YakusaBlog- Jika kita membaca secara mendalam tulisan Ahmad Wahib dalam Catatan
Hariannya yang dibukukan oleh sahabatnya, Djohan Efendi dan Ismed Natsir dengan
judul Pergolakan Pemikiran Islam (PPI)
dan kemudian membandingkannya dengan tulisan Nurcholish Madjid (Cak Nur) dalam
pengantar Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, jelas sekali terlihat adanya
suatu “pertarungan” yang sangat keras antara kelompoknya Ahmad Wahib dkk dengan
Cak Nur dkk.
“Pertarungan” yang terjadi antara kedua kelompok tersebut sangat jauh
sekali berbeda antara beberapa kelompok-kelompok antar kader HMI saat ini. Jika
pertarungan yang terjadi pada saat itu antara kedua kelompok yang kita sebutkan
tadi adalah terkait masalah ide-ide pemikiran, bisa dikatakan perang ide
pemikiran atau perang strategis dalam tubuh HMI. Hal tersebut membuat suatu
dinamika yang konstruktif di kalangan kader-kader HMI, sehingga kualitas
intelektual kader HMI terus bertambah dan kuat.
Sungguh sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan pertarungan
kelompok-kelompok antar kader HMI sendiri. Hari ini terkesan pertarungannya
memperebutkan jabatan atau perang struktural. Akibatnya, dinamika yang ada
bukan dinamika intelektual, sehingga kader-kader sangat rendah kualitas
keilmuannya.
Jika pertarungan antara kelompok Ahmad Wahib dkk dengan Cak Nur bergulir atau berlangsung dalam lingkaran forum diskusi dan forum perkaderan HMI, hari ini pertarungannya
terlihat seperti pertarungan “preman”, maksudnya lebih menonjolkan kekuatan
fisik daripada kekuatan pikiran. Banyak kelompok menarik kader-kader hanya mengumpulkan
massa untuk kekuatan fisik, merebut jabatan, “menjilat” pada pemerintah, bukan
untuk saling mencerdaskan dan menggiring pada perarungan intelektual. Kelompok-kelompok
yang seperti saat ini menurut penulis diisi oleh kader-kader “tolol” yang tidak
duduk pemahaman kekaderannya, sehingga pertarungan yang terjadi adalah
pertarungan tolol.
Akibat dari dinamika yang tidak konstruktif membuat HMI semakin lemah. HMI
tidak terlihat “taji” dalam mengkritisi pemerintah yang tidak berpihak kepada
rakyat. Mudahnya HMI dipecah-belah dan mudahnya independensi HMI dijual ke
mana-mana.
Seharusnya, pada saat ini, kita harus menguatkan ukhuwah Islamiyah sesama
kader dan ummat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Dengan kuatnya ukhuwah
Islamiyah sesama umat Islam dan bangsa Indonesia maka persatuan dan kesatuan
dalam berbangsa dan bernegara agar lebih erat. Untuk mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah Swt. akan lebih mudah. Seharusnya kita kembali
kepada khittahnya HMI.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
Baca juga:
No comments:
Post a Comment