YakusaBlog- Mengingat
fungsi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader, maka seluruh
aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas
pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan HMI, dipertegas dengan tujuan HMI
yang berada pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI. Tujuan HMI, telah memberi tuntunan
ke mana arah perkaderan HMI di arahkan. (Agussalim Sitompul, 2008:11).
Menurut
hemat penulis, perkaderan adalah jantung dari HMI. Tidak akan hidup organisasi
ini (baca: HMI) apabila perkaderannya tidak berjalan. Tentunya kita mengetahui,
pidato pemrakarsa HMI, Lafran Pane, yang mengatakan, kira-kira seperti ini, “HMI
tidak perlu ada. Karena apa yang dilakukan HMI dapat dilakukan oleh Corps
Mahasiswa (CM), bisa dilakukan PPMI, KAMI dan organisasi lainnya pada masa itu.
Akan tetapi, yang membedakan HMI dengan organisasi tersebut adalah
perkaderannya, suatu yang tidak dilakukan organisasi-organisasi tersebut”.
Nah,
perkaderan adalah hal yang sangat sakral dalam HMI, sangat menentukan bagi HMI,
selain tantangan eksternal lainnya. Perkaderan harus dilakukan secara sadar,
sistematis, terencana dan terukur. Perkaderan jangan dijadikan motif untuk
mengambil “kepentingan”. Mengumbar kata-kata demi perkaderan, tapi tujuannya untuk
mengambil atau merebut suatu “kepentingan” jabatan.
Visi
dan misi seorang kader untuk menjalankan dan mensukseskan perkaderan itu memang
sah-sah saja. Akan tetapi, yang kita sayangkan saat ini, banyak sekali para kader
HMI, ketika ingin menuju suatu jabatan di HMI, perkaderan pun hanya di jadikan
sebagai slogan-slogan saja. Tidak terdapat solusi dan tidak terdengar
gagasan-gagasan riil tentang bagaimana perkaderan HMI yang berada di pusaran
kemajuan zaman.
Jadi,
kenapa demikian? Menurut saya, faktornya adalah lemahnya pemahaman seorang
kader tersebut, yang ingin menuju jabatan sebagai pimpinan di tingkatan kepemimpin
HMI. Di tambah lagi, tidak pernah terjun dalam perkaderan HMI secara langsung. Jadi
dia tidak merasakan perkaderan secara psikologis bagaimana perkaderan HMI itu. Slogan-slogan
seorang calon Ketua Umum pun terdengar disetiap calon, tapi gagasannya kosong
dan hampa.
Untuk
itu, kiranya Perkaderan HMI tidak dijadikan motif untuk “kepentingan”, tidak
pula hanya dijadikan sebagai slogan-slogan untuk menarik simpatik para kader. Dan
untuk setiap kader yang menentukan, yang mempunyai hak pilih, pilihlah yang
betul-betul mengerti perkaderan, paham perkaderan, merasakan langsung
perkaderan dan kepentingannya untuk HMI. Bukan sebaliknya, memilih atau
mendukung karena kedekatan yang tidak bertujuan pada HMI, karena ada gerbong
(sekte-sekte), burgening jabatan,
instruksi dari “tuhan-tuhan” juga “berhala-berhala” yang tiba-tiba turun gunung
dan hal-hal negatif lainnya yang tidak pada kepentingan perkaderan. Apabila Perkaderan
HMI sudah dibawah “ketiak” kepentingan dan hanya slogan-slogan saja, mari kita
nantikan sama-sama hancurnya HMI kita ini. Supaya HMI terus terjaga dan eksis
dalam tuntunan zaman, mari dukung dan perbaiki perkaderan HMI.[]
Penulis: Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan
Catatan:
Tulisan ini adalah gagasan refleksi perenungan yang bersifat berupa autokritik
dan saran untuk perkaderan HMI secara nasional, terkhususnya HMI Cabang Medan
yang sedang mengadakan Konferensi Cabang XLIII.
Baca juga artikel terkait:
No comments:
Post a Comment