YakusaBlog- Sebelum saya membahas tentang judul di atas, saya ingin
terlebih dahulu mengutipkan suatu tulisan dari sinopsis pada buku yang ditulis
oleh Sejarahwan HMI, Agussalim Sitompul. Buku yang saya maksud tentu tidak
asing lagi bagi warga HMI, judulnya 44
Indikator Kemunduran HMI. Jikalau masih ada warga HMI yang belum pernah
membacanya, perlu kiranya untuk dibaca. Dalam sinopsis buku tersebut
dituliskan:
“Pertanyaan dan permasalahan besar yang melanda Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) saat ini adalah: Mengapa HMI semakin mundur dan memudar? Padahal, di
usianya yang telah memasuki 50 tahun pertama mestinya HMI sudah jauh lebih maju
di segala bidang.
Kalau ditilik
lebih jauh, banyak faktor yang menyebabkan mundur dan memudarnya HMI. Dari faktor-faktor
itu, sebagian besar merupakan faktor internal HMI itu sendiri. Seperti hilangnya
basis intelektual HMI di kampus-kampus, lambannya HMI melakukan
penyesuaian-penyesuaian secara struktural, terkoyak-koyaknya HMI oleh perbedaan
persepsi politik yang terikat dengan situasi kekinian, krisis kader dan pola
perkaderan, kehilangan ladang garapan dan arah aktualisasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sampai persoalan “kursi”.
Persoalan-persoalan
yang membelit HMI tersebut terasa begitu nyata dengan melihat berbagai
indikator yang telah lama ada di depan mata.”
Kiranya Anda tidak sekedar membaca kutipan sinopsis di
atas. Saran saya, ayo kita baca sekali lagi dengan betul-betul memahaminya dan
merenungkannya. Ayo kita baca lagi!
***
Alhamdulillah, kalau Anda sudah membaca dan memahaminya lebih dari satu
kali. Kalau tidak membacanya, saya mohon supaya Anda membaca dan memahaminya
kembali. Karena hal ini terkait untuk menyelamatkan organisasi kita. Tempat kita
berhimpun, keluarga kedua kita dan juga kampus kedua kita. Bukankah kita ada
jargon: “Di HMI kita berteman lebih dari saudara”. Bagaimana kita bisa akur
bersaudara kalau rumah kita mau hancur. Ayo baca dan pahami lagi, baru kita
lanjutkan pembicaraan!
Persoalan-persoalan
yang Membelit HMI
Dalam sinopsis tersebut, pada paragraf dua. Ada beberapa
persoalan-persoalan yang membelit HMI sehingga mengalami kemunduran dan
memudarnya HMI saat ini. Faktor terbesarnya dari internal sendiri. Benarkan demikian?
Kalau menurut tulisan di atas, ya begitu. Mungkin Anda punya pendapat lain, ya monggo, ora popo. Asalkan pendapat
tersebut diberitahukan kepada warga-warga HMI dan beri solusinya. Jangan asyik
protes sambil menyalahkan orang lain, iya tooh.
Apa yang disebutkan dalam tulisan tersebut sepertinya
tidak bisa kita elakkan lagi. Hari ini, HMI memang telah hilang tradisi-tradisi
intelektualnya, adapun yang mengaktivitaskannya tinggal sedikit sekali. Mayoritas
telah sibuk dengan budaya hedonistik, kapitalistik, apatis dan sebangsa
lainnya.
Lambannya HMI melakukan penyesuaian-penyesuaian secara
struktural sangat terasa saat ini. Butuh waktu lama mengurus ini dan itu,
sedangkan waktu berjalan terus. Budaya rapat tahunan tidak jelas ke mana
orientasinya. Kongres HMI berbulan-bulan, Konfrensi bertahun-tahun, RAK juga
begitu. Padahal waktu berjalan terus, generasi mahasiswa juga berjalan terus. Katanya
suatu dinamika. Apa betul iya itu yang disebut dinamika? Situ cerdas apa oto?
Krisis kader dan pola perkaderan bisa kita lihat dan
rasakan saat ini. Pola perkaderan kita belum mampu membaca perkembangan zaman,
sehingga kualitas seperti apa yang harus dicetak. Nah, sering perkaderan
menjadi sasaran tembak kesalahan warga HMI. Padahal, ada peran aktif-produktif
dari kader itu sendiri yang tidak terlihat. Kadernya sendiri tidak sadar peran
dan fungsinya. Sering menunggu bola datang. Bukan menjemput bola. Dan paling
suka pula memelihara bola panas.
HMI terkoyak-koyak akibat kepentingan politik praktis
yang tarik menarik dan mengikat. Hal ini mengakibatkan status independensi HMI,
baik secara organisasional (independensi organisatoris) maupun secara
individual kader (independensi etis) terciderai. Aneh memang, HMI lebih
tertarik mengusi urusan politik daripada mengurusi keilmuan-keilmuan. Apa semua
mau jadi politisi? Politisi mah gak usah dikejar atuh, datang sendiri dianya
kalau kita layak di sana.
HMI juga kehilangan ladang garapan aktualisasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut saya , ini ditandai dengan
kader-kader HMI yang hanya mencari eksistensi diri, sehingga jauh dari nilai,
jauh dari ummat dan terlalu eksklusif (tertutup). Dan yang paling mirisnya
adalah perebutan “kursi”. Adanya persepsi perebutan “kursi” di HMI membuat
kader-kader terpecah-pecah untuk memperebutkan tahta, kemudian membuat
gerbong-gerbong kekuatan. Tradisi Jahiliyah
(orang-orang bodoh) ini pun diperankan oleh kader-kader HMI dan
senior-alumninya.
Nah, apakah itu saja faktor yang menyebabkan HMI memudar
dan mundur? Saya pikir bukan itu saja. Pasti masih banyak lagi, baik itu dari
faktor internal maupun faktor eksternal. Kedua-duanya sangat mempengaruhi
perkembangan HMI dahulu hingga sekarang dan yang akan datang.
Lalu
Apa yang Harus Dilakukan?
“Apa yang harus dilakukan?”. Ya, itu pertanyaan yang
tepat sekali yang jawabannya menjadi modal jangka pendek dan jangka panjang
untuk kita dalam memajukan HMI ke depannya. Di masa kita dan di masa adik-adik
kita nantinya.
Terkait apa yang harus dilakukan, saya kembali kutipkan
sebagai jawaban, isi paragraf terakhir pada sinopsis buku yang saya sebutkan
sejak awal. Saya memohon Anda perlu untuk membacanya betul-betul dan dipahami
dengan betul pula. Berikut isi tulisannya:
“Untuk menjawab persoalan-persoalan itu, HMI perlu mereformasi diri dan
melakukan koreksi total dalam organisasi, pemahaman keagamaan, tradisi
intelektual, pandangan politik, keteladanan, termasuk membangun kembali
kohesivitas organisasi.”
Sudah dibaca tooh?
Lu paham kagak? Ok...man/girl,
coba awak ulangi lagi ya! Gimana,
mantap? Mantap taiye. Pas di otak dan
di hati? Ok, mudah-mudahan dapat
dilaksanakan. Saya pikir tidak perlu menambahi jawaban yang sudah sempurna
tersebut. Tinggal kita bagaimana mengaktivitaskannya sehari-hari. Mungkin itu
saja, selebihnya saya serahkan kepada Anda![]
Penulis: Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan
_________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog).
No comments:
Post a Comment