Anniswati M. Kamaluddin: Aktivis Perempuan yang Konsisten dan Inspiratif - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Wednesday 24 May 2017

Anniswati M. Kamaluddin: Aktivis Perempuan yang Konsisten dan Inspiratif


Yakusablog- Sosoknya keibuan, rendah hati, dan memiliki wawasan luas. Sebagai adik kandung dari tokoh legendaris Nahdlatul Ulama, Subhan Z.E., Anniswati memiliki darah aktivis yang kental. Di tokoh Korps HMI-Wati (Kohati) yang sangat disegani. Tidak hanya dilingkup HMI/KAHMI, dia juga berkiprah di organisasi perempuan dan aktif dalam mengkampanyekan isu-isu kesetaraan gender, kesehatan dan pendidikan.

Mbak Annis lahir 5 Agustus 1942 sebagai putri bungsu dari 13 bersaudara pasangan H.M. Rochlan Ismail dan Hj. Masynichah. Ayahnya saudagar yang mengembangkan usahanya di Solo. Sejak masa SMP dan SMA, dia aktif dalam kegiatan Pelajar Islam Indonesia (PII). Setamat SMA, dia melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia gemar berorganisasi: aktif di Senat Mahasiswa FE UI, terpilih menjadi pengurus Dewan Mahasiswa UI. Pada masa itu HMI berkembang pesat. Annis pun bertemu para tokoh HMI seperti Eki Syachruddin dan Mar’ie Muhammad. Annis pun tertarik masuk HMI.

Setelah ikut basic training HMI, dia menjadi pengurus HMI Komisariat FE UI, kemudian ditugaskan sebagai pengurus HMI Cabang Jakarta. Baru satu semester menjadi pengurus cabang, dia dipercaya membantu tim bendahara Pengurus Besar HMI. Pada waktu kongres PB HMI saat Sulastomo terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI, pada 1963 di Jakarta, Annis dipercaya menjadi dirgen saat lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI dikumandangkan.


Di KOHATI

Pada kongres HMI di Solo 1966, Anniswati terpilih menjadi Ketua Umum KOHATI, lembaga baru yang hadir bersama KAHMI, secara aklamasi. KOHATI turut serta dalam memperjuangkan eksistensi HMI pasca-Peristiwa G30S/PKI pada 1965.

Dalam menjelaskan tentang sejarah dan peran KOHATI, Anniswati sering mengutip sebuah hadits Nabi: “Wanita adalah tiang negara, apabila wanitanya baik, maka baiklah negara itu; apabila wanitanya rusak, rusak pulalah negara itu”. Itulah yang terekam dari tulisannya berjudul, “KOHATI dari Masa ke Masa” (1990). Anniswati menggarisbawahi, “Ide pendirian Korps pada waktu itu sangat sederhana, yaitu keinginan untuk meningkatkan peranan putri-putri HMI, baik di forum HMI maupun di forum luar HMI/ekstern”.

Annis juga aktif di KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia) dalam masa pergerakan tahun 1966. Setelah kepengurusan KOHATI selesai, Annis mulai memberikan perhatian lebih kepada keluarga, terlebih lagi putra satu-satunya Achmad Rafiq. Sang suami, Machnan R. Kamaluddin masih menjadi mengemban amanah di PB HMI. Machnan bekerja di perusahaan multinasional PT. McDermott. Pada 1973, keluarga Machnan pindah ke Singapura, karena penugasan. Selama di sana hingga 1976, Annis aktif dalam kegiatan organisasi Wanita Indonesia Singapura (OWIS).

Sekembalinya ke Indonesia, dia aktif di KAHMI. Pada 1976, Anniswati dan para alumni Kohati yakni Etty Mar’ie Muhammad, Ida Wahab, Ida Nazar, Tini Efendi dan lain-lain mendirikan Yayasan Permatasari. Dia dipercaya sebagai Ketua yayasan didirikan untuk memberikan pelatihan kepada ibu atau calon ibu, baik yang dari kalangan KOHATI maupun umum tersebut.


Di KAHMI

Pada Munas V KAHMI di Jakarta, Annis dipercaya sebagai Presidium KAHMI bersama Beddu Amang, Harun Kamil, Ismeth Abdullah, Jusuf Sjakir, Soegeng Sarjadi, dan Hariadi Darmawan. Selain aktif di KAHMI, Annis aktif di organisasi Wanita Islam sebagai anggota Majelis Hikmah. Juga di KOWANI.

Pada 1988-1993, dia menjabat sebagai Ketua Bidang Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) dan periode 1993-1998 sebagai Ketua Bidang Ketenagakerjaan KOWANI. Dia menghadiri beberapa konferensi internasional, antara lain di Selandia Baru, Paris, Bangkok, dan Beijing. Annis juga tercatat sebagai Dewan Pendiri Yayasan Wakaf Paramadina sekaligus bendahara umum yayasan yang dipimpin Nurcholish Madjid itu. Annis adalah salah satu perintih berdirinya organisasi Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).


Perlindungan TKW

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Ketenagakerjaan KOWANI, Anniswati dikenal kritis dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan perempuan.

Sebagaimana diberitakan Media Indonesia (12 November 1996), di sela-sela acara Pelatihan Manajemen Usaha Kecil Kowani DKI Jakarta, 11 November 1996 misalnya, dia menagih janji Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Abdul Latief yang akan menghentikan pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) non-profesional ke luar negeri pada 1996.

Anniswati berpendapat pengiriman TKW non-profesional, langkah yang tak tepat. Penghentiannya dimaksudkan memberi perlindungan terhadap TKW yang sebagian besar tak berpendidikan dan tak mengerti hukum. Selain itu, untuk menghapuskan citra TKW di luar negeri yang “seolah-olah hanya sebatas pembantu.” Menurutnya, apabila masih terus dikirim tenaga kerja non-profesional dikhawatirkan masalah penipuan dan pelecehan TKW akan terus berlangsung. Hal itu diakibatkan pendidikan yang dimilikinya masih sangat mengalami banyak kendala, diantaranya kemampuan bahasa asing.


Semua itu menunjukkan bahwa Anniswati selalu sungguh-sungguh dalam memainkan peranannya dalam organisasi yang dia tekuni. Dia bukan tipe aktivis yang hanya sekedar menjalankan rutinitas, tetap selalu ada gagasan dan aksi.[IAR]


Sumber tulisan: M Alfan Alfian, dkk (peny), Mereka yang Mencipta dan Mengabdi;Jejak Langkah Alumni HMI, Bekasi: PT Penjuru Ilmu Sejati, 2016, hal: 123-127.

Sumber gambar: https://books.google.co.id/

No comments:

Post a Comment