YakusaBlog- Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) merupakan Organisasi kemahasiswaan yang senantiasa setia untuk
ummat dan bangsa, dalam garis perjuangan dan keintelektualannya membawa tiga grand issue, yakni ke-Mahasiswaan, ke-Islaman, dan ke-Indonesiaan,
kehadapan peradaban Indonesia sampai saat ini.
Kesetiaan yang
dimiliki HMI dari sejak awal berdirinya sampai dengan saat ini sangat jauh
berbanding lurus dari kesetiaan yang dicita-citakan dan diperjuangkan para
pendiri dan tokoh-tokoh HMI terdahulu. Lantas siapa yang salah? Tentu kadernya.
Kader HMI saat ini
telah berubah menjadi trouble maker, hanya
sedikit kader yang mampu menjadi problem solver,
bahagian dari manakah Anda? “Tepuk dada tanya selera.”
Kesetiaan HMI dan kadernya
tersebut haruslah sama antara das sollen (apa yang diharapkan) dan das sein
(apa yang terjadi), HMI dan kadernya harus mampu menunjukkan kesetiaan tersebut
dengan senantiasa memelihara identitas ke HMI-annya yang menjadi tonggak
berdirinya independensi etis dan organisatoris kader-kader HMI se-nusantara.
Lantas apa sebenarnya
Identitas dari HMI itu?
Kader-kader HMI telah
bersepakat untuk berhimpun, menjalankan roda organisasi serta menertibkan
segala administrasi keorganisasian dengan identitas Islam sebagai Ideologi penuh
HMI dan kader-kadernya. Kesepakatan yang telah lama bernaung itu tidak ada yang
mempertentangkannya sampai sekarang dikarenakan Islam memang tak bisa
dipisahkan dari HMI dan kader-kadernya, karena itulah identitas HMI dan
kader-kadernya. Sebab HMI dapat besar karena Islam, keuniversalan Islamlah yang
mampu memadukan semangat Kemahasiswaan, ke-Islaman, dan keindonesiaan. Yang
lebih utama lagi, Islamlah yang menjadi rumah bagi HMI dan kader-kadernya untuk
menghimpunkan diri, belajar dan bertukar pikiran bahkan menggerakkan aksi
kemanfaatan untuk bangsa dan ummat.
Ideologi memang
senantiasa berkaitan dengan identitas, tanpa ideologi identitas takkan terwujud,
sebaliknya tanpa adanya identitas maka ideologi takkan terpelihara dengan baik,
maka semestinya kedua hal ini haruslah seimbang, sejalan dan selaras agar
organisasi tak terjatuh kedalam zona degradasi.
HMI berideologikan
Islam, bukanlah implikasi dari dinamika kebangsaan melainkan merupakan pilihan
dasar. Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para
penganutnya untuk melakukan inovasi, internalisasi, eksternalisasi maupun
obyektifikasi. Dan yang paling penting fundamental peningkatan gradasi umat
diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam, bukan
dari pengaruh eksternal.
Mari kita simak dan
resapi ayat Al-Qur’an surah Al-Ankabut
ayat 69 : “Dan mereka yang berjuang
dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan)
sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif)”.
Dengan penjelasan
ayat diatas, maka sudah sepantasnya kita tetap meneguhkan semangat kita dalam
konteks mempertahankan identitas dan ideologi ke HMI-an kita. Ideologi dalam
ber-HMI tersebut dilegitimasi secara massif
dan tegas didalam Anggaran Dasar HMI pasal 3.
Lantas apa sebab
Kesetiaan itu mengikis dalam tubuh kader-kader HMI saat ini?
Kader-kader HMI masa
kini telah terdoktrin oleh ajaran-ajaran yang melenceng dari identitas aslinya,
apakah itu Marxisme, Komunisme, Liberalisme, dan lain sebagainya yang sangat
berbeda dari warna-warni ke Islaman.
Inilah keistimewaan
HMI dan Kader-kadernya tidak pernah menyempitkan pemikirannya dan senantiasa
memandang Islam Universal dari segala kajian bidang ilmu maka dari itu tidak
ada batasan kepada HMI dan kader-kadernya untuk mempelajari bahkan mendalami
segala macam ilmu-ilmu yang ada bahkan aliran-aliran apapun itu. Namun yang
menjadi kesalahan disini menurut analisis penulis, HMI dan kader-kadernya tak
mampu memberikan filterisasi terhadap apa yang dipelajarinya, dibacanya dan
dilihatnya. HMI dan kader-kadernya secara tidak langsung terwarnai oleh
ideologi-ideologi dunia yang saling bertabrakan secara langsung terhadap
idelogi HMI. Inilah yang menyebabkan penyakit dan krisis keintelektualan
terhadap HMI dan kader-kadernya, akhirnya HMI dan kader-kader nya tidak “bertaring”
dan lemah iman bahkan yang lebih parahnya kader-kader HMI telah mengeksekusi
identitas HMI nya sendiri.
HMI dan
kader-kadernya lebih antusias dan paham terhadap ideologi diluar HMI bahkan
berani menerapkannya dalam gerak langkahnya dalam ber-HMI dari pada harus
bersentuhan langsung dengan Identitasnya sendiri, dengan Ideologinya sendiri
yakni Islam.[]
Penulis: Muhammad Najib
Kader HMI Cabang Medan
ket. gbr: Net/Ilustrasi
Baca juga:
Kirim tulisan teman-teman ke Yakusa Blog. email: yakusablog@gmail.com
No comments:
Post a Comment