YakusaBlog- Dalam
catatan harian Ahmad Wahib yang telah dibukukan dengan judul Pergolakan Pekimiran Islam (PPI), ia
menyebutkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dapat dikatakan suatu organisasi
kader harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mendidik anggota yang sadar
bukan penurut.
Sungguh sayang bahwa perkaderan di HMI sekarang ini
masih cenderung untuk menghasilkan manusia-manusia yang tidak berkepribadian
dan kebanyakan kurang sadar akan apa yang sesungguhnya menjadi arah dari gerak
organisasi. Anggota-anggota tidak lagi merupakan “imformed public” dan
pemimpin-pemimpin bergembira karena dia menjadi pemimpin dari manusia-manusia
mati. Mereka takut menjadi pemimpin dari manusia-manusia hidup.
2. Mengutamakan kejernihan rasio daripada kehangatan agitasi dan
demagogi, yang karenanya tak akan bersifat isolatif dan membuka diri bagi
dialog dengan segala ide.
Sungguh sayang bahwa sampai kini bahasa slogan dan
eksploitasi sentimen-sentimen massa masih sering dipakai di kalangan pimpinan
HMI. Sama sekali tidak terasa adanya kehidupan kebudayaan dalam HMI yang akan
selalu merangsang kita untuk bergerak mencapai kemajuan dalam pembaharuan dan
pematangan ide-ide. Kekosongan kehidupan batin ini mungkin karena aktivis-aktivisnya terlalu HMI-centered, menganggap
Himpunan sebagai nucleus kehidupan dan bukan sebagai bagian. Anggapan
seperti ini telah kurang “memberi waktu” untuk mengadakan “pertemuan dengan
masalah-masalah luar. Kurangnya dialog dengan perkembangan-perkembangan politik
yang prinsipal, dengan perkembangan sastra dunia, pergolakan-pergolakan
mahasiswa dinegara lain dan sebagainya, membuat HMI menempatkan masalah dirinya di atas
masalah-masalah lain.
3. Pimpinannya secara
periodik terus bergantian.
4. Anggota-anggota mendapat saluran untuk meningkatkan
diri bahkan “distimulir (dipaksa)” untuk meningkatkan diri.
5. Tidak mengutamakan besarnya jumlah anggota, melainkan tingginya
kualitas anggota.
6. Daya kreasi dan semanggat kritis anggota dihormati dan kemerdekaan jiwa
dirangsang.
Organisasi modern merangsang sikap kreatif
anggotanya, sedang organisasi tradisional menekankan partisipasi pasif para
anggotanya. Untuk membangkitkan sikap kreatif maka suasana merdeka harus
dijaga dan jiwa bebas ditumbuhkan. Membunuh kreatifitas anggota berarti bahwa
organisasi telah mulai membunuh dirinya sendiri. Memupuk kreatifitas anggota
berarti mempersubur hidupnya organisasi. Seorang eseis Harjadi S. Hartowardojo
berkata: “Kreatifitas adalah pernyataan keluar hakekat kodratnya sebagai
manusia, baik sebagai manusia individual maupun sebagai anggota masyarakat
individual”. Kemerdekaan adalah syarat mutlak bagi hadirnya dan mampu
berkembangnya sikap kreatif. Tidak ada kreatifitas yang bisa bertahan terhadap
ujian keaslian dan keunikannya sebagai hasil daya cipta, jika tidak dilandasi
oleh perasaan bebas dari segala macam tekanan. Kemerdekaan adalah sesuatu yang
inherent dengan hakekat manusia sendiri baik sebagai individu maupun
kelompok.
7. Dihidupkan kompetisi di antara anggota.
Adanya kompetisi di samping koperasi di dalam
organisasi mempunyai arti bahwa tiap-tiap fungsionaris atau bagian diberi
kesempatan untuk mencapai karier atau prestasi yang setinggi mungkin. Ini
merupakan faktor penggerak dalam organisasi dengan demikian menyesuaikan
dengan naluri-naluri asli yang ada dalam diri manusia. Asal saja dalam
berkompetisi tak ditinggalksn sama sekali faktor koperasinya, mengusahakan
dengan cara-cara yang jujur, meletakan suatu target di mukannya sesuai dengan
kemungkinan kemampuannya saat itu, maka kompetisi yang begini sangat
konstruktif. Maka hapuslah iklim seolah-olah kalau seseorang memburu suatu
karier lebih tinggi adalah jelek, tidak ikhlas, ada interest dan
sebagainya. Ikhlas dan tidaknya seseorang tidak bisa diketahui oleh orang
lain, karena itu persoalan hati. Tapi semua yang terjadi dalam Himpunan ini,
memang menunjukkan betapa kita belum mampu berorganisasi secara moderen, secara
zakelijk, dan semuanya telah mengakibatkan bertebaranya selimut-selimut
kemunafikan. Karena itu perlu disadari bahwa menghidupkan kompetisi dalam
organisasi berarti menimbulkan vitalitas dan dinamika dalam kehidupan dan rasa
tanggung jawab dalam diri masing-masing sebagai manusia perjuangan.
8. Membangkitkan semangat percaya pada diri sendiri
dan membunuh setiap bentuk pembeoan.
9. Penghormatan terhadap “nilai-nilai”, right to
dissent, duty to answer dan penggikisan prinsip-prinsip “identification with
the whole”.
Dalam sebuah organisasi kader, tidak ada keharusan
bahwa keputusan atau sikap organisasi harus juga menjadi sikap pribadi
tiap-tiap anggota, dalam statusnya sebagai individu. Hal ini terkecuali kalau
pribadi itu berbicara dalam status sebagai wakil organisasi. Dalam arena dimana
dia berada sebagai individu biasa yang telanjang, maka suatu kebolehan (malahan
keharusan) baginya untuk menjaga integrits pribadinnya: dan orang lain harus
memandangnya sebagai kemutlakan pribadi pula. Kecenderungan-kecenderungan
organisasi-organisasi kita selama ini ialah suatu gerakan untuk mempermak
manusia dalam satu mode, dalam suatu skema dan kategori. Mereka tidak tahu
manusia itu individual. Ini membunuh kemanusiaan kita. Dalam organisasi kader,
hal seperti ini tidak boleh terjadi. Right to dissent mesti dihormati.
Karena itu keputusan bersama sama dengan mufakat itu tidak perlu. Sistem voting
adalah sistem yang lebih demokratis dan berkemanusiaan.
10. Pengurus selalu mengikuti
kemajuan yang diperoleh tiap-tiap anggota.
Karena itu bagi HMI merupakan suatu keharusan untuk
secara periodik bisa menilai kemajuan tiap anggota, dalam perkembangan:
kemampuan akademisnya, sikap kreatifnya, moral pengabdiannya dan nafas
Islamnya. Agaknya, perintisan bagi permusuhan suatu cara “educational evaluation
and measurement” dalam perkaderan kita harus segera dimulai.
11. Anggota-anggotanya ialah mereka yang masih punya potensi untuk
mengembangkan diri.
12. Struktur organisasi dan
mekanismenya diatur sesuai dengan tujuan dari proses perkaderannya.
Yang kita lihat kini ialah struktur organisasi dari
Himpunan (struktur pimpinan dengan job classification-nya) sama sekali
belum menunjang lancarnya proses pencapaian tujuan. Yang dihasilkan HMI hanyalah
kesibukan-kesibukan dan pemborosan tenaga dan gagallah HMI menjadi generator
kemajuan. Struktur yang ada sekarang sangat tidak tepat bagi sebuah organisasi
kader.
13. Selalu mengadakan
eksperimen-eksperimen bagi pengembangan pikiran-pikiran baru.
Sayang sekali dalam tingkat sekarang ini syarat ke
13 di atas belum terlaksana, malahan masih terasa hambatan-hambatan mental
untuk merealisirnya. Mental “status oriented” yang masih hidup di HMI
(pimpinan-pimpinannya) mengakibatkan setiap usaha pembinaan pikiran-pikiran
baru dinilai sebagai usaha merongrong kedudukan, mengejar posisi dan
popularitas nama. Mereka belum bisa menilai sesuatu “achievement motive”,
murni sebagaiamana adanya, dalam rangka peningkatan karya-karya positif.
Masalah posisi akhir-akhir ini kelihatan menjadi masalah sensitif dalam rangka
menilai pikiran-pikiran lain. Mereka menilai posisi sebagai posisi dan tidak
bisa menilai posisi sebagai batu penyangga yang bisa perlu dan tidak perlu
dalam rangka mencapai tujuan yakni pencapaian yang lebih tinggi.
14. Sesuai dengan
fungsinya yaitu pengembangan individu, maka anggotanya merupakan suatu flux
(constant flow) dan karenanya tidak permanen.
Demikianlah beberapa syarat organisasi kader yang
harus kita penuhi kalau kita memang ingin konsekuen bernama organisasi kader.
Alangkah jauhnya ide dengan realita. Tapi mudah-mudahan saja ide yang masih
jauh ini justeru membangkitkan semangat dalam diri. Kans untuk maju masih
banyak.[]
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Baca juga:
No comments:
Post a Comment