Manusia Haruslah Berdaya, mencoba berjuang,
kalah atau menang dalam ikhtiarnya. Sebab
inilah yang dinamakan Hidup. (Tan Malaka)
YakusaBlog- Organisasi gerakan dan mahasiswa menjadi kata yang tak habis dibahas dan
dibicarakan, hampir dalam etape dan sejarah perjalanan Republik ini. Mahasiwa memainkan
peran yang penting dan signifikan. Namun sayang cerita dan kejayaan masa lalu
perjuangan mahasiswa dan pemuda tak sebegitu indah dan semasif gerakan
mahasiswa dan pemuda saat ini. Gerakan mahasiswa dan pemuda saat ini tak
ubahnya seperti bunglon sering berganti muka, lain disini lain disana.
Ditengah persoalan bangsa yang sangat mencekik, mencolok dan berbagai
persoalan yang mewarnai perjalanan berbangsa dan bernegara kita ini. Ada
sebagian gerakan mahasiswa yang tidak murni dan real memperjuangkan kepentingan
akar rumput (rakyat). Gerakan mereka hanya gerakan musiman, gerakan yang tumbuh
dan berkembang atas kehendak penguasa dan naluri syahwat sonior-soniornya.
Kadang berkoar-koar bak orator seperti bung Tomo dan Karno, kadang juga
punya kepekaan dan kritis melebihi Pram, Sjahrir dan Tan Malaka, tapi
kompromistisnya ke penguasa yang dzalim,
korup dan anti rakyat. itu luar biasa.
Kompromisnya itu bila dijaga dan dirawat secara terus menerus di tubuh
suatu organisasi akan berakibat vital pada gerak juang dan independensi suatu
organisasi itu sendiri. diantara ratusan organisasi dan gerakan mahasiswa saat
ini yang patut kami apresiasi dan ajungkan jempol hanyalah sebagian kecil saja.
Pada Merekalah yang berkorban lebih dalam perjuangan rakyat. Dengan berbekal
semangat yang gigih, kuat dan tahan bantin. Di sana kemenangan akan kita raih
kawan.
Saya menaruh hormat dan angkat topi kejuangan. Di sanalah mereka merangkai
dan menyusun taktik dan strategi, tak perlu berharap banyak, diakui atau tidak,
kalah atau menang itu hal biasa dalam berjuang, sekecil apapun itu dari sekian
banyak cara dan metode perjuangan. Yang jelas, itulah komitmen mereka pada
keislaman, keindonesian dan kemahasiswaan yang diyakini sebagai sesuatu yang
layak dan patut diperjuangkan yakni kebenaran, keadialan dan kemanusian. Pada mereka
saya belajar dan melihat tentang perjuangan dan pengabdian. Kepada mereka juga
lah saya belajar tentang perjuangan yang terus dirawat dan dijaga secara terus
menerus nan abadi sebagai ikhtiar perkaderan kedepan. Merekalah kader HMI Se-Cabang
Jogja Raya. Mereka tak mengenal lelah dalam juang dan berjuang. Mengorbankan
agenda akademik, melepaskan kepentingan personalnya & turut memikirkan
persoalan dan kondisi keummatan, kebangsaan dan kemahasiswaan kita saat ini.
Tak seperti arus besar nan tua itu, gerakan mereka hanya gerakan yang tak
menentu tergantung cuaca kekuasaan, gerakan yang bergerak karena pesanan
soniornya atau kepentingan tertentu walau kadang tak semuanya seperti itu. Meskipun
kami belum diakui sebagai bagian dari arus mereka. Tapi ikhtiar perkaderan dan
cita-cita kami melebihi mereka, kami dapat belajar dan mengetahui bahwa, tak
ada kawan dan musuh yang abadi, walaupun dalam satu bingkai dan lahir di
rahim yang sama, semuanya hanya tentang kepentingan. Sekalipun saudara serahim
kalau tidak sekepentingan yang satu dan sama maka harus dicekal, di batasi bila
perlu dihancurkan. Itulah kenyataanya. Tapi ingat. kami akan terus hidup, tetap
ada, terus ada dan akan makin bertambah hingga kapanpun singkatnya sekali HMI Jogja
Raya tetap HMI Jogja Raya.
Sekali HMI Jogja Raya ialah kebulatan tekad, semangat dan komitmen kami
pada keislaman, keindonesian dan kemahasiswaan sebagai ikhtiar untuk perkaderan
kedepan, memang ini terkesan dini dan terlalu mengklaim tapi harus disadari
bahwa inilah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa HMI Jogja Raya harus
hadir dan dideklarasikan di 5 Februari 2012 bertepatan dengan Umur HMI yang
menginjak usia yang ke 65. Tentu pendeklarasian Cabang baru ini menurut
sebagian orang, sarat akan makna dan kepentingan. Tapi yang mesti digarisbawahi
bahwa kepentingan seperti apa menjadi cita-cita besar para penggagas Cabang baru
ini, kepentingannya sederhana yakni. Perkaderan, Perkaderan dan Perkaderan.
Perkaderan yang menitik beratkan pada pengembangan kapasitas intelektual
dan berpihak pada rakyat kecil. Wajar bila sampai saat ini HMI Jogja Raya masih
tetap eksis dan makin bertambah kadernya. Terhitung sejak dari 2012 hingga saat
ini kader mencapai ribuan. Kader aktif sekarang kurang lebih 700-an.
Jogja Raya Suatu
Keharusan
HMI Jogja Raya yang masih berumuran jagung tak mungkin bisa disandingkan
dengan Cabang-Cabang HMI yang sudah mapan, baik itu sonior-soniornya dan
infrastruktur organisasi dan jejaring alumni yang sudah kuat. Misalnya seperti HMI
Jogja, Bulaksumur, Solo, Semarang dan beberapa Cabang lainya.
Tapi kami punya tekad dan semangat. Tekad sebagai ikhtiar perkaderan dalam “menghijau-hitamkan”
kampus-kampus yang belum ada HMI-nya di Daerah Istimewa Yogyakarta khusunya di Kabupaten
Bantul (DIY) dan semangat kami ialah semangat intelektual yang dikemas dan
dikembangkan melalui kelompok-kelompok belajar alternatif. Yang tentu terlepas dari
rutinitas dan agenda-agenda Cabang dan Komisariat. Seperti mazhab Banguntapan,
Komunitas Kritis, studi Club Yoyo, Lingkar Studi Politik (LSP) yang kesemuannya
punya ciri khas tersendiri yakni, Banguntapan dengan Hermeneutik, Filsafat
Barat dan Posmodernismenya. Komunita Kritis dengan Wacana Sosial kritisnya. LSP dengan Kebangsaan keindonesianya. Komunitas
Yoyo dengan Islam komtemporernya.
Maka kita dapat memastikan bahwa kehadiran HMI Jogja Raya bukan untuk
memperkeruh dan memecah belah Himpunan. HMI Jogja Raya lahir diatas pikiran yang
sadar dan demi menunaikan spirit juang ayahanda Lafran Pane dulu. Dengan
demikian kehadiran HMI Jogja Raya itu bukan satu hal yang mesti ditentang dan
dipertentangkan tapi itu kemestian dan keharusan sejarah yang harus diterima.[]
Penulis: Abdul Rais Abbas
Kabid PTKP HMI Cabang Jogja Raya
No comments:
Post a Comment