Syarat-Syarat HMI Sebagai Organisasi Kader - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 31 October 2017

Syarat-Syarat HMI Sebagai Organisasi Kader


YakusaBlog- Dalam catatan harian Ahmad Wahib yang telah dibukukan dengan judul Pergolakan Pekimiran Islam (PPI), ia menyebutkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dapat dikatakan suatu organisasi kader harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    1. Mendidik anggota yang sadar bukan penurut.

Sungguh sayang bahwa perkaderan di HMI sekarang ini masih cenderung untuk menghasilkan manusia-manusia yang tidak berkepribadian dan kebanyakan kurang sadar akan apa yang sesungguhnya menjadi arah dari gerak organisasi. Anggota-anggota tidak lagi merupa­kan “imformed public” dan pemimpin-pemimpin bergembira karena dia menjadi pemimpin dari manusia-manusia mati. Me­reka takut menjadi pemimpin dari manusia-manusia hidup.

    2. Mengutamakan kejernihan rasio daripada kehangatan agi­tasi dan demagogi, yang karenanya tak akan bersifat isolatif dan membuka diri bagi dialog dengan segala ide.

Sungguh sayang bahwa sampai kini bahasa slogan dan eksploitasi sentimen-sen­timen massa masih sering dipakai di kalangan pimpinan HMI. Sama sekali tidak terasa adanya kehidupan kebudayaan dalam HMI yang akan selalu merangsang kita untuk bergerak men­capai kemajuan dalam pembaharuan dan pematangan ide-ide. Kekosongan kehidupan batin ini mungkin karena aktivis-akti­visnya terlalu HMI-centered, menganggap Himpunan sebagai nucleus kehidupan dan bukan sebagai bagian. Anggapan seperti ini telah kurang “memberi waktu” untuk mengadakan “perte­muan dengan masalah-masalah luar. Kurangnya dialog dengan perkembangan-perkembangan politik yang prinsipal, dengan perkembangan sastra dunia, pergolakan-pergolakan mahasiswa dinegara lain dan sebagainya, membuat HMI menempatkan masalah diri­nya di atas masalah-masalah lain.

    3. Pimpinannya secara periodik terus bergantian.

    4. Anggota-anggota mendapat saluran untuk meningkatkan diri bahkan “distimulir (dipaksa)” untuk meningkatkan diri.

    5. Tidak mengutamakan besarnya jumlah anggota, melain­kan tingginya kualitas anggota.

    6. Daya kreasi dan semanggat kritis anggota dihormati dan kemerdekaan jiwa dirangsang.

Organisasi modern merangsang sikap kreatif anggotanya, sedang organisasi tradisional mene­kankan partisipasi pasif para anggotanya. Untuk membang­kitkan sikap kreatif maka suasana merdeka harus dijaga dan jiwa bebas ditumbuhkan. Membunuh kreatifitas anggota ber­arti bahwa organisasi telah mulai membunuh dirinya sendi­ri. Memupuk kreatifitas anggota berarti mempersubur hidup­nya organisasi. Seorang eseis Harjadi S. Hartowardojo berkata: “Kreatifitas adalah pernyataan keluar hakekat kodratnya sebagai manusia, baik sebagai manusia individual maupun sebagai ang­gota masyarakat individual”. Kemerdekaan adalah syarat mutlak bagi hadirnya dan mampu berkembangnya sikap kreatif. Tidak ada kreatifitas yang bisa bertahan terhadap ujian keaslian dan keunikannya sebagai hasil daya cipta, jika tidak dilandasi oleh perasaan bebas dari segala macam tekanan. Kemerdekaan ada­lah sesuatu yang inherent dengan hakekat manusia sendiri baik sebagai individu maupun kelompok.

    7. Dihidupkan kompetisi di antara anggota.

Adanya kom­petisi di samping koperasi di dalam organisasi mempunyai arti bahwa tiap-tiap fungsionaris atau bagian diberi kesempatan un­tuk mencapai karier atau prestasi yang setinggi mungkin. Ini merupakan faktor penggerak dalam organisasi dengan demiki­an menyesuaikan dengan naluri-naluri asli yang ada dalam diri manusia. Asal saja dalam berkompetisi tak ditinggalksn sama sekali faktor koperasinya, mengusahakan dengan cara-cara yang jujur, meletakan suatu target di mukannya sesuai dengan ke­mungkinan kemampuannya saat itu, maka kompetisi yang be­gini sangat konstruktif. Maka hapuslah iklim seolah-olah kalau seseorang memburu suatu karier lebih tinggi adalah jelek, tidak ikhlas, ada interest dan sebagainya. Ikhlas dan tidaknya seseo­rang tidak bisa diketahui oleh orang lain, karena itu persoalan hati. Tapi semua yang terjadi dalam Himpunan ini, memang menunjukkan betapa kita belum mampu berorganisasi secara moderen, secara zakelijk, dan semuanya telah mengakibatkan bertebaranya selimut-selimut kemunafikan. Karena itu perlu di­sadari bahwa menghidupkan kompetisi dalam organisasi berar­ti menimbulkan vitalitas dan dinamika dalam kehidupan dan rasa tanggung jawab dalam diri masing-masing sebagai manu­sia perjuangan.

    8. Membangkitkan semangat percaya pada diri sendiri dan membunuh setiap bentuk pembeoan.

    9. Penghormatan terhadap “nilai-nilai”, right to dissent, duty to answer dan penggikisan prinsip-prinsip “identification with the whole.

Dalam sebuah organisasi kader, tidak ada keharusan bahwa keputusan atau sikap organisasi harus juga menjadi si­kap pribadi tiap-tiap anggota, dalam statusnya sebagai individu. Hal ini terkecuali kalau pribadi itu berbicara dalam status se­bagai wakil organisasi. Dalam arena dimana dia berada sebagai individu biasa yang telanjang, maka suatu kebolehan (malahan keharusan) baginya untuk menjaga integrits pribadinnya: dan orang lain harus memandangnya sebagai kemutlakan pribadi pula. Kecenderungan-kecenderungan organisasi-organisasi kita selama ini ialah suatu gerakan untuk mempermak manusia da­lam satu mode, dalam suatu skema dan kategori. Mereka tidak tahu manusia itu individual. Ini membunuh kemanusiaan kita. Dalam organisasi kader, hal seperti ini tidak boleh terjadi. Right to dissent mesti dihormati. Karena itu keputusan bersama sama dengan mufakat itu tidak perlu. Sistem voting adalah sistem yang lebih demokratis dan berkemanusiaan.

    10. Pengurus selalu mengikuti kemajuan yang diperoleh tiap-tiap anggota.
Karena itu bagi HMI merupakan suatu keharusan untuk secara periodik bisa menilai kemajuan tiap anggota, da­lam perkembangan: kemampuan akademisnya, sikap kreatifnya, moral pengabdiannya dan nafas Islamnya. Agaknya, perintisan bagi permusuhan suatu cara “educational evaluation and mea­surement” dalam perkaderan kita harus segera dimulai.

    11. Anggota-anggotanya ialah mereka yang masih punya po­tensi untuk mengembangkan diri.

    12. Struktur organisasi dan mekanismenya diatur sesuai de­ngan tujuan dari proses perkaderannya.

Yang kita lihat kini ia­lah struktur organisasi dari Himpunan (struktur pimpinan de­ngan job classification-nya) sama sekali belum menunjang lan­carnya proses pencapaian tujuan. Yang dihasilkan HMI hanya­lah kesibukan-kesibukan dan pemborosan tenaga dan gagallah HMI menjadi generator kemajuan. Struktur yang ada sekarang sangat tidak tepat bagi sebuah organisasi kader.

    13. Selalu mengadakan eksperimen-eksperimen bagi pengem­bangan pikiran-pikiran baru.

Sayang sekali dalam tingkat seka­rang ini syarat ke 13 di atas belum terlaksana, malahan masih terasa hambatan-hambatan mental untuk merealisirnya. Mental “status oriented” yang masih hidup di HMI (pimpinan-pimpin­annya) mengakibatkan setiap usaha pembinaan pikiran-pikiran baru dinilai sebagai usaha merongrong kedudukan, mengejar posisi dan popularitas nama. Mereka belum bisa menilai se­suatu “achievement motive”, murni sebagaiamana adanya, dalam rangka peningkatan karya-karya positif. Masalah posisi akhir-akhir ini kelihatan menjadi masalah sensitif dalam rangka me­nilai pikiran-pikiran lain. Mereka menilai posisi sebagai posi­si dan tidak bisa menilai posisi sebagai batu penyangga yang bisa perlu dan tidak perlu dalam rangka mencapai tujuan yakni pencapaian yang lebih tinggi.

    14. Sesuai dengan fungsinya yaitu pengembangan individu, maka anggotanya merupakan suatu flux (constant flow) dan karenanya tidak permanen.

Demikianlah beberapa syarat orga­nisasi kader yang harus kita penuhi kalau kita memang ingin konsekuen bernama organisasi kader. Alangkah jauhnya ide dengan realita. Tapi mudah-mudahan saja ide yang masih jauh ini justeru membangkitkan semangat dalam diri. Kans untuk maju masih banyak.[]


Ket.gbr: Net/Ilustrasi

Baca juga:

No comments:

Post a Comment