarjana-sarjana” sosial, ekonomi, politik. Mereka akan sangat percaya
pada akalnya, kagum dan silau akan kemajuan sains dan teknologi buah karya natural
scientist. Natural scientist sendiri tak silau dengan
karyanya. Itulah sebabnya, para ahli fisika, kimia dan matematika adalah yang
paling potentsial sebagai pengabdi Allah, sedang para ahli ekonomi, sosial,
politik adalah yang paling potensial sebagai pemberontak terhadap Allah.
Saya bersyukur pada Allah karena dilahirkan dengan kesempatan
besar untuk mempelajari alam fisika, matematika, biologi, yang obyek utamanya
ciptaan Allah. Saya tak langsung berbicara dengan Dia, tapi saya telah
berbicara langsung dengan ciptaan-Nya dan hukum-hukum-Nya yang jelas (sunatullah).[]
Penulis: Ahmad Wahib, 10 April 1969.
Sumber: Djohan Effendi dan Ismed
Natsir, Pergolakan Pemikiran Islam;
Catatan Harian Ahmad Wahib, Democracy Project (Edisi Digital), Jakarta, 2012, hal: 286-287.
Ket.gbr: net/ilustrsi
Sumber gbr: https://ramadan.sindonews.com/
No comments:
Post a Comment