Yakusablog- Tadi siang ketika saya tertidur, saya bermimpi yang
berkaitan dengan HMI-lebih tepatnya berkaitan dengan Konferensi HMI Cabang
Medan XLIII yang sedang berlangsung. Saya yakin, mimpi itu bukan sekedar bunga
tidur. Mimpi itu adalah luapan emosional yang tidak terungkapkan atau tidak
terluapkan di alam nyata, kemudian dia (mimpi tersebut) memberontak keluar dari
alam bawah sadar: mimpi. Saya juga yakin, itu bukan sekedar mimpi yang harus
dilupakan begitu saja. Mimpi itu harus saya seriusin. Harus saya tuliskan. Karena
menurut saya, mimipi itu potret kader-kader HMI saat ini-tepatnya potret
keadaan psikologis kader-kader HMI Cabang Medan dan tidak menutup kemungkinan
kader-kader HMI se-Nusantara.
Bagaimanakah cerita mimpi saya itu? Saya harap anda sabar
dulu untuk ingin mengetahuinya. Saya sendiri menunda shalat Dzuhur demi untuk menuliskannya. Saya takut
mimpi itu terbayang-bayang dalam shalat. “kan..tidak khusuk sayanya.” Menurut saya, mimpi itu adalah “bisikan” Tuhan
lewat alam bawah sadar: mimpi. Kalau saya sadar, pasti saya tidak mampu
menangkap bisikan itu. Kalau anda menganggap ini lelucon dan hanya sekedar
mimpi, tidak apa-apa. Yang penting ada bisa maksud. Bukankah banyak Nabi dan
atau orang-orang mendapat wahyu, hidayah atau petunjuk lewat mimi? Sampai-sampai
ada yang mengaku jadi malaikat dan jadi Nabi. Itu memang orang sinting. Tapi,
saya tidak mengaku Malaikat, Nabi atau menjadi penyelamat di tengah kronisnya
HMI saat ini. Saya hanyalah kader HMI yang biasa-biasa saja. Kalau tidak
sesuai, ya...saya kritisi dan kasih saran. Kalau saya salah, Anda jangan
membiarkan saya dalam “jurang” kesalahan itu. Iya tooh...!
Bagaimana mimpi saya itu? Baik, karena Anda bertanya
terus, saya akan menceritakan atau menjelaskan ceritanya saja tanpa menyebutkan
nama orang-orang yang ada dalam mimpi tersebut, walau saya kenal mereka. Mimpi itu
kira-kira begini: “Ada satu orang calon Ketua Umum HMI Cabang Medan periode
2017-2018 menghampiri saya dengan wajahnya yang cukup kecewa. Dia kecewa dan kesal karena hasil Rapat Harian Pengurus
HMI Komisariat (salah satu HMI Komisariat di HMI Cabang Medan) “dikangkangi”
dan tidak dihargai lagi oleh segelintir orang yang bukan lagi berproses sebagai
Pengurus Komisariat. Si Kandidat itu cukup kecewa”.
Di dalam mimpi itu, saya langsung tanyakan kepada
Pengurus Komisariat yang ia (kandidat Ketua Umum) maksud. “tuhan-tuhan” atau “berhala-berhala”
mana yang menurunkan “firman”-nya supaya teman-teman “lari” dari hasil Rapat
Harian Pengurus? Kenapa dengan mudahnya teman-teman Pengurus Komisariat “digoyang”
oleh tatih-tatihnya “tuhan-tuhan” itu. Kasihkan saya si Zaskia Gotik kepada “tuhan-tuhan”
itu supaya dia “mabuk” kena goyang itik.”
Secara organisasi, kepada siapakah Kader Hmi tunduk? Kepada
aturan main organisasi tooh. Lantas kenapa “berhala-berhala” itu ditakuti dan
mau ikut langsung dengan “firman”-nya? Apakah calon-calon Ketua Umum lebih
dahulu bersujud-sembah kepada “tuhan-tuhan” itu, dengan dalih adab
berorganisasi? Menurut saya, kalau itu benar-benar bagian dari adab, ya...sah-sah aja. Tapi kalau
tujuan mengharapkan “intervensi” supaya mendapat dukungan, menurutnya yang
ditemuinya akan berubah menjadi “tuhan-tuhan” di HMI.
Begitulah kira-kira mimpi saya itu. Tidak terlalu panjang
memang. Karena mimpi itulah saya terbangun, kemudian memaksa saya meraih pena
dan kertas yang berada di dekat saya. Kiranya Anda maksud dari mimpi itu.
***
Sebagai seorang Kader HMI-yang katanya dekat dengan
ummat, anak kandung ummat, dan ummat adalah manifestasi Tuhan di muka bumi ini.
Kepada siapakah Kader HMI menghambakan diri? Kepada “tuhan-tuhan” atau “berhala-berhala”
yang tiba-tiba turun “gunung” memberikan perintah: “harus begini-harus begitu”
dan “harus pilih ini-harus pilih itu”. Atau Kader HMI menghambakan diri kepada
yang benar-benar Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta. Yang firman-Nya (tersurat
dan tersirat) menjadi pegangan Kader HMI selain adanya otoritas-praktis
organisasi lainnya.
Menghambakan diri atau terhambakan kepada “tuhan-tuhan”
di HMI dan di luar HMI menjadi penyakit psikologis kader kita sekarang. Lemahnya
independensi, lemahnya daya kritis, lemahnya daya analitis, dan ketidak
percayaan diri membawa perubahan HMI ke arah yang lebih baik menjadi bagian
dari faktor-faktor pengmbaan dan terhambakannya kader-kader oleh “tuhan-tuhan”
atau “berhala-berhala” kontemporer.
Perlu kiranya kita ketahui dan pahami secara
sadar-seperti kata-kata bijak mengatakan: “Setipa orang ada masanya dan setiap
masa ada orangnya”. Nah, sekarang kita telah menjadi kader dan Pengurus HMI
(baik disetiap tingkatan), tentunya ini pun masa kita ber-HMI dan menorehkan
sejarah kita. Di HMI tidak ada pertandingan kalah-menang. Di HMI kita belajar
supaya tahu salah-benar, supaya tahu mana etis-tidak etis, supaya tahu
baik-tidak baik dan supaya tahu arif-tidak arif. Nilai-nilai positifnya kita
pegang dan siap diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan nanti setelah selesai ber-HMI, baru kita “sibuk
turun” ke gelanggang HMI. Walau memang masih ada tanggungjawab historis dan
menjaga nama baik organisasi. Akan tetapi, kalau hendak menurunkan “firman”: “harus
begini-harus begitu” dan “harus pilih si ini-harus pilih si Anu, karena “kepentingan”.
Saya pikir perilaku yang seperti itu (menurunkan “firman”) tidaklah etis dan
tidak arif.
Cukuplah ide-ide kontruksi (moril) dan sumbangan materil
yang halal tanpa pamrih diberikan kepada HMI. Mengingat itu sebagai bentuk
terimakasih kita kepada HMI karena telah memberikan suatu pengalaman yang
mengajarkan kita tentang kehidupan.
Untuk seorang kader HMI, garis independensi di HMI sudah
jelas dirumuskan. Tinggal kita memahami secara benar dan mangaktivitaskannya
dalam kehidupan kader sehari-hari. Cukuplah kita menghamba kepada Sang Khalik,
Tuhan yang menciptakan segalanya dan tempat meminta segala sesuatu. Janganlah menduakan-Nya
dengan menghambakan diri kepada “tuhan-tuhan” atau “berhala-berhala” kontemporer
di HMI dan di luar HMI.
Mudah-mudahan...![]
Penulis: Ibnu Arsib Ritonga
Kader HMI Cabang Medan
Catatan: Cerita mimpi tersebut, terjadi ketika tertidur di siang hari, Kamis, 25 Mei 2017.
Sumber gambar ilustrasi: http://g01.a.alicdn.com/
____________________________________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlog. Alamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).
Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog).
No comments:
Post a Comment