Yakusablog- Mahasiswa, inilah gelar sebuah nama yang agung dan mulia bagi seorang pelajar yang menimba ilmu pengetahuan di setiap kampus yang ada di Indonesia ini. Sangkin agung dan mulianya kita pun susah membedakan mana si Agung dan mana si Mulia. Mengapa begitu, karena mereka saudara kembar yang dicetak dalam satu cetakan yang sama dan dalam waktu yang sama. Hahaha.
Kalau kamu ingin mengetahui siapa abangnya dan siapa adiknya, orang tua mereka pun susah menjawabnya. Kenapa? Karena tidak sempat membuat kesepakatan di dalam cetakan. Kalau kamu berkata; abangnya adalah yang duluan lahir. Aiem sori manyori-nyori, si Agung dan si Mulia, tidak lahir normal dari pintu mana seharusnya mereka lewat menatap alam indah ini. Sebab musababnya adalah karena keterbatasan energi Sang Ibu.
Singkat cerita, si Agung dan si Mulia pun masuk kuliah setelah tamat sekolah. Mereka tamat SD, tapi karena masih bodoh, mereka masuk SMP. Tamat SMP, karena masih bodoh lanjut SMA. Tamat SMA karena masih bodoh juga, maka mereka berdua pun kuliah. Jadilah mereka mahasiswa.
Masing-masing si Agung dan si Mulia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Layaknya sebagaimana manusia biasa dan biasa manusia. Jika kita jelaskan satu persatu, rasanya tidak mungkin. Kenapa? Karena memang tidak ada rasanya. Tapi, ketika bermahasiswa si Agung dan si Mulia mendapatkan Kode Kesaktian yang tak sengaja turun ke mereka dibawa oleh malaikat tak bersayap.
Sebenarnya mereka adalah mahasiswa yang kadar ekonominya di menengah ke bawah. Tapi itu sebelum lahir, saat mereka lahir dan banyak harta orang tua mereka dijual untuk biaya operasi kelahiran mereka dan biaya pengobatan ayah mereka yang diuji oleh Tuhan dengan beberapa penyakit.
Di awal bermahasiswa mereka pun segan ke kantin bersama teman-teman mereka. Begitulah terus sampai semester 5. Tapi, sesudah mulai menjadi senior, dan telah berorganisasi. Dan dalam organisasi yang mereka masuki, si Agung dan si Mulia pun banyak bertambah wawasannya. Mereka jadi mengerti bagaimana seluk beluk dunia ini, dan mengetahui bagaimana kondisi negara yang mereka cintai, Indonesia. Mereka pun mengetahui mengapa kemiskinan terus tumbuh subur di negeri ini, mengetahui mengapa negeri ini tidak bisa mandiri dan berdikari sebagaimana kata Bung Karno. Lebih-lebihnya mereka jadi paham kondisi politik negeri ini bahwa rakyat hanya dijadikan alat memenuhi kebutuhan nafsu para elit pejabat. Dan macam-macamlah pokoknya yang mereka ketahui. Sedemikian banyaknya sahaya tidak bisa mengetahuinya. Hehehe.
Tiba lah pada pagi hari di kantin kampus mereka, tempat para aktivis berkumpul. Karena Agung dan Mulia sudah merasa aktivis, badan pun tipis dan dompet lebih tipis lagi. Seperti tempe setipis ATM, maka mereka bergabung. Mulia sendiri telah mengantongi kode kesaktiannya, begitu juga Agung.
Sesampai di kantin mereka duduk dan memesan kopi lengkap dengan makanan. Sebelumnya mereka berdua tidak pernah begitu lengkap memesan makanan. Biasanya paling segelas Mandi (maksudnya Teh Manis Dingin) dan tahu isi dua serta rokok dua batang. Agung merokok sejak masuk sebuah Tarekat Nikotiniah. Sedangkan, Mulia mau merokok sejak masuk Tarekat Asbakiyah. Dua Tarekat itu satu akar ideologi atau ajaran yang sama; Mancinisme. Rokok mereka selalu yang pro rakyat, yaitu Suara Rakyat (Surya).
Semenjak beraktivis nama mereka pun sudah dikenali dan disegani. Bukan karena Tarekatnya, tapi memang karena mereka kritis yang konstruktif dan membela mahasiswa, apalagi yang mahasiswi, mereka bela pul. Lumayan nambah-nambah koleksi kontak Wa Ciwai. Hahaha. Memang kampungan dua bersaudara ini.
Setelah mereka selesai ngopi, makan, menjalankan ibadah tarekat mereka masing-masing, ngobrol tentang prekonomian Indonesia, mereka pun cabut karena mendapat panggilan dari kawan-kawan aktivis mahasiswa. Sontak panggilan itu mengejutkan mereka karena salah satu aktivis dari kampusnya ditangkap robot berwarna coklat. Sebabnya karena mengkritisi pencipta robot-robot berwarna coklat itu.
Sebelum cabut, Agung dan Mulia merogoh kantong untuk membayar makanan. "Kau bayarkan dulu ya!" Kata Mulia pada Agung.
"Duitnya pasti kurang ini." Jawab Agung.
"Bayar aja paket duit seadanya. Kasih kode sakti kita."
"Kode yang mana yang harus kita keluarkan?" Tanya Agung.
"Kode saktilah"
"Oke. Siiip" kata Agung sambil mengangkat jempol.
Sesampai di tempat pembayaran, sebutlah kasir.
"Ko, berapa makanan kami?"
"Apa aja tadi?" Tanya pemilik kantin.
"Semua yang kami pesan tadilah, Ko." Jawab Agung bijak.
" Ooh." Kata pemilik kantin sambil menghitung. "Semuanya 239 T."
Wajah Agung pun terkejut. Untung saja dia dapat menyembunyikannya dengan cepat. Terpaksa ia harus mengeluarkan kode kasaktian mereka.
"Ko, segini dulu ya." Sambil memberikan duit seadanya tadi. "Kurangnya JKW dulu, Ko."
"Apa?"
"JKW, Ko." Agung memperjelas.
"Mau ngutang?" Tanya pemilik kantin.
"Iya, Ko. JKW." Suara Agung pelan takut terdengar warga negara kantin.
"Ooo. Oke. Baiklah." Jawab pemilik kantin tanpa protes.
Itulah Kode Kesaktian dua Mahasiswa tadi. Sepertinya bisa kita gunakan untuk kode Grabb, Go-Jek, dan di kantin-kantin (kalau mau kena tampar) hehehe. Cukup sekian cerita ini, kami dari jamaah tarekat Asbakiyah dan Nikotiniah undur diri sejenak. Semoga terhibur dan bermanfaat. Hidup mahasiswa![]
Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).
No comments:
Post a Comment