YakusaBlog- Akhir-akhir ini terasa sekali banyaknya kritikan maupun otokritik terhadap
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), baik yang nampak dalam media online maupun dalam forum-forum diskusi.
Kritikan itu terjadi bukan tanpa sebab, karena ada suatu sebablah sehingga
kritik pedas pun datang pada HMI.
Tingkatan HMI baik di pusat hingga ke daerah-daerah (PB HMI hingga
Komisariat HMI) hari ini kurang jelas ke mana arah perjuangannya. Sangat terasa
sekali ada sesuatu yang hilang di HMI. Seperti, budaya-budaya intelektual HMI, kalau
adapun itu, pasti tidak berbanding lurus dengan banyaknya kader-kader HMI di
setiap kampus yang ada di Indonesia.
Selain memudarnya budaya-budaya intelektualnya, rasanya independensi HMI
dan independensi kader HMI pun banyak
yang telah menggadaikannya, bahkan menjualnya, demi mengharap “percikan”
penghasilan dari pejabat. Banyak kita lihat, di sana-sini, kader HMI melakukan
aksi, akan tetapi ia seperti: “Angkat tangan kiri, masuk tangan kanan.” Artinya,
mengkritisi kebijakan pemerintah untuk mengisi kantong yang sedang kritis. Terkadang,
kader-kader HMI lebih bangga bertemu dengan seorang pejabat dibanding bertemu
dengan seorang rakyat yang sedang kesusahan. Kader-kader HMI terlihat bangga
berfoto, bahkan selfie dengan seorang
pejabat tersebut. Bahkan yang lebih miris lagi, ada seorang kader bangga
berfoto dengan seorang pejabat korupsi.
Dan ada pula kader-kader HMI, yang diberi amanah untuk mengemban misi HMI,
tidak dapat mengkritisi dan mengaspirasikan suara-suara rakyat. Malah ia lebih
dekat kepada pejabat daripada kepada rakyat. Mungkin jika lebih dekat dengan
pajabat, ia akan mendapatkan uang dan kantong tipis akan jadi tebal.
Kalau ingin mencari uang, jangan di HMI, lebih baik bergabung dengan Go-Jek, menjadi Driver Go-Jek. Pekerjaan itu lebih menjamin untuk mendapatkan uang halal.
Jika Anda mengatakan karena cinta pada hijau-hitam, tooh Go-Jek juga warna hijau-hitam. Menjadi Driver Go-Jek lebih dapat membantu orang-orang dan dapat membantu
ekonomi Anda. Sedangkan jika Anda menggadaikan atau menjual HMI, hal itu bisa
menghancurkan HMI.
Menjadi kader HMI bukan untuk mencari jabatan dan kepentingan materi (uang)
sehingga “menjilat-jilat” kepada pejabat atau penguasa pemerintah. Menjadi Pengurus
Besar, Pengurus Badko, Pengurus Cabang, Pengurus Korkom, dan Pengurus
Komisariat di HMI, bukan untuk mengamankan posisi eksistensi dan bukan untuk
memperkaya diri, meminta-minta, mengamankan uang kuliah, dan mengamankan
pekerjaan setelah kuliah. Tapi menjadi Pengurus di setiap tingkatan HMI adalah
untuk mengemban dan menjalankan misi HMI.
Sebagai seorang kader HMI harus sadar dan harus meluruskan orientasinya dalam ber-HMI.
ber-HMI bukan untuk mencapai tujuan pribadi, jika tujuan pribadi Anda tidak
sesuai dengan tujuan HMI, maka jangan masuk HMI atau keluarlah dari HMI.
carilah suatu organisasi atau komunitas yang sesuai dengan tujuan Anda. Jika Anda
seorang kader HMI ingin mencari uang di HMI, saya sarankan kembali lebih baik
Anda menjadi driver Go-Jek. Itu lebih
baik dan halal. Jangan kotori HMI.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Baca juga:
Kirim tulisan teman-teman ke Yakusa Blog. Email: yakusablog@gmail.com
iya betul gan driver Go-Jek dapat penghasilan juga lumayan gan. http://www.ts7510.net/
ReplyDeleteayo bagi yg suka maen judi ayam on line sabung ayam s128
ReplyDeletedi bolavita tempat nya banyak sekali bonus2 menarik
dan game2 on line terlengakap se indonesia
dengan pelayanan 24 jam yg sangat ramah
ayo segera daftar dan buktikan sendiri
info lbh lanjut:
whatup : +62812-2222-995
BBM: BOLAVITA