foto: Hartina Ali Side
YakusaBlog- Saat
ekonomi menjadi alasan terenggutnya nyawa bahkan keselamatan anak pinggiran
jalan, namun bagaimana dengan anak yang tinggal di rumah mewah bak istana yang
dijaga Satpam dan diasuh oleh asisten rumah tangga atau ibunya. Sekalipun diantara
mereka masih ada yang terenggut nyawanya akibat orang yang lebih dewasa, seharusnya
menjaga malah dia yang melenyapkan nyawa anak yang tak bersalah. Tak hanya terjadi
di negeri Indonesia tercinta ini, namun
beberapa negara anak-anaknya mengalami hal yang sama. Sungguh ironi
dunia ini, dimana anak yang harusnya tumbuh dan berkembang, diberi fasilitas
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan tempat bermain dengan aman dan
tentram malahan menjadi mala petaka. Sekarang dimana anak-anak akan benar-benar
terlindungi?
Masalah
yang terjadi pada lingkungan anak-anak tidak hanya pada pendidikan tapi
keamanan secara jasmani dan rohaninya pun terusik. pelecehan seksual
dimana-mana, perdagangan anak, penelantaran oleh orang tuanya bahkan anak
terpaksa menjadi bandar narkoba atau begal sekalipun, dan lebih parahnya panti
asuhan pun yang seharusnya menjadi surga bagi anak-anak yang kurang beruntung
menjadi neraka bagi mereka. Tidak di jalan tidak di rumah keamanan mereka
sangat terancam. Undang-Undang tentang Perlindungan Anak di susun sedemikian
sempurnya namun jika kita melihat realita dari anak-anak serasa aturan tersebut
tak mampu menjaminnya. Orang tua yang diharap mampu menjaga anaknya sendiri pun
tak bisa di percaya, ibu kandung membunuh anaknya, ayah memperkosa anaknya,
kakak menikam adiknya, adik membantai kakanya, lantas kepada siapa anak-anak
harus percaya bahwa dengannya dia bisa terlindugi?
Lantas
masihkah ekonomi yang menjadi penyebab anak tidak mendapat haknya secara utuh?
Ternyata tidak, ekonomi hanyalah salah satunya. Namun beberapa faktor lainnya
antara lain ialah rusaknya mental orang dewasa, kondisi alam dan juga politik.
Mengapa demikian, karena dari mental rusak orang dewasa tak mampu mengontrol
emosi baik dalam bentuk amarah ataupun (maaf: seks) yang dilampiaskan kepada
anak-anak. Sebab mungkin anak-anak lemah dan tak bisa melawan menjadi sasaran
yang tepat.
Kondisi
alam yang tak terjaga ataupun tidak produktif tentu anak yang tinggal didaerah
tersebut akan menjadi korban. Bagi mereka yang tinggal di daerah yang kondisinya
gersang dan sulitnya akses untuk menyalurkan produk-produk kebutuhan mereka
serta kondisi ekonomi mereka rata-rata sangat minim yang membuat mereka banyak
meninggal dunia akibat kelaparan.
Kemudian
politik, yang dimaksudkan disini ialah permainan orang dewasa yang saling ingin
merebut kekuasaan. Mungkin saat ini anak-anak di Indonesia merasa asing dengan
suara-suara tembakan. Tapi saudara kita yang berada di Timur Tengah antara lain
seperti Iran dan Palestina suara tembakan sudah menjadi hal yang biasa, mungkin
orang dewasa yang bermain kekuasan lupa bahwa tempat tersebut ada benih-benih
Sang Penerus Dunia. Akhir tulisan, sekarang dimana dan bagaimana serta kepada
siapa nyawa anak terjamin?[]
Penulis:
Hartina Ali Side
Kabid
Kajian Keprempuan KOHATI Komisariat UMI Cabang Makassar
Catatan: Secercah
tulisan dari diskusi hati, KOHATI yang perih melihat
adik-adik dalam bahaya setiap detiknya, berdasarkan apa yang Kami lihat setiap
harinya terutama kami berjalan di tengah kota yang penuh gedung-gedung tinggi
selangit dengan suara kaltson yang beritme mereka berada dimana-mana dengan
membawa kresek, alat musik dari tutup botol atau kertas koran ditangannya juga
saat menonton TV yang sekiranya banyak tayangan anak.
_________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog).
No comments:
Post a Comment