5 Konsep Pemahaman Dasar Ber-HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Wednesday, 18 October 2017

5 Konsep Pemahaman Dasar Ber-HMI


YakusaBlog- Meningkatkan kualitas intelektual manusia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setiap manusia harus melalui berbagai proses perjalanan menuju kematangan pola pikir dan pola laku. Demi mempermudah perjalanan tentu dibutuhkan sesuatu bekal untuk mencapai tujuan. Begitu pula ketika membentuk pola pikir (intlektualitas) manusia, tentu membutuhkan konsep pemahaman dasar sebagai modal awal.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan oleh sekelompok mahasiswa Islam di Indonesia, yang diinisiasi oleh seorang mahasiswa Islam, bernama Lafran Pane pada tahun 1947, tentunya mempunyai latar belakang dan tujuan pembentukan. HMI di dirikan bukan untuk dijadikan basis politik, akan tetapi sebagai basis intelektual-intelektual muda Islam. Jika kita pinjam bahasanya Cak Nur, ia menyebutkan di HMI akan menghasilkan dua kelompok, yaitu Muslim-Intelektual dan Intelektual-Muslim.

Maksudnya, Muslim-Intelektual itu adalah mahasiswa-mahasiswa berasal dari  pesantren yang kuliah di Perguruan Tinggi dan basicnya ilmu agama Islam dapat menguasai juga ilmu-ilmu pengetahuan umum dikarenakan belajar bersama mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari sekolah umum yang basic ilmunya ilmu-ilmu pengetahuan umum. Sedangkan, Intelektual-Muslim adalah mahasiswa-mahasiswa Muslim yang berasal dari sekolah umum dapat menguasai ilmu agama dari HMI, dikarenakan belajar bersama dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari pesantren.

Nah, jika kita kembali mengutip kata-kata para tokoh tentang sepak terjang HMI dan kader-kadernya, Franz Magnis Suseno berpendapat bahwa organisasi HMI adalah dapurnya intelektual-intelektual muda Indonesia. Artinya, HMI melahirkan pemuda-pemuda Muslim yang mempunyai intelektualitas yang mumpuni, sehinggga dapat mengisi segala lini yang ada dalam masyarakat Indonesia. Tak perlu lagi kita sebutkan tokoh-tokoh intelektual yang lahir dari rahim HMI, tentunya mereka telah banyak dikenal khalayak ramai.

Dengan demikian, jika kita ambil sunstansi dari apa yang saya jelaskan di atas, untuk meningkatkan kualitas intelektual kader HMI, tentunya harus mempunyai konsep dasar yang meningkatkan pemahaman ber-HMI, sehingga melahirkan kader-kader HMI yang berkualitas. Maka untuk itu, menurut saya ada lima konsep dasar yang harus dipahami oleh setiap kader HMI, yaitu:

Pertama, seorang kader harus mempunyai pemahaman keIslaman. Maksudnya adalah, Islam yang menjadi azas HMI dan sebagai agama setiap kader, harus menjadi ruh kehidupannya. Ajaran-ajaran Islam harus ia pahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diingat bahwa, pemahaman keIslaman di HMI tidak bersifat sempit. Artinya, pemahaman keIslaman seorang kader tidak takliq (tertutup). Pemahaman Islam seorang kader HMI harus moderat, tidak menyalahkan ajaran-ajaran syariat yang dianut oleh beberapa kelompok Islam selama kelompok itu masih memegang teguh Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Kedua, pemahaman ideologi. Maksudnya adalah, seorang kader harus betul-betul memahami ideologi-ideologi yang di dunia ini. Penyebaran-penyebaran ideologi terus berkembang yang dapat mempengaruhi pola pikir dan pola laku manusia. Seorang kader harus dapat memahami ideologi-ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam, sehingga tidak terpengaruh dengan ideologi sesat tersebut. Misalnya, masuknya ideologi komunisme, kapitalisme, sekularisme, dan ideologi sesat lainnya. Jika kader-kader HMI tidak dapat membendung itu, maka kader-kader kita yang beragama Islam akan hancur. Solusinya adalah, Islam bukan hanya dijadikan sebagai agama, akan tetapi sekaligus ideologi.

Ketiga, seorang kader harus betul-betul memahmi konstitusi HMI. Maksudnya, seorang kader adalah tulang punggung organisasi yang menggerakkan HMI. Organisasi tidak akan dapat berjalan baik jika tidak ada yang menggerakkannya. Nah, dengan digerakkannya suatu organisasi dengan keinginan mencapai tujuan organisasi, supaya tidak memaksakan kehendak pribadi, maka dibutuhkan yang namanya aturan main berorganisasi. Jika kader-kader HMI ingin sukses dalam ber-HMI, maka Konstitusi HMI harus dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan ber-HMI.

Keempat, pemahaman keindonesiaan. Maksudnya adalah, seorang kader yang notabenenya adalah seorang warga negara Indonesia, harus meningkatkan pemahamannya tentang keIndonesiaan. Dengan cara itu, maka kecintaan kepada negara semakin tinggi, dan tidak akan berniat merusak-rusak atau tidak akan menghianati negara dalam bentuk perbuatan buruk. Dengan pemahaman ini, kecintaan terhadap bangsa (umat) di Indonesia akan semakin meningkat. Kepedulian sosial (ummat) akan menjadi dasar ia bergerak. Dengan kecintaan kepada negara dan bangsa, mewujudkan kedamaian dan keadilan akan menjadi tugas bersama.

Kelima, pemahaman kemahasiswaan. Artinya, kader-kader HMI yang notabenenya seorang mahasiswa muslim, harus sadar akan funsi dan perannya sebagai agent of change and agent of control social. Ia sadar bahwa dia adalah generasi penerus bangsa dan agama, maka harus mempersiapkan diri sejak dini. Dengan sadar akan statusnya sebagai seorang mahasiswa sekaligus juga seorang pelajar, maka nilai-nilai keilmuan menjadi ciri khasnya. Ia akan sadar bahwa, gerak dan langkahnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengaspirasikan dan menyampaikan kepada pemerintah terkait permasalahan yang dialaminya. Mahasiswa menjadi penyambuh lidah rakyat.

Lewat penjelasan yang singkat di atas, kiranya lima konsep dasar tersebut, dapat menjadi bahan kajian dan renungan bagi kita seorang kader HMI. Pemahaman-pemahaman terkait apa yang kita sebutkan di atas harus terus ditingkatkan oleh seorang kader HMI. Tentunya dalam rangka meningkatkan kualitas intelektual kader HMI kedepannya.[]

Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan

Ket.Gbr: Net/Ilustrasi

                  Tafsir Mukaddimah HMI
                          Menjaga Kader HMI Dari Paham Sesat

No comments:

Post a Comment