Jangan Bunuh HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday 11 June 2017

Jangan Bunuh HMI


YakusaBlog- Ada suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok kader HMI saat ini yang sangat susah dirubah dan ditinggalkan. Fenomena ini telah menjadi penyakit yang menyatu atau sudah akut pada mayoritas kader. Penyakit tersebut membuat HMI semakin memudar, mundur dan kronis. Membuat HMI hilang akan perjuangannya. Peran HMI sudah mulai tidak menyentuh pada kebenaran secara vertikal dan horizontal sehingga Allah Swt. pun tidak ridho, masyarakat sudah mulai kurang simpatik pada HMI dan mahasiswa Islam sudah mulai tidak tertarik pada HMI. Sejarah kejayaan HMI telah menjadi barang usang akibat adanya suatu penyakit. Tahukan Anda penyakit atau fenomena apa yang saya maksud tersebut, yang efek negatifnya sangat kita rasakan secara organisasional atau pun individual? Mungkin Anda sudah tahu tooh.

Baiklah. Saya akan mencoba menguraikannya dengan singkat dalam tulisan sederhana ini. Bukan maksud untuk menyinggung Anda yang sudah terinveksi penyakit yang saya maksud. Jikalau belum terinveksi, alhmadulillah segeralah cari pengaman atau anti-virusnya. Penyakit ini adalah suatu realita yang kita alami di rumah (HMI) kita sendiri. Secara tidak sadar, penyakit kronis ini membuat kita terpecah-belah. Tidak saling percaya, saling curiga-mencurigai. Membuat kita saling berebut “kursi” numer one (bahasa Italia. Dikit-dikit gua bisa) di setiap tingkatan HMI. Tidak menutup kemungkinan akan sering terjadi kontak fisik sesama kader.

Penyakit kronis itu adalah terinveksinya seorang atau sekelompok kader HMI pada politik praktis saat ini yang tarik-menarik dan mengikat. Hal ini tentu mengakibatkan tercinderainya independensi HMI. Di tengah-tengah isu perpolitikan negara saat ini, kader kudu hati-hati. Saya melihat kader-kader HMI saat ini tidak mampu berada di posisi tengah untuk mendengarkan jeritan-jeritan dari bawah. Seharusnya kader HMI, yang notabenenya seorang mahasiswa harus bisa menjadi jembatan atau kalau kita pakai kata-kata Bung Karno: penyambung lidah rakyat. Menyampaikan jeritan-jeritan rakyat kepada politisi-politisi negeri ini. Akan tetapi, yang terlihat adalah mereka berada di belakang para pelaku politik praktis. Anda kurang percaya apa yang saya katakan? Saya tidak hendak beradu cakap (berdebat) dengan Anda. Silahkan Anda amati sendiri di daerah Anda ber-HMI.


Apa yang Mereka Harapkan?

Saya tidak tahu pasti apa yang mereka harapkan. Sepenglihatan dan sepemahaman saya, mereka mengejar eksistensi nama untuk meningkatakan nilai jual dan mengejar percikan uang logam dari pelaku-pelaku politik praktis. Kader-kader HMI mengejar mati-matian, hingga pukul-pukulan untuk mencari jabatan di HMI supaya terkenal dan berharap dipanggil para politisi. Kalau tidak dipanggil ia akan “melacurkan” diri. Saya heran kenapa kader-kader HMI saat ini, ambisius terhadap jabatan di HMI. Bahkan untuk memuluskan jalan, segala cara pun mulai dilakukan.

Calon-calon Ketua Umum HMI di setiap tingkatan seperti Koordinator Komisariat (Korkom), HMI Cabang, Badan Koordinasi (Badko), dan Pengurus Besar (PB) terpublis di media. Sudah meniru seperti Pemilihan Umum di negara ini. Saya pikir ini budaya-budaya politik praktis. Di HMI kiranya tidak perlu seperti itu. Cukup kita melihat kualitas calonnya saja, bagaimana ia berproses di HMI. Karena makin banyak promosi atau iklan calon Ketua Umum, maka semakin tampaklah kebohongan yang terorganisir dan manipulasinya. Ketakutannya, promosi yang berlebihan, tidak sesuai realitas akan mengakibatkan kekecewaan yang sangat besar. Lagi pula percuma saja seperti itu, tooh sudah ada tradisi Jahiliyah yang sering dilakukan. Seperti dengan membuat gerbong-gerbong atau lumbung suara hasil intervensi dan instruksi dari berbagai pihak. Kambing pun bisa menang jadi Ketua Umum kalau sudah ada gerbong dan “ridho” dari “tuhan-tuhan” di HMI. Budaya seperti ini harus ditinggalkan.

Selanjutnya: terjun dalam dunia politik praktis demi mengharap percikan uang logam. Saya ingin bertanya kepada Anda, boleh ya? Untuk apakah uang haram itu? Bukankah agama telah melarang kita untuk merampok? Atau kader-kadernya tidak beragama lagi? Untuk membiayai kuliah? Untuk hedon bersama teman-teman dan pasangannya? Dan membeli fasilitas modern saat ini.
Saya pikir, dengan tingkah laku tersebut, ia telah mencoreng harga dirinya sendiri sebagai mahasiswa yang sedang dalam dunia pendidikan. Ia telah menguliti dirinya sendiri untuk siap disantap oleh “anjing-anjing”. Menelanjangi dirinya dan bersedia “diperkosa” oleh elit-elit politik. Terdengar suara busuk yang begitu bau dari pelakunya.


Apa yang Harus Dilakukan?

Apa yang harus dilakukan? Saya pikir Anda harus menjawabnya sendiri. Sudah kader HMI tooh? Marilah kita gali nilai-nilai luhur yang ada di HMI. Jikalau tidak mau berubah, tinggalkanlah HMI. Jangan bunuh HMI dan jangan bunuh kader-kader yang ingin ber-HMI dengan tujuan yang murni untuk kebaikan. Fastabiqul Khairat wahai kader-kader HMI. Semoga Allah Swt. meridhoi kita.[]


Kader HMI Cabang Medan

____________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlogAlamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).

Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog)

No comments:

Post a Comment