Hari
demi hari yang telah kulalui,
suasana – suasana baru semakin hari semakin banyak kutemui. Terasa dalam diri ada sedikit perubahan. Entah perubahan seperti apa,
aku sendiri tidak bisa merasionalkan lewat untaian
kata. Mungkin karena itu pengaruh dunia baru
yang saat ini aku geluti. Dan dunia kampus.
Itulah dunia baru yang aku geluti hari ini. Dunia perkumpulan pelajar dalam mencari jati diri . Dunia yang memberikan banyak pencerahan untuk lembar hidup baru,
dunia yang melahirkan sejuta pelajar sejati.
Dan dunia itu pulalah yang terkadang melahirkan pelajar
yang penjilat lidah. Mungkin satu
di antara sekian banyak alasan
di atas kenapa hari ini aku memutuskan untuk masuk dalam lingkaran dunia baru ini. Tapi tidak untuk menjadi pelajar penjilat lidah.
Keresahan itu menghinggapi hari-hari aku dikampus, karena aku merasa kuliah itut idak jauh beda dengan belajar disekolah.
Materi perkuliahan pun sering ku dapatkan disekolah ku dulu. Didalam kelas,
setiap ada diskusi dikelas aku menjadi mahasiswa
yang paling duduk dibangku
yang paling sudut. Itu karena aku mengamati teman-teman ku yang lihai dalam menyampaikan
ide dangagasan-gagasan. Kepandaiannya berbicara dalam
forum diskusi atau didalam kelas membuatku bertanya didalam hati aku, kenapa mereka bisa pintar dalam berbicara ?
Apakah karena mereka ikut organisasi
?
Seorang teman kelasku
yang pandai berbicara dalam forum diskusi disela-selawaktunya aku bertanya kepadanya. Kawan,
apa yang membuatmu sehingga bisa sehebat itu ketika berbicara didalam
forum? Dengan nada yang datar dia menjawab itu karena HMI dan aku bertanya lagi apaitu
HMI? HMI adalah Himpunan Mahasiswa Islam, sebuah organisasi yang terbesar dan tertua dinegeri ini. Organisasi ini sebagai wadah untuk berproses.
HMI telah menempa aku untuk lebih giat lagi dalam belajar, Beriman, Berilmu dan Beramal demi menjadi insan cita
yang berkarakter.
Dari
jawaban kawanku itu membuat hati aku tergetar untuk bergabung diorganisasi warisan ayahanda Lafran Pane tersebut. Akhirnya setelah aku piker bahwa HMI akan memberikan ruang bagi para kader – kadernya untuk mengeksplorasi potensinya, maka aku putuskan untuk mengikuti kegiatan Basic Training atau Latihan Kader I sebagai salah satu syarat menjadi kader
HMI. Ketika Hymne HMI
dikumandangkan ditempat pembukaan Basic Training LK1.
Hati aku kembali bergetar. Sambil tertunduk, dan aku mulai menghayati bait demi bait Hymne HMI
tersebut. Aku berbisik dalam hati,” betapa mulianya cita-cita perjuanganmu Ayahanda Lafran
Pane mendirikan Himpunan ini. Dan
semoga aku menjadi kader yang yang insan cita untuk mewujudkan misi suci mu ini,
wahai ayahanda Lafran
Pane.
Aku menikmati pengkaderan dan menyimak dengan baik materi yang disampaikan oleh para
senior-senior kami. Dan
sungguh materi itu belum pernah
kami dapat kan sebelumnya. Tepat pada materi dialog kebenaran, aku sempat berfikir.
Senior aku ini sudah gila mungkin, karena iya telah memaki-maki Tuhan ku dan ingin membakar kitab suci Al-Quran.
Dan beberapa peserta juga sempat marah. Dan ternyata, pada akhir materi itu kita
(peserta basic) dipancing untuk lebih filsafat dan mengekplorasikan kemampuan berfikir kita untuk mengadakan pembelaan terhadapcacian yang disematkan kepada Tuhan dan oleh
senior kami.
Menjadi kader HMI adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi siapa pun itu,
karena di HMI kita di ajari banyak hal
yang tidak pernah kita dapatkan dibangku perkuliahan.
Diorganisasi warisan ayahanda Lafran
Pane ini. Kami diperkenalkan dengan budaya membaca, berdiskusi dan menulis. Hingga akhirnya kami berfikir satu tingkat lebih maju dari pada teman – teman kami yang tidak mengikuti organisasi. Salah satunya keberanian dalam mengungkap kangagasan didalam ruang kuliah. Dimana pun dan siapun yang menjadi kader HMI, apapun profesimu, tetap jaga independesi
HMI, demi mewujudkan cita
– cita umat dan bangsa.
Penulis : Kamarudin Souwakil/Kader HMI Cabang Yogyakarta
No comments:
Post a Comment