Jangan Malu Untuk Menangis - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Tuesday, 6 June 2017

Jangan Malu Untuk Menangis


YakusaBlog- Pada sebagian malam, “manusia-manusia langit” tetap terjaga. Mereka tunduk dihadapan Allah Swt. dengan isak tangis yang menghiasi. Mereka mengharapkan kasih sayang dari penciptanya, Allah Swt. Sementara itu, para malaikat dan penghuni langit pun terpesona melihatnya. Mereka mendo’akan agar kebahagiaan, ketenangan, surga serta semua keindahan dunia-akhirat selalu menyertainya.

Begitu sedikit gambaran dari orang-orang shalih yang mendekatkan diri kepada Rabbnya pada sebagian malam dengan linangan air mata. Sungguh mengagumkan, oleh karena itu, tidak sedikit kisah para Salafush Shalih yang menghabiskan malam-malamnya untuk bermunajat. Shalahuddin al-Ayyubi, orang yang membebaskan Masjid al-Aqsha dari kaum Nasrani. Ia merupakan hamba Allah yang sangat tekun menunaikan shalat tahajjud di sepertiga malam hingga matanya berlinang air mata.

Contoh lain adalah sosok Umar bin Khattab Ra. yang terkenal sebagai sahabat yang tegas, pemberani, dan ditakuti musuh-musuhnya. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu al-Jauzi dalam at-Tabshirah dari kitab al-Muwatha bahwa pada wajah Umar terdapat garis hitam seperti tali karena banyaknya menangis (padahal Umar sebagai sosok yang keras). Pernah suatu malam, ketika membaca wirid atau melewati suatu ayat, ia menangis sampai terjatuh. Ia terus berada di rumahnya, sehingga orang-orang menyangka ia sedang sakit.

Masih banyak lagi kisah para Salfush Shalih yang gemar mengisi keheningan malam dengan tangis pertaubatan, cinta, rindu, dan ketakutan pada Allah. Kiranya, tangis-tangis seperti itulah yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. sendiri. tangis yang bisa mendatangkan rahmat dan hidayah Allah. Tidak sedikit di antara mereka justru menjadikannya sebagai jalan untuk mencapai tingkat kedekatan tertinggi dengan Allah.

Sayangnya, kini hanya sedikit orang-orang seperti mereka. Kebanyakan masyarakat kita saat ini tidak menyadari kedasyatan peristiwa itu. Mereka tidak mengerti keistimewaan tangisan itu. Lebih ironisnya lagi, dari dulu hingga sekarang, mereka hanya menganggap tangisan merupakan bentuk kecengengan dan kelemahan seseorang. Tidak sedikit dari para orangtua malah menghardik anak-anaknya yang menangis, terutama anak laki-laki.

Padahal, paradigma seperti itu keliru dan tidak berdasar. Justru, menangis bisa dijadikan salah satu cara terbaik untuk melembutkan hati dan menghantarkan seseorang untuk menggapai cinta Allah dan mendatangkan rahmat serta pengampunan-Nya, yakni ketika tangisan dilakukan di tengah malam yang pekat, salam simpuh pengabdian kepada-Nya. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda:

“Tidaklah ada yang lebih dicintai Allah Swt. selain dua tetes dan dua bekas kaki; tetesan air mata yang menangis karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allah; sedangkan, dua bekas kaki adalah bekas (perjuangan) di jalan Allah, dan bekas melakukan kewajiban yang diwajibkan Allah.” (HR. Tirmidzi)
“Air mata itu bukti bahwa kasih sayang yang ditanamkan oleh Allah di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya, Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan hadist tersebut, Allah Swt. menyifati orang-orang khusuk dalam menjalani hidup dengan firman-Nya:

Artinya: “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusuk.” (QS. Al-Israa’: 109)
“Mereka adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dan keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkurkan dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)
Kita memang pernah menangis, bahkan orang-orang tercinta kita juga. Namun, kita menangis, sering kali hanya dalam keadaan sedih, dan iba karena tertimpa suatu musibah, bukan lantaran kita menyesali perbuatan dosa, lalu merintih memohon ampun kepada Allah.

Semoga tulisan ini mampu mengetuk hati kita, sehingga kita dapat mengisi keheningan malam dengan isak tangis cinta, rindu, takut, dan pertaubatan kepada-Nya. Ketahuilah, tetesan air mata tersebut sangat mampu menyucikan dosa kita. Oleh karena itu, jangan malu dan jangan merasa cengeng untuk menangis di hadapan Allah Swt. Semoga  Allah Swt. berkenan menjadikan air mata kita sebagai pembersih hati, pencuci akal, dan penajam inspirasi. Allahumma Amin![IAR]


Penulis: Suyadi
Penulis Quantum Dzikir (DIVA-Press)


Catatan: Tulisan di atas disadur dari buku Menangislah Di Keheningan Malam..., Suyadi, DIVA-Press, Joyakarta:2008, hal: 5-9.

Sumber gambar ilustrasi: https://rumaysho.com/

No comments:

Post a Comment