HMI Kehilangan Ruh - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 12 September 2017

HMI Kehilangan Ruh


“Awalnya aku tak percaya kalau HMI ini dikatakan telah degradasi. Akan tetapi, setelah perjalananku sampai hingga saat ini, aku baru percaya bahwa rumah kita ini betul-betul memang telah rusak.”


YakusaBlog-TULISAN di atas adalah perkataan seorang kader HMI, teman saya, dan bahkan teman banyak kader-kader HMI, yang kami harapkan dapat membawa HMI ini lebih baik dan kembali menghidupkan ruh HMI yang telah lama hilang di daerah kami. Kata-kata di atas masih terus terngiang di telinga saya. Sore hari itu, setelah saya bertemu dengannya seusai menyampaikan materi Pengantar Keislaman di dalam kegiatan Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) HMI.

Awalnya ia tidak percaya bahwa HMI kita saat ini sangat jauh menurun dan betul-betul mengalami degradasi yang sangat. Akan tetapi, setelah ia mengalaminya langsung di lapangan, ia pun baru mengakuinya. Nampaknya, ia kurang percaya dengan perkataan orang-orang sebelum ia mengalaminya sendiri. Sangat berbeda dengan saya. Lewat literatur-literatur yang ada tentang HMI, walau tidak seratus persen, saya percaya memang HMI saat ini sudah mengalami degradasinya. Awalnya penilaian kami sangat berbeda, tapi di sore hari itu, apa yang pernah saya katakan padanya memang benar.

Lewat literatur-literatur yang sifatnya kritik dan otokritik terhadap HMI, dapat memberikan data penjelasan kepada kita bahwa HMI saat ini telah mengalami degradasi. Baik itu secara kualitas dan kuantitas. Dapat kita perhatikan dan renungkan di dalam bukunya Sang Sejarahwan HMI, Agussalim Sitompul yang berjudul 44 Indikator Kemunduran HMI dan HMI Mengayuh Di Antara Cita dan Kritik. Bukan hanya lewat tulisan Sang sejarawan HMI itu, ada juga dari buku-buku yang lain, dari tulisan-tulisan yang lain, baik di media cetak ataupun di media online yang membicarakan bahwa HMI saat ini mengalami kemunduran.

Apa hal yang mengakibatkan kemunduran ini? Saya hendak menuliskan dan juga menambahkan, selain faktor-faktor yang telah disebutkan di dalam berbagai literatur, bahwa faktor menurunnya HMI saat ini adalah karena ruh HMI telah hilang, sehingga mengakibatkan kader-kadernya jauh dari harapan HMI, tidak ada ghirah (semangat) dengan benar-benar ber-HMI dan tidak jelas orientasinya.

Apa sebanarnya yang menjadi ruh HMI? Jikalau kita teliti dan tekun memperhatikan sejarah HMI, kita akan dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi ruh utama HMI. Menurut hasil yang saya kaji, mungkin sudah banyak juga yang mengetahui hal ini, ruh HMI itu adalah Islam.

Dengan Islam sebagai ruh HMI, maka HMI tidak akan pernah mengalami degradasi. Apa bila ruh ini selalu tertanam di dalam hati para kader-kader HMI, maka HMI akan meningkat secara kualitas dan kuantitas. Karena ajaran Islam adalah ajaran yang betul-betul akan kebenarannya. Dalam sejarahnya, HMI lahir itu karena kondisi umat Islam di Indonesia. Baik kondisi Islam dalam masyarakat biasa dan juga kondisi Islam di dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sekulerisme dan materialisme sehingga mengakibatkan kepincangan. Maka HMI hadir dengan ruh Islam untuk menutupi kepincangan yang terjadi.

Terbukti dengan keadaan saat ini, HMI dan kader-kadernya telah jauh dari ajaran Islam. Ajaran Islam dipakai ketika itu sesuai dengan tujuannya seorang kader tersebut dan apabila tidak sesuai dengan tujuannya, maka ajaran Islam itu ia kesampingkan dan memakai konsep lain. Kader-kader HMI tidak takut lagi kepada Allah Swt. akan tetapi lebih takut kepada sesuatu yang ia anggap penolong di HMI.

Realitanya hari ini, HMI dan kader-kadernya sedikit sekali yang menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam aktivitasnya sebagai seorang kader. Ajaran-ajaran Islam dianggap tidak relevan dengan perkembangan sekarang, sehingga ia mengambil sumber konsep teori dari orang-orang yang menentang Islam. Dalam praktik sehari-hari, kader-kader sangat menurut akhlaknya walau kualitasnya intelektualnya meningkat. Tapi apa gunananya kualitas intelektualnya yang tinggi tetapi akhlaknya rendah.

Kader-kader kita, mayoritas lebih senang hal-hal yang praktis dan pragmatis daripada sesuatu yang melewati proses. Kader-kader kita lebih menyukai pembicaraan yang tematis daripada yang filosofis. Kader-kader kita lebih senang mencari jabatan (struktural) di HMI daripada betul-betul mencari substansi berorganisasi. Kader-kader kita, mayoritas mencari penghasilan materi dibandingkan betul-betul meningkatkan kualitas iman, ilmu dan mencari ridha Allah Swt. Maka dengan keadaan yang terus-menerus seperti ini, maka tidak heranlah HMI kurang diminati oleh mahasiswa Muslim di Indonesia, dan organisasi mahasiswa Islam lainnya dapat berkembang dengan sumur.

Maka tidak ada cara lain jika HMI ini ingin kembali jaya, mulai dari tingkatan HMI yang terendah hingga yang tertinggi, nilai-nilai Islam harus diterapkan secara total. Di HMI jangan mencari keuntungan pribadi. Sesuatu yang benar harus betul-betul dipegang teguh. Dengan terpeliharanya dan kuatnya Islam tertanam di hati kader, maka ber-HMI itu lebih nikmat dan dapat meningkatkan kualitas kita sebagai kader. Dengan tertanamnya nilai-nilai Islam di HMI, maka HMI akan melahirkan sosok pemimpin yang Islami, akademisi yang Islami, politisi yang Islami, pengusaha yang Islami dan dapat mengisi segala lini masyarakat dengan jiwa Islam.[]

Penulis: Ibnu Arsib
Kader HMI Cabang Medan
__________________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlogAlamat email:yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).

Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog)

No comments:

Post a Comment