Bukan Sekedar Ber-HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 23 October 2017

Bukan Sekedar Ber-HMI


YakusaBlog- Jika kita bertanya kepada seorang mahasiswa Muslim yang baru bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), “mengapa Anda bergabung di HMI dan apa tujuan Anda ber-HMI?” Banyak sekali di antara mereka menjawab, “Saya ingin berorganisasi”, “Saya ingin mencari pengalaman di HMI”, “Saya ingin mencari teman di HMI”, “Saya ingin belajar di HMI”, dan “Saya ingin menambah wawasan di HMI”. Demikianlah berbagai jawaban yang penulis dapatkan dari mereka, ketika saya mewawancarai mereka pada saat test interview mengikuti Latihan Kader I (Basic Training) di HMI Cabang Medan. Tidak menutup kemungkinan, jawaban itu juga banyak kita dapatkan di HMI Cabang se-Indonesia.

Tentunya kita sendiri pun pernah mengatakan salah satu jawaban-jawaban yang kita sebutkan tadi. Tujuan-tujuan yang privat tersebut tidaklah salah. Setiap mahasiswa Islam yang bergabung dengan HMI berhak untuk mengatakan demikian. Di HMI itu sendiri ada dua tujuan, yang pertama tujuan pribadi seorang kader HMI dan tujuan HMI itu sendiri. Tujuan itu juga bagian daripada motivasi untuk ber-HMI.

Nah, setelah dinyatakan sah menjadi anggota HMI, baik sebagai anggota muda (pasca Maperca) dan sebagai anggota biasa (pasca LK I), dalam praktiknya pun tujuan pribadi tersebut mulai menurun. Motivasi ingin belajar dan mencari wawasan di HMI mulai menurun, bahkan tidak jarang banyak kader-kader HMI “melarikan diri” setelah menjadi pengurus HMI di setiap tingkatan. Demikianlah merupakan kita sebut sebagai masalah, di mana antara das sollen (apa yang diharapkan) dengan das sein (apa yang terjadi) tidak berbanding lurus.

Mengapa hal ini terjadi? Menurut penulis hal ini terjadi karena penyampaian orientasi ber-HMI belum maksimal dan situasi kondisi (budaya) organisasi HMI itu sendiri. Maksud penyampaian orientasi ber-HMI yang kurang maksimal maksud, tidak bisa memadukan tujuan HMI dengan tujuan privat tersebut, sehingga terjadi tujuan yang tidak berbanding lurus. Artinya, muncul tujuan-tujuan “gelap” di HMI, hal itu tercerminkan dalam watak, pola pikir dan pola laku seorang anggota HMI.

Sedangkan, situasi kondisi (budaya) di HMI sendiri maksudnya, kultur yang dibangun dalam lingkungan HMI tidak lagi seperti awal berdirinya HMI, atau kultur pada saat masa-masa kejayaan HMI. Kultur intelektual dan solidaritas di HMI mulai berkurang saat ini. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya kelompok-kelompok dekonsturktif di dalam tubuh HMI itu sendiri. HMI terkesan hanya seperti organisasi komunitas, hanya tempat berkumpul biasa saja. Budaya intelektual di HMI mulai terkikis ditelan budaya hedonis dan budaya apatis.

Perlu kita sadari bahwa, HMI didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawan (1947) merupakan perjalanan historis yang sangat panjang hingga terbentuknya. Tujuan-tujuan pun demikian. HMI ada bukan sekedar organisasi biasa saja, bukan wadah berkumpul para mahasiswa Islam tanpa tujuan yang jelas. HMI dibentuk bukan untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan. Tapi, HMI didirikan merupakan suatu wadah perjuangan dalam membentuk karakter mahasiswa Islam di Indonesia sehingga mampu menjawab tantangan zaman dalam rangka mewujudkan masyarakat madani, semata-mata mengharap ridho dari Allah Swt.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dari HMI sangat diharapkan oleh bangsa dan negara Republik Indonesia. Demikian yang sudah dibuktikan oleh kader-kader HMI angkatan pertama hingga awal-awal reformasi, di mana mereka dapat mengisi segala lini masyarakat Indonesia. Kita pun masih merasakan peran mereka hingga saat ini.

Nah, yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan kader-kader HMI saat ini? Mampukah kita mengikuti jejak mulia yang mereka (alumni HMI) lakukan? Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi tantangan zaman yang akan datang ketika sudah terjun langsung di dunia nyata (masyarakat)? Sudahkah kita mempersiapkan kualitas intelektual kita? Sudah kita mempertebal benteng keimanan kita, di mana saat ini kita berada dalam lingkaran sekularisme, liberalisme, materialisme, komunisme dan kapitalisme?

Maka dari itu, untuk setiap anggota HMI harus meningkatkan kesadarannya. Meningkatkan kualitas intelektual (keilmuan) dan keimanannya (tauhid). Setiap anggota harus meningkatkan akhlakul karimah dan ukhuwah islamiyah (amal shaleh). Bergabung dengan suatu organisasi, bukan sekedar berorganisasi. Bukan sekedar ngumpul-ngumpul tanpa tujuan yang jelas dan tanpa tujuan yang membangun (konstruktif). Begitu pula di HMI, bergabung dengan HMI bukan sekedar ber-HMI.[]


Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan

Baca juga:

No comments:

Post a Comment