Perenungan KOHATI Akan Nyawa Adiknya - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday 4 June 2017

Perenungan KOHATI Akan Nyawa Adiknya

                              foto: Hartina Ali Side
YakusaBlog- Saat ekonomi menjadi alasan terenggutnya nyawa bahkan keselamatan anak pinggiran jalan, namun bagaimana dengan anak yang tinggal di rumah mewah bak istana yang dijaga Satpam dan diasuh oleh asisten rumah tangga atau ibunya. Sekalipun diantara mereka masih ada yang terenggut nyawanya akibat orang yang lebih dewasa, seharusnya menjaga malah dia yang melenyapkan nyawa anak yang tak bersalah. Tak hanya terjadi di negeri Indonesia tercinta ini, namun  beberapa negara anak-anaknya mengalami hal yang sama. Sungguh ironi dunia ini, dimana anak yang harusnya tumbuh dan berkembang, diberi fasilitas tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan tempat bermain dengan aman dan tentram malahan menjadi mala petaka. Sekarang dimana anak-anak akan benar-benar terlindungi?

Masalah yang terjadi pada lingkungan anak-anak tidak hanya pada pendidikan tapi keamanan secara jasmani dan rohaninya pun terusik. pelecehan seksual dimana-mana, perdagangan anak, penelantaran oleh orang tuanya bahkan anak terpaksa menjadi bandar narkoba atau begal sekalipun, dan lebih parahnya panti asuhan pun yang seharusnya menjadi surga bagi anak-anak yang kurang beruntung menjadi neraka bagi mereka. Tidak di jalan tidak di rumah keamanan mereka sangat terancam. Undang-Undang tentang Perlindungan Anak di susun sedemikian sempurnya namun jika kita melihat realita dari anak-anak serasa aturan tersebut tak mampu menjaminnya. Orang tua yang diharap mampu menjaga anaknya sendiri pun tak bisa di percaya, ibu kandung membunuh anaknya, ayah memperkosa anaknya, kakak menikam adiknya, adik membantai kakanya, lantas kepada siapa anak-anak harus percaya bahwa dengannya dia bisa terlindugi?

Lantas masihkah ekonomi yang menjadi penyebab anak tidak mendapat haknya secara utuh? Ternyata tidak, ekonomi hanyalah salah satunya. Namun beberapa faktor lainnya antara lain ialah rusaknya mental orang dewasa, kondisi alam dan juga politik. Mengapa demikian, karena dari mental rusak orang dewasa tak mampu mengontrol emosi baik dalam bentuk amarah ataupun (maaf: seks) yang dilampiaskan kepada anak-anak. Sebab mungkin anak-anak lemah dan tak bisa melawan menjadi sasaran yang tepat.

Kondisi alam yang tak terjaga ataupun tidak produktif tentu anak yang tinggal didaerah tersebut akan menjadi korban. Bagi mereka yang tinggal di daerah yang kondisinya gersang dan sulitnya akses untuk menyalurkan produk-produk kebutuhan mereka serta kondisi ekonomi mereka rata-rata sangat minim yang membuat mereka banyak meninggal dunia akibat kelaparan.

Kemudian politik, yang dimaksudkan disini ialah permainan orang dewasa yang saling ingin merebut kekuasaan. Mungkin saat ini anak-anak di Indonesia merasa asing dengan suara-suara tembakan. Tapi saudara kita yang berada di Timur Tengah antara lain seperti Iran dan Palestina suara tembakan sudah menjadi hal yang biasa, mungkin orang dewasa yang bermain kekuasan lupa bahwa tempat tersebut ada benih-benih Sang Penerus Dunia. Akhir tulisan, sekarang dimana dan bagaimana serta kepada siapa nyawa anak terjamin?[]


Kabid Kajian Keprempuan KOHATI Komisariat UMI Cabang Makassar

Catatan: Secercah tulisan dari diskusi hati, KOHATI yang perih melihat adik-adik dalam bahaya setiap detiknya, berdasarkan apa yang Kami lihat setiap harinya terutama kami berjalan di tengah kota yang penuh gedung-gedung tinggi selangit dengan suara kaltson yang beritme mereka berada dimana-mana dengan membawa kresek, alat musik dari tutup botol atau kertas koran ditangannya juga saat menonton TV yang sekiranya banyak tayangan anak.

_________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlogAlamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).


Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog).

No comments:

Post a Comment