Aporia Kegalauan Masyarakat Kita-Indonesia - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday, 7 May 2017

Aporia Kegalauan Masyarakat Kita-Indonesia



Dalam persoalan-persoalan bangsa kita dewasa ini, sangat marak sekali dengan pemberitaan-pemberitaan berciri penipuan, manipulasi terencana dan paham intoleransi yang menyebabkan perpecahan antara kubu tak terelakan. Keprihatian ini menyembul pada permukaan ditandai gembar-gembor isu mengenai SARA yang terkesan bermuatan politis-praktis, sebuah ideologi politik yang tanpanya mempertimbangkan efek-efek negativitas terhadap perkembangan proses kedewasaan masyarakat kita kususnya di indonesia. Di mana telah kita ketahui bersama bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa yang baru berumur jagung dalam kenikmatan kemerdekaan itu dan masih banyak pembenahan-pembenahan di berbagai macam sektoral, akan tetapi telah mendapatkan hujaman ekstrim dari persoalan tentang bagaimana menelurkan konstruksi konsep negara maju.

Berangkat dari keprihatinan yang telah di sebutakan di atas, maka sudah seyognyanya gagasan-gagasan harus dimungkinkan hadir dan menjawab dilema persoalan bangsa kita saat ini dalam kekinian yang mengisyaratkan pesan moderenisasi, entah akan di mulai dari berkonsentrasi pada pembenahan hukum, peningkatan ekonomi kreatif, dan atau pendidikan progresif, terlepas dari tiga hal itu asalkan dapat menjunjung nilai-nilai revolusioner, karena bangsa memang saat ini telah sampai pada keadaan tatanan yang mengharuskan terciptanya bagaimana menemukan konsep simpel tetapi berdampak luas pada motif-motif perubahan secara cepat.

Pada era reformasi sekarang ini, masyarakat kita seringkali dibenturkan dengan pilihan paradoksal; keadaan di mana harus menyatakan sikap, atau sebuah penilaian terhadap masalah-masalah realitas faktual, dan di mana keadaan yang memaksa untuk seharusnya pasif-argumentatif-opini terhadap persoalan itu sendiri, hal ini mengindikasikan ketegangan dialektis dalam diri induvidu kelompok masyarakat zaman kontemporer, dengan kata lain “mau ngomong takut salah, karena akan di salahkan oleh orang yang lebih pandai mengutarakan kalimat-kalimat pedas (menjatuhkan harga diri sewaktu sedang berupaya mengutarakan gagasannya)”.

Ciri-ciri semacam ini ialah ciri-ciri yang menghambat proses rasionalisasi masyarakat, mengapa demikian? karena dengan ditiadakannya kebebasan bagi setiap orang untuk berpendapat secara merdeka dengannya juga mengkuti regulasi ketetapan konstitusi, maka akan memungkinkan tendensi pada kemalasan keingintahuan dari pada masyarakat itu sendiri dalam menuju kemapanan terhadap proses kedewasaan, seharusnya hal semacam ini dibiarkan dan senantiasa difasilitasi oleh pemerintah kita agar dapat mengetahui sampai sejauh mana daya progresivitas masyarakat kita, kita di sini sebagai masyarakat memandang induvidu yang tergabung dalam masyarakat juga mengedepankan pemahaman tentang diantar satu keduanya subyek-objek, bukan melihat masyarakat sebagai objek prediksi kalkulasi matematis yang ditonjolkan dalam proyek pemerintahan kita dan berimplikasi memaksakan kehendak, belum lagi kehendak yang memaklumkan ingin berkuasa.

Dalam kenyatan ini masyarakat kita amat dirundung badai kegalauan yang bukan main deritanya, belum juga memikirkan kebutuhan hidup yang tak kunjung usai, di mana dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang kian pesat membumbung tinggi, kemudian jatuh pada persoalan meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok, yakni sebagai kebutuhan primer adalah cikal bakal akan bertambahnya dilematisasi masyarakat, mau dibawa kemanakah mereka nantinya oleh para pemimpin bangsa kita, sebuah keadaan yang teramat sulit dan sedih untuk direnungkan bersama.

Penulis menyebutnya ini sebagai aporia, mengapa di katakan demikian? Sebab usaha menyelesaikan persoalan tetapi ketika tercapainya tujuan berubah menjadi permasalahan yang baru dengan penambahan unsur-unsur masalah yang baru. Seharusnya negara ini butuh pembenahan bukan penambahan permasalahan, terkadang menjadi fesimistis ketika kompleksitas persoaln menjadi bertambah pada transisi-transisi waktu, tetapi jikalau persoalan ini tidak kunjung di klarifikasi maka akan menimbulkan persoaalan yang baru lagi, mungkin penulis akan menyebutnya sebuah usaha sia-sia atau bahkan sebuah delusi solusi, ataukah mungkin kita membutuhkan keadaan tegangan reformasi jilid 2 yang di kadang-kadang akan menyelesaikan persoalan, entah mungkin dengan doa setelah itu berakhirnya masalah, tetapi pada keyakinannya ialah berikan segala yang dipikirkan sudah mendekati syarat-syarat kebenaran dalam proses keputusan regulasi bangsa kita-indonesia yang sangat kita cintai ini.


Kesimpulan

Kemapanan dalam berfikir menjadi satu alasan dari sekian banyak pilihan, guna menjadi prosedur telaah informasi yang dicampur muatan-muatan non-fakta, dengan adanya globalisasi maka sudah tentu untuk melacak sebuah perkara-perkara bersyarat maupun tak bersyarat menjadi cukup sulit, bahkan teramat sulit, jika hanya dibekali seperangkat pengetahuan dan bukan kemampuan intelektual, akan tidak menyelesaikan persoalan. tetapi menambah persoalan, karena hal ini berciri prosedur-prosedur provokasi dalam setiap jengkal keanehan realita pada kemajemukan permasalahannya, maka sudah tentu penekanan utama ialah membaca, menganalisa dan menuliskan hasil dari keduanya menjadi sangat penting dewasa ini.

Ketika pembahasannya menjadi rumit karena berhubungan dengan kemajuan bangsa kita (Indonesia) pada aspek pendidikan dan perekonomian yang saat ini telah dikuasai pihak asing. Pendidikan bergaya asing bukan semata menjadi konsep sejarah untuk saat ini, tetapi sudah terjadi.[]


Kader HMI Cabang Yogyakarta Raya


Sumber gambar ilustrasi: http://www.kompasiana.com/

No comments:

Post a Comment