Gambar: Santo Ali
YakusaBlog- Fenomena THR
atau yang sering diperbincangkan dengan Tunjangan Hari Raya, kini telah menghantui pikiran ummat
manusia khususnya ummat Islam yang
sedang menjalankan ibadah puasa
Ramadhan yang mana di dalamnya terdapat
berjuta rahmat dan berkah
bahkan berlipat ganda.
Kekhusuan akan ibadah
puasa kini tak lagi seperti awal mula datangnya bulan
Ramadhan, dari tukang gali kubur hingga Insinyur, dari
anak-anak hingga dewasa, yang muda maupun
yang tua, yang
kerabat hingga pejabat tak lekang pasti, THR yang diperbincangkan.
Padahal kita tak menyadari di waktu
kita disibukkan dengan THR, kadang ada yang tak
bisa makan seharian, yang tak menentu di mana tempat
tinggalnya, jangan ingat THR buka puasa dan sahurpun apa adanya. Kadang sahur
hanya dengan niat itu sudah cukup bagi mereka karena betapa mereka mengharapkan
rahmat serta berkah dari Allah agar mereka bisa mendapatkan kehidupan yang
layak, makan yang layak, menikmati Ramadhan dengan gembira riang, menyambut
hari yang fitri dengan penuh kebahagiaan. Mereka hanya bisa berdiam diri dan berharap
ada mengasihani mereka.
Tat kala kita disibukkan dengan THR, mereka yang tinggal
di perkampungan yang dalam,
bahkan berada dari kejauhan keramaian, katakanlah di dalam
hutan belantara, yang itu tak mengenal yang namanya.
Apakah mereka yang disebutkan di atas sangat
memprihatinkan nasib mereka saat ini bisa berbahagia seperti kita atau mereka
menerima takdir dan keadaan mereka yang telah melanda kehidupan mereka yang
entah kapan dunia ini tanpa ada penegaan akan orang-orang yang tertindas dan
teasingkan.
Pertanyaan mendasar terlintas dalam benak
penulis mengapa Tunjangan Hari Raya (THR) tampaknya menjadi budaya disetiap bulan Ramadhan menjelang hari
raya Idul Fitri yang berakibat pada terjebaknya kita
dengan kata tiga huruf (THR) ini, padahal Ramadhan mengajarkan kita artinya
kesederhanaan, Ramadhan mengajarkan kita
tentang rasa, dan Ramadhan
adalah pelajaran buat kita untuk menjalankan bulan-bulan lainnya dengan mengambil
hikmah.
Penulis sejenak meneteskan air mata ketika
ingin menulis hal ini, bahkan masih panjang namun penulis takut berlebihan
setidaknya penulis mengajak kepada kita semua menengok ke belakang,
ke samping, ke atas dan kebawah bahwa masih ada yang
lebih susah dan lebih memprihatinkan kehidupannya daripada kita.
Tulisan ini diakhiri dengan kembali kita merefleksikan
ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sebagaimana Firman Allah surat Al-Ma’uun ayat 1-7 “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama itulah orang
yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin, maka celakalah
bagi orang-orang yang sholeh yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya,
orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.”
Daripada pembaca hanya fokus pada THR
(Tunjangan Hari Raya) mending penulis mengajak kita kita sama mencari teman hari raya sebagaimana dipetik dalam sebuah artikel tulisan
Fandy Hutari dengan judul THR Adalah
Candu.
Semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT,
dan selalu istiqomah di jalan-Nya. Jalan yang
dipenuhi rejeki dan mendapatkan limpahan berkah,
rahmat serta taufik dan hidayah-Nya.[]
Penulis: Santo Ali
Kader HMI Cabang Pohuwato
____________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email:yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog)
No comments:
Post a Comment