YakusaBlog- “Tidaklah Aku diutus menjadi seorang rasul, melainkan untuk memperbaiki
Akhlak manusia.” Demikian sabda Muhammad Saw. “Membina pribadi Muslim untuk
mencapai aqhlaqul karimah.” Demikian
pula tertuang dalam salah satu Usaha Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang diatur
oleh pasal 5 ayat (1) Anggaran Dasar HMI (AD HMI).
HMI adalah suatu wadah yang diisi oleh mahasiswa-mahasiswa Islam (anggota
HMI) dan organisasi yang berazaskan Islam, sudah seharusnya (wajib) menjadikan
ajaran-ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan bergerak. Sabda Rasulullah
Saw. yang kita sebutkan di atas, pun kiranya menjadi motivasi anggota HMI dalam
beraktivitas di HMI dan di luar HMI.
HMI begitu terkenal dengan keintelektualannya, sehingga terkadang tidak
terkontrol sehingga sebahagian terjerumus ke dalam ranah yang salah. Anggota
HMI terkadang terlalu mengutamakan rasio dan bahkan terpengaruh cara berpikir
yang materialistis sehingga mengakibatkan anggota HMI bersikap hedon dan
pragmatis. Ada kesalahan dalam memaknai keintelektualan tersebut.
Keintelektualan dimaknai secara sempit, hanya diukur dengan kecerdasan akal,
tidak diukur dengan perbuatan amal baik.
Tidaklah salah memang kita sebagai seorang anggota HMI yang notabenenya
sebagai seorang mahasiswa (kaum intelektual) terus mempertajam ilmu pengetahuan
dan daya pikir kita. Akan tetapi, jangan sampai kita melupakan atau
menyampingkan suatu akhlak mulia (aqhlakul
karimah). Seharusnya ilmu dan kecerdasan yang kita peroleh dapat memperkuat
akhlak kita dalam berorganisasi.
Akhlak Islam menganjurkan bahwa cita-cita hidup kita semata-mata adalah
untuk mencari kemuliaan di mata Allah, yang dengan demikian kemuliaan di mata
sesama manusia juga akan kita dapatkan. Pun kiranya di HMI, kita mencari
kemuliaan di mata Allah Swt. bukan kemuliaan di mata pejabat.
Jika kita melahit kondisi anggota-anggota HMI saat ini, banyak sekali yang
telah melanggar akhlak Islam. Tidak perlu jauh-jauh untuk melihat contohnya, di
sekitar kita, masih ada anggota-anggota HMI yang melanggar akhlak kepada Allah
Swt. Misalnya, Allah Swt. memerintahkan kita untuk shalat, akan tetapi anggota
HMI melanggar perintah Allah Swt. tersebut dengan berbagai alasan ini dan itu.
Kemudian, akhlak sesama anggota, terus kita temukan anggota-anggota HMI yang
saling memburuk-burukkan, padahal itu sama saja menggigit jarinya sendiri.
Dalam aktivitas ber-HMI, masih banyak anggota-anggota HMI tidak berakhlak
dengan “mengangkangi” aturan main ber-HMI. Banyak anggota HMI lebih patuh pada
“perseorangan” dibanding patuh pada azas HMI (Islam) dan aturan organisasi HMI.
Hal ini membuktikan bahwa, anggota-anggota HMI masih lemah akhlaknya.
Untuk merealisasikan usaha-usaha HMI (pasal 5 AD HMI) dalam membina pribadi
Muslim untuk mencapai aqhlaqul karimah dan
untuk mencapai tujuan HMI (pasal 4 AD HMI) , setiap anggota HMI harus
mengetahui bagaimana berakhlak yang Islami dan mempraktekkannya dalam aktivitas
sehari-hari.
Akhlak mulia harus menjadi prioritas utama bagi anggota HMI, baik
hubungan secara vertikal (hablumminallah),
secara horizontal (hablumminannas wa
hablumminal’alam). Maksudnya berakhlak baik kepada Allah Swt. dengan
menjalankan perintah-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya, dan berakhlak baik
kepada sesama anggota HMI, masyarakat, dan kepada lingkungan sekitar.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Baca juga:
No comments:
Post a Comment