YakusaBlog- Di tengah-tengah majunya era modernisasi saat ini, budaya
atau pola laku pemuda Muslim kita sangat berbagai macam. Pengaruh-pengaruh dari
budaya luar lebih mendominasi. Pemuda Muslim kita terasa kehilangan arah, sehingga
banyak yang mengkonsumsi secara buta apa yang datang dari luar. Tidak lagi
memilah-milah. Sesuatu yang lebih populer dan banyak pengikutnya itulah yang
diikuti. Padahal, apa yang diikuti itu belum tentu sesuai dengan ajaran Islam,
agama yang dipeluknya.
Pemuda Muslim kita di Indonesia ini sudah mulai latah dan
sombong. Angkuh dan congkak, bangga dengan kesalahan yang diperbuatnya. Tidak
dapat mengontrol hawa nafsunya. Di zaman canggihnya tekhnologi informasi saat
ini, pemuda Muslim kita di Indonesia mayoritas terpengaruh oleh unsur-unsur
negatifnya. Rasa malu berbuat kemaksiatan tidak ada lagi. Hari ini terlihat
terang-terangan bagaimana pemuda-pemuda kita, baik laki-laki maupun perempuan
dengan bangganya menunjukkan budaya-budaya Barat. Sudah mulai hilang rasa
malunya.
Baginda Rasulullah Saw. pernah mengatakan bahwa rasa malu
itu adalah bagian daripada iman. Dalam hadistnya, Rasulullah Saw. mengatakan: “Iman itu memiliki enam puluh cabang lebih
dan malu itu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari). Pada suatu hari, Nabi
Muhammad Saw. berjalan melewati seorang laki-laki dari kalangan Anshar dan ia
menasehati saudaranya mengenai malu. Maka Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Biarkanlah dia, karena sesungguhnya malu
itu bagian dari iman.” (HR. Bukhari).
Lantas, malu seperti apakah yang dimaksud? Rasa malu yang
dimaksud dalam tingkah laku umat Islam pada umumnya, dan pemuda Muslim
khususnya, adalah malu akan berbuat kejahatan. Sehingga dengan rasa malu itu,
dia tidak akan mengerjakan perbuatan maksiat. Dengan tidak mengerjakan maksiat
tersebut, maka rasa iman ada dalam dirinya. Karena dengan iman kepada Allah
Swt. maka ia akan terjaga dari perbuatan yang tidak baik.
Kalau kita tarik dalam kehidupan budaya pemuda kita saat
ini, mayoritas mereka malu untuk berbuat kebaikan. Ia malu melangkahkan kakinya
ke masjid untuk shalat berjama’ah. Ia malu pergi menghadiri majelis-majelis
ilmu. Ia malu banyak bergaul dengan orang miskin. Tapi pemuda Muslim di
Indonesia ini, bangga dengan pergi ke Bar, bangga memakai Narkoba, bangga
menampakkan auratnya, bangga berteman dengan orang-orang zolim, bangga dengan
sifat hidup yang hedon dan bangga berbuat maksiat lainnya. Rasa malu pemuda
kita terbalik. Seharusnya malu melakukan yang jahat, ini malah malu melakukan
perbuatan yang baik dan bangga dengan mengerjakan perbuatan maksiat.
Rasa malu yang mengandung keimanan itu apabila ia malu,
kemudian ia tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama Islam, dan kemudian
menjalankan perintah-Nya. Malu yang mengandung keimanan itu mendatangkan
kebaikan. Dalam hadist, Rasulullah Saw. mengatakan: “Malu itu tidak mendatangkan sesuatu, melainkan kebaikan.” (HR.
Bukhari). Maksudnya, dengan rasa malu itu tidak mendatangkan kerugian bagi
kita, melainkan mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup.
Saya jadi teringat apa yang dikatakan oleh guru-guru saya
dahulu di sekolah. Sampai-sampai ditulis dengan hiasan kemudian ditempelkan di
dinding-dinding kelas. Kata-kata indah itu adalah: “Budayakan Rasa Malu.” Ternyata kata-kata itu dikutip dari
perkataan seorang yang mulia, yaitu Rasulullah Saw. untuk itu, kata-kata itu
sangat dalam makna filosofinya dan sangat baik untuk diaplikasikan dalam
kehidupan kita.
Jadi, siapa pun kita, baik laki-laki maupun perempuan, mari
budayakan rasa malu. Malu berbuat yang tidak baik dan kemudian tidak melakukan
maksiat. Mari bangga dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khairat), yang kebenarannya
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Mahasiswa Fakultas Hukum UISU dan Kader HMI Cabang Medan.
____________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email:yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog)
No comments:
Post a Comment