Cara Mudah Memahami NDP HMI (Bagian II) - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 18 November 2019

Cara Mudah Memahami NDP HMI (Bagian II)


YakusaBlog- Oke manteman, kali ini aku melanjutkan tulisan berjudul "Cara Mudah Memahami NDP HMI (Bagian I)" yang sempat tertunda beberapa minggu lalu. Tulisan ini pun adalah sambungan dari tulisan sebelumnya dengan judul yang sama, akan tetapi ada tambahan "(Bagian II)" sebagai keterangan bahwa tulisan merupakan tulisan lanjutan.

Pada tulisan sebelumnya, katakanlah itu bagian pertamanya, yang membahas bahwa untuk memudahkan memahami NDP HMI, terlebih dahulu kita belajar filsafat atau ilmu logika. Nah, pada tulisan bagian kedua ini akan membahas apa lagi yang harus kita persiapkan sebelum memahami NDP HMI selain Filsafat atau ilmu logika.

Sebelum kita masuk ke inti pembicaraan kita pada bagian kedua ini, terlebih dahulu jangan lupa siapkan minuman manteman, entah itu secangkir kopi, teh, atau minuman jus; jus pukat, jus timun, jus apel, jus terong penjajah, dan boleh juga justru itu. Hehehehe. Karena di Sidikalang ini sangat dingin, aku minumnya secangkir kopi panas. Hehehe.

Kalau mau siapin temannya minuman manteman boleh juga. Entah itu cemilan, cepuluh, cesebelas dan boleh juga C-1, C-2 untuk Pemilu. Hahahaa, apaan sih, si Ibnu Arsib ini?

Sambil baca tulisan ini boleh juga sambil dengerin lagu kesukaan manteman. Entah itu lagu "Salah Apa Aku (Entah Apa yang Merasukimu)", lagu-lagu Bucinis lainnya dan lagu apa aja boleh yang penting buat manteman nyantui sambil baca.

Sori manyori-nyori manteman, baca tulisan ini jangan tegang-tegang kali. Santuy aja ya. Santuy tapi tetap cius.

Baik, mari kita lanjutkan!

Selain kita terlebih dahulu mempelajari filsafat atau logika berpikir, hal kedua yang harus kita pelajari atau perlu kita tambah agar memudahkan kita memahami NDP HMI adalah wawasan ke-Islam-an.

Azhari Akmal Tarigan atau akrab dipanggil Bang Akmal dalam bukunya yang berjudul "Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks, Interpretasi, dan Kontekstualisasi." menyebutkan bahwa, dibutuhkan kekayaan dan wawasan pemahaman Islam untuk lebih mudah mencerna NDP HMI.

Muncul sebuah pertanyaan, mengapa kita membutuhkan kekayaan wawasan Ke-Islam-an saat memahami NDP HMI? Dan sejenis pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Dalam wawancara terkait NDP HMI yang langsung sumbernya adalah Nurcholish Madjid alias Cak Nur mengatakan bahwa, HMI tidak mau terlibat dalam perdebatan-perdebatan atau keterlibatan mengenai hal-hal praktis seperti soal-soal khilafiyah. HMI menekankan kepada aspek-aspek universal dari Islam. Dan pada NDP HMI hanya merumuskan nilai-nilai dasar (fundamental values) Islam. Lebih lanjut wawancara tersebut dapat manteman baca pada bagian Prolog buku Bang Akmal yang judul bukunya sudah kita sebutkan tadi.

Nah, menurut dari pendapat Cak Nur di atas tadi, aku coba memberanikan berpendapat apa maksud pendapat tersebut. Menurutku, perlunya kita menambah wawasan keIslaman kita agar supaya tidak terjebak dalam pembahasan-pembahasan yang sifatnya fiqiyyah dalam memahami NDP HMI. Mengapa demikian? Karena memang NDP HMI sangat menghindari itu. Alasan lainnya adalah karena mengingat banyaknya kader-kader yang memiliki latar belakang keluarga dari organisasi Islam di Indonesia yang berbeda. Ada dari keluarga NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, Masyumi, Perti, dan golongan Islam lainnya. Tentunya setiap golongan itu berbeda-beda pemahaman terkait mengenai fiqih dan atau syari'ahnya. Hal demikian dikembalikan kepada Kader HMI masing-masing.

Walaupun berbeda golongan keluarga organisasi Islamnya, tapi semuanya dapat bersatu dalam hal-hal yang fundamen atau nilai-nilai dasar Islam sebagaimana yang dibicarakan dalam Teks NDP HMI pada setiap Bab. Untuk sampai ke arah itu, maka perlu kekayaan atau kedalaman wawasan keIslaman. Hal-hal fundamen itulah yang dapat mempersatukan golongan-golongan Islam yang ada di Indonesia ini, bahkan di dunia ini. Efek positifnya adalah menjadikan kader-kader HMI bersikap terbuka (inklusif), berpikir universal, humanis, religius tanpa melupakan masyarakat, dan lainnya yang masuk dalam kategori fundamental values.

Selanjutnya, sebagaimana kita ketahui bahwa NDP HMI itu direduksi Cak Nur dari Al-Quran yang bersifat universal sebagaimana Bang Akmal sering menyebutkannya, sehingga kita harus terus membaca Al-Quran dan memahami terjemahan serta tafsir-tafsirnya semampu kita. Walau semampunya, kita harus terus menerus menambahnya. Kemudian kita harus membaca Hadits Nabi Muhammad SAW yang bersifat universal. Selanjutnya banyak membaca sejarah-sejarah peradaban dunia dan sejarah peradaban Islam.

Terkait pembahasan tentang Tuhan dalam NDP HMI yang membuat kader-kader takut membahas NDP HMI itu bagian kecil menurutku dalam NDP HMI. Sebenarnya kita secara mayoritas terlalu menghabiskan banyak waktu pada pembahasan tentang Tuhan, padahal banyak hal lainnya yang juga penting untuk diperdalam.

Tentang Tuhan atau tauhid memang hal yang paling fundamen dalam NDP HMI, akan tetapi pembahasannya jangan sampai di situ saja. Dan pembahasannya jangan sampai lari pada pembuktian zat Tuhan, Allah SWT. Biasnya nanti, membuat kader-kader pada sikap skeptisisme. Skeptis boleh-boleh saja, asal tidak skeptisisme.

Oke manteman, aku pikir cukup sampai disitu lah dulu pembicaraan kita dalam kesempatan kali ini. Jika ingin lengkap atau lebih banyak lagi mudah-mudahan kita dipertemukan untuk membicarakannya secara langsung. Jika tidak sabar dan rasanya jauh untuk bertemu, manteman dapat mengirimkan pertanyaan via WhatsApp (WA). Untuk kepentingan ini aku berikan kontak WA-ku: 082360574452. Kiranya kita dapat berdiskusi. Jika lama tidak memberikan respon atau jawaban, itu artinya aku sedang tidur dan sudah mati. Hehehe.

Mohon maaf jika pembahasan ini tidak dapat memuaskan manteman semua. Wajar saja manteman tidak puas, karena aku bukan alat pemuas. Hehehe.

Mohon maaf juga apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam tulisan kali ini. Tunggu tulisan bagian ketiganya dalam judul tulisan "Cara Mudah Memahami NDP HMI."

Oke, sekian dan terimakasih. Malam ini di Sidikalang-Dairi makin malam makin dingin. Tak terasa sudah dua cangkir kopi kering bagai keringnya sumur di musim kemarau. Tunggu tulisan selanjutnya![]



Penulis: Ibnu Arsib ( Instruktur HMI, Pemerhati Kaum Muda, dan Penggiat Literasi di Sumut).

No comments:

Post a Comment