Kader Harus Taat Pada Konstitusi HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 17 October 2017

Kader Harus Taat Pada Konstitusi HMI


YakusaBlog- Jika dahulu awal-awal reformasi banyak kritikan atau otokritik kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terkait menurunnya kualitas intelektual kader-kader HMI, seperti banyak terdapat dalam bukunya Alm. Agussalim Sitompul yang berjudul HMI Mengayuh Di Antara Cita dan Kritik dan juga di berbagai literatur lain. Kritikan tersebut memang benar adanya. Di mana kader HMI secara kualitas intelektual sangat menurun. Di dalam 44 Indikator Kemunduran HMI yang ditulis Alm. Agussalim tersebut juga disebutkan.

Hal tersebut masih dirasakan saat ini. Menurunnya kualitas intelektual kader HMI saat ini, faktor terbesarnya adalah karena menurunnya tradisi-tradisi intelektual kader HMI. Kader-kader HMI lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang taktis dan mencaru tujuan dengan praktis, daripada hal-hal yang strategis. Tradisi seperti membaca, menulis, diskusi, seminar, penelitian dan tradisi intelektual lainnya jauh sekali dari kader-kader HMI.

Budaya-budaya hedon menjadi sesuatu yang akut bagi kader-kader kita. Kader HMI mudah terpengaruh oleh perkembangan zaman tekhnologi sehingga dimabuk dengan dunia maya. Seharusnya kader-kader HMI menjadi aktivis sosial, sekarang banyak yang menjadi aktivis media sosial (konsumerisme).

Yang kita sebutkan di atas adalah bagian dari penurunan kualitas kader yang sering di kritik oleh orang-orang banyak. Akan tetapi, hari ini kita juga menemukan faktor menurunnya kualitas kader HMI secara individual atau organisasional. Mungkin faktor ini sudah pernah disinggung oleh warga HMI, akan tetapi secara praktiknya yang sudah klimaks baru kita lihat sekarang. Faktor yang kita maksudkan tersebut adalah kurang taatnya kader-kader HMI pada aturan hukum (rule of law) atau aturan main (rule of game) dalam ber-HMI, yaitu Konstitusi HMI.

Kader-kader kita lebih patuh kepada seseorang yang ia segani atau lembaga yang di atasnya. Sehingga menghasilkan intervensi dan instruksi yang bertentangan dengan Konstitusi HMI. Aturan main ini telah banyak dikangkangi oleh kader sehingga menimbulkan kualitas berorganisasi yang buruk. Secara hakikatnya, jika suatu aturan telah dikesampingkan maka yang terjadi adalah kehancuran. Jika demikian yang terjadi, tidaklah ada bedanya dengan istilah homo-homo ni lupus (yang kuat memakan yang lemah). Dan sering memaksakan dan menghalalkan segala cara demi menggapai kepentingan pribadi dan kekuasaan.

Bukti konkrit dari faktor tersebut adalah dipaksakannya kehendak pribadi atau golongan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Jika aturan main ber-HMI sudah tidak menjadi pedoman lagi, budaya-budaya anarkisme akan terus muncul di HMI. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya terlihat bentrok antar sesama kader HMI. Lihat contohnya, beberapa HMI Cabang yang ada dari Sabang hingga Merauke. Tidak dijadikannya atau tidak ditaatinya Konstitusi HMI sebagai pedoman berorganisasi, maka tinggal menunggu kejenuhan semua warga HMI yang berakibatkan akan bubarnya HMI. Pecahnya HMI menjadi dua ketika Kongres HMI ke-16 di Padang (HMI Dipo dan HMI MPO) karena perdebatan azas cukuplah menjadi pelajaran bagi kita. Jangan sampai terulang hal yang baru, HMI pecah karena ada sekelompok yang tidak taat pada Konstitusi HMI. Bisa jadi mungkin akan muncul HMI MPK (HMI Majelis Penyelamat Konstitusi).

Untuk itu, setiap kader HMI harus betul-betul mempelajari, memahami dan mengaplikasikan Konstitusi HMI. Jangan mengikuti sesuatu perkataan dari siapapun yang melanggar Konstitusi HMI. Setiap kader HMI harus memiliki Konstitusi HMI baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Jika kita ingin betul-betul menjadi seorang organisatoris, aturan main harus dipegang teguh. Begitu juga ber-HMI, jika ingin benar-benar berproses di HMI, jauhkan kehendak-kehendak pribadi yang dipengaruhi hawa nafsu setan, pegang dan taatilah Konstitusi HMI.[]


Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan


No comments:

Post a Comment