Sekali HMI Jogja Raya Tetap Jogja Raya - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Thursday, 27 April 2017

Sekali HMI Jogja Raya Tetap Jogja Raya


Manusia Haruslah Berdaya, mencoba berjuang,
 kalah atau menang dalam ikhtiarnya. Sebab
inilah yang dinamakan Hidup. (Tan Malaka)

YakusaBlog- Organisasi gerakan dan mahasiswa menjadi kata yang tak habis dibahas dan dibicarakan, hampir dalam etape dan sejarah perjalanan Republik ini. Mahasiwa memainkan peran yang penting dan signifikan. Namun sayang cerita dan kejayaan masa lalu perjuangan mahasiswa dan pemuda tak sebegitu indah dan semasif gerakan mahasiswa dan pemuda saat ini. Gerakan mahasiswa dan pemuda saat ini tak ubahnya seperti bunglon sering berganti muka, lain disini lain disana.
Ditengah persoalan bangsa yang sangat mencekik, mencolok dan berbagai persoalan yang mewarnai perjalanan berbangsa dan bernegara kita ini. Ada sebagian gerakan mahasiswa yang tidak murni dan real memperjuangkan kepentingan akar rumput (rakyat). Gerakan mereka hanya gerakan musiman, gerakan yang tumbuh dan berkembang atas kehendak penguasa dan naluri syahwat sonior-soniornya. Kadang berkoar-koar bak orator seperti bung Tomo dan Karno, kadang juga punya kepekaan dan kritis melebihi Pram, Sjahrir dan Tan Malaka, tapi kompromistisnya ke penguasa yang dzalim, korup dan anti rakyat. itu luar biasa.
Kompromisnya itu bila dijaga dan dirawat secara terus menerus di tubuh suatu organisasi akan berakibat vital pada gerak juang dan independensi suatu organisasi itu sendiri. diantara ratusan organisasi dan gerakan mahasiswa saat ini yang patut kami apresiasi dan ajungkan jempol hanyalah sebagian kecil saja. Pada Merekalah yang berkorban lebih dalam perjuangan rakyat. Dengan berbekal semangat yang gigih, kuat dan tahan bantin. Di sana kemenangan akan kita raih kawan.
Saya menaruh hormat dan angkat topi kejuangan. Di sanalah mereka merangkai dan menyusun taktik dan strategi, tak perlu berharap banyak, diakui atau tidak, kalah atau menang itu hal biasa dalam berjuang, sekecil apapun itu dari sekian banyak cara dan metode perjuangan. Yang jelas, itulah komitmen mereka pada keislaman, keindonesian dan kemahasiswaan yang diyakini sebagai sesuatu yang layak dan patut diperjuangkan yakni kebenaran, keadialan dan kemanusian. Pada mereka saya belajar dan melihat tentang perjuangan dan pengabdian. Kepada mereka juga lah saya belajar tentang perjuangan yang terus dirawat dan dijaga secara terus menerus nan abadi sebagai ikhtiar perkaderan kedepan. Merekalah kader HMI Se-Cabang Jogja Raya. Mereka tak mengenal lelah dalam juang dan berjuang. Mengorbankan agenda akademik, melepaskan kepentingan personalnya & turut memikirkan persoalan dan kondisi keummatan, kebangsaan dan kemahasiswaan kita saat ini.
Tak seperti arus besar nan tua itu, gerakan mereka hanya gerakan yang tak menentu tergantung cuaca kekuasaan, gerakan yang bergerak karena pesanan soniornya atau kepentingan tertentu walau kadang tak semuanya seperti itu. Meskipun kami belum diakui sebagai bagian dari arus mereka. Tapi ikhtiar perkaderan dan cita-cita kami melebihi mereka, kami dapat belajar dan mengetahui bahwa, tak ada kawan dan musuh yang abadi,  walaupun dalam satu bingkai dan lahir di rahim yang sama, semuanya hanya tentang kepentingan. Sekalipun saudara serahim kalau tidak sekepentingan yang satu dan sama maka harus dicekal, di batasi bila perlu dihancurkan. Itulah kenyataanya. Tapi ingat. kami akan terus hidup, tetap ada, terus ada dan akan makin bertambah hingga kapanpun singkatnya sekali HMI Jogja Raya tetap HMI Jogja Raya.
Sekali HMI Jogja Raya ialah kebulatan tekad, semangat dan komitmen kami pada keislaman, keindonesian dan kemahasiswaan sebagai ikhtiar untuk perkaderan kedepan, memang ini terkesan dini dan terlalu mengklaim tapi harus disadari bahwa inilah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa HMI Jogja Raya harus hadir dan dideklarasikan di 5 Februari 2012 bertepatan dengan Umur HMI yang menginjak usia yang ke 65. Tentu pendeklarasian Cabang baru ini menurut sebagian orang, sarat akan makna dan kepentingan. Tapi yang mesti digarisbawahi bahwa kepentingan seperti apa menjadi cita-cita besar para penggagas Cabang baru ini, kepentingannya sederhana yakni. Perkaderan, Perkaderan dan Perkaderan.
Perkaderan yang menitik beratkan pada pengembangan kapasitas intelektual dan berpihak pada rakyat kecil. Wajar bila sampai saat ini HMI Jogja Raya masih tetap eksis dan makin bertambah kadernya. Terhitung sejak dari 2012 hingga saat ini kader mencapai ribuan. Kader aktif sekarang kurang lebih 700-an.

Jogja Raya Suatu Keharusan
HMI Jogja Raya yang masih berumuran jagung tak mungkin bisa disandingkan dengan Cabang-Cabang HMI yang sudah mapan, baik itu sonior-soniornya dan infrastruktur organisasi dan jejaring alumni yang sudah kuat. Misalnya seperti HMI Jogja, Bulaksumur, Solo, Semarang dan beberapa Cabang lainya.
Tapi kami punya tekad dan semangat. Tekad sebagai ikhtiar perkaderan dalam “menghijau-hitamkan” kampus-kampus yang belum ada HMI-nya di Daerah Istimewa Yogyakarta khusunya di Kabupaten Bantul (DIY) dan semangat kami ialah semangat intelektual yang dikemas dan dikembangkan melalui kelompok-kelompok belajar alternatif. Yang tentu terlepas dari rutinitas dan agenda-agenda Cabang dan Komisariat. Seperti mazhab Banguntapan, Komunitas Kritis, studi Club Yoyo, Lingkar Studi Politik (LSP) yang kesemuannya punya ciri khas tersendiri yakni, Banguntapan dengan Hermeneutik, Filsafat Barat dan Posmodernismenya. Komunita Kritis dengan Wacana Sosial kritisnya.  LSP dengan Kebangsaan keindonesianya. Komunitas Yoyo dengan Islam komtemporernya.
Maka kita dapat memastikan bahwa kehadiran HMI Jogja Raya bukan untuk memperkeruh dan memecah belah Himpunan. HMI Jogja Raya lahir diatas pikiran yang sadar dan demi menunaikan spirit juang ayahanda Lafran Pane dulu. Dengan demikian kehadiran HMI Jogja Raya itu bukan satu hal yang mesti ditentang dan dipertentangkan tapi itu kemestian dan keharusan sejarah yang harus diterima.[]

Penulis: Abdul Rais Abbas
Kabid PTKP HMI Cabang Jogja Raya

No comments:

Post a Comment