Menjaga Garis Independensi Dalam Milad HMI ke-71 dan Kongres HMI XXX - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Sunday, 4 February 2018

Menjaga Garis Independensi Dalam Milad HMI ke-71 dan Kongres HMI XXX


YakusaBlog- Di dalam Tafsir Independensi Himpunan Mahasiswa Islam dijelaskan dan ditegaskan bahwa watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis yang merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasi dari watak independen kader HMI terwujud dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan serta pola laku setiap kader HMI baik dalam dirinya sendiri sebagai seorang kader maupun secara organisatoris melaksanakan Mission HMI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari pola-pola (watak) yang disebutkan tadi, dalam setiap kader akan memunculkan independensi etis. Sementara watak independen yang teraktualisasi secara organisasi akan membentuk independensi organisatoris HMI.
Maksud daripada independensi etis adalah sifat independen yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Artinya, fitrah kemanusiaan ini membuat manusia, terkhususnya kader-kader HMI berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada yang hanif (kebenaran). Kepribadian yang fitrah ini akan membuat kader-kader HMI akan selalu setia pada hati nuraninya (bukan Partai Hati Nurani Rakyat) yang senantiasa memancarkan keinginan berbuat kebaikan. Independensi etis yang wajib dipegang oleh setiap kader HMI artinya juga pengaktualisasian dinamika berpikir, bersikap dan berperilaku dalam hubungan dengan Tuhannya (Hablummninallah), dengan manusia (Hablumminannas) dan dengan alam lingkungan (Hablumminal’alam). Dalam pengaktualisasian hubungan-hubungan tersebut hanya tunduk dan patuh pada kebenaran, Allah Swt.
Dari aplikasi independensi etis yang ada pada setiap kader HMI maka akan terlihat sikap-sikap yang baik dalam kepribadian setiap kader HMI sehari-hari. Misalnya seperti sikap yang cenderung kepada kebaikan (henif), sikap bebas terbuka dan merdeka, terlihat sikap yang obyektif rasional dan kritis melihat sesuatu fenomena yang terjadi, sikap kader yang progresif dan dinamis, dan sikap yang demokratis, jujur dan adil.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan independensi organisatoris karakter independensi HMI, secara organisasi, yaitu senantiasa melakukan partisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-citanya semakin semakin terwujud. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, HMI secara organisasi hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebeneran dan obyektif. Prinsip-prinsip kebenaran itu tentunya berlandaskan kepada perintah atau ajaran Allah Swt. lewat agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam menjaga independensi organisatoris, secara organisasi tidak boleh tunduk terikat, dan patuh kepada kepentingan manapun, tidak boleh tunduk, terikat dan patuh pada kelompok serta golongan manapun kecuali hanya tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran (Allah Swt), kecuali pada obyektivitas kejujuran dan keadilan.
Dalam rangka menjalin, menjaga dan memilihara prinsip-prinsip HMI yang telah berusia 71 tahun (5 Februari 1947 - 5 Februari 2018), maka implementasi independensi HMI kepada kader-kader dan alumni HMI adalah sebagai berikut:
Pertama, aktivitas kader-kader HMI atau anggota HMI dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepeda ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Maka dari itu, tidak diperkenankan kader-kader HMI atau anggota-anggota HMI melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak manapun juga.
Kedua, setiap kader HMI atau anggota HMI tidak dibenarkan membuat komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organsisi dan sesuai dengan hakekat atau watak kedua independensi yang kita sebutkan di atas tadi.
Terakhir, yang ketiga, setiap alumni HMI senantiasa untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis di manapun berada dan mengembangkan sesuatu yang baik sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dalam rangka membawa atau menjalankan mission HMI. Dan alumni HMI harus menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dengan melalui semua jalur pengabdian, baik jalur institusi pendidikan, penelitian, organisasi profesional kewirausahaan, lembaga-lembaga sosial, wadah aspirasi politik lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya dengan semata-mata hanya karena hak dan tanggungjawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.
Dalam menjalankan garis independensi HMI (etis dan organisatoris) dengan ketentuan-ketentuan yang kita sebutkan di atas, pertimbangan HMI adalah semata-mata untuk memelihara, mengembangkan anggota atau kader HMI serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa. Maka sikap HMI pun semata-mata untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan golongan atau partai politik serta pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti hanya bergantung pada kebenaran (Allh Swt), sanggup berpikir dan berbuat sendiri walau menempuh resiko. Tentunya itu sudahlah menjadi suatu konsekuensi yang dipilih dan mampu menghadapi resiko, demikian juga sikap sebagai seorang pemuda.
Memelihari Garis Independensi HMI Dalam Milad HMI ke-71
Di atas telah kita bicarakan tentang Tafsir Independensi HMI dan pembagian daripada garis independensi HMI sebagaimana yang disebutkan di dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI (AD HMI) bahwa HMI adalah organisasi yang bersifat independen. Maksudnya bukan independen secara pasif (mati), tapi independen secara aktif (hidup). Maksudnya, HMI tidak bergantung kepada siapun kecuali hanya kepada Allah Swt.
Sifat independen HMI telah ada semenjak HMI didirikan, 5 Februari 1947 hingga sampai saat ini. Sifat ini pulalah yang membuat HMI menjadi organisasi yang sangat progresif, dinamis, revolusioner dan dapat membangun karakter setiap kader HMI dan alumninya. Atas sifat ini juga, membuat kader-kader HMI mampu menghadapi tantangan zaman. Banyak tokoh-tokoh HMI sepakat bahwa salah satu kekuatan HMI adalah sifat independensinya. Hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai dengan fungsi dan perannya di masa dahulu, kini dan di masa mendatang. Dengan sikap independen ini kader HMI dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang. Yang mana HMI hari ini telah berusia sudah tua, 71 tahun.
Agussalim Sitompul (Sejarawan HMI) mengungkapkan bahwa HMI bersifat independen adalah merupakan suatu kecemerlangan ide dan gagasan Lafran Pane (Pendiri HMI). Dengan sifat ini, Lafran Pane menegaskan bahwa HMI tidak menjadi bagian dari suatu partai politik dan organisasi manapun. HMI terbuka untuk semua golongan bangsa Indonesia, dan umat Islam secara khusus. Sifat Independen ini menjadi energi moral bagi HMI dalam menjalankan missi organisasi.
Dengan sifat dan garis independensi HMI yang menjadi watak organisasi yang telah tua ini, berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Untuk itu, pengurus-pengurus HMI di setiap tingkatan dan segenap kader-kader harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Dalam usianya yang ke-71 ini, harus meningkatkan kualitas independensi HMI dengan kader-kadernya berperan aktif mewujudkan mission HMI pada masa sekarang dan yang akan datang.
Memelihara Garis Independensi HMI Dalam Kongres HMI XXX
Sesuai dengan hasil Rapat Pleno PB HMI periode 2015-2017 di Jakarta, Kongres HMI yang ke-30 akan diadakan di Kota Ambon dan dibuka pada tanggal 13 Februari 2018. Artinya, Kongres HMI yang ke-30 ini dilaksankan dengan bulan yang sama dengan Milad HMI ke-71 yang jatuh pada tanggal 5 Februari 2018. Dalam bulan Februari ini, tentunya warga HMI menyambut Milad HMI ke-71 dengan berbagai kegiatan dan mungkin juga hangat pembicaraan kader-kader HMI serta alumni HMI terkait masalah Kongres HMI.
Dalam Kongres HMI, independensi HMI sangat rawan sekali akan keberadaannya. Dalam setiap Kongres HMI juga, sifat independensi etis (kader) dan sifat independensi secara organisatoris sering mengalami ancaman dari berbagai pihak, kelompok, bahkan dari beberapa politisi yang memanfaatkan untuk marketing politik. Serta tidak lepas juga adanya kepentingan pihak penguasa di dalamnya.
Terkait seringnya terjadi ancaman terhadap independensi HMI, secara historis dapat kita contohkan seperti Kongres HMI ke-15 di Medan. Di mana pada masa Kongres HMI mengalami ancaman independensi dari pihak penguasa dengan mengintervensi supaya HMI berzaskan Pancasila, tapi Alhamdulillah, peserta Kongres (kader-kader pada masa itu) dapat mempertahankan Islam sebagai azas HMI. Kongres HMI selanjutnya, Kongres ke-16 di Padang, akhirnya intervensi itupun tidak dapat dibendung, sehingga azas HMI yang Islam berganti menjadi azas Pancasila. Dan kembali menjadi azas Islam setelah Penguasa Orde Baru, Soeharto, mundur dari jabatannya.
Dalam Kongres ke-19 juga terjadi ancaman terhadap independensi HMI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh A. Dahlan Ranuwihardjo, dalam tulisannya ia mengatakan:
“Dalam Kongres HMI ke-19 empat bulan yang lalu itu, yang sidang-sidangnya diselenggarakan di Wisma Haji Pondok Gede, saya sempat ngobrol dengan mas Lafran, sewakti sama-sama mengikuti Sidang Pleno tanggal 12 September malam. Di situ  mas Lafran dan saya sama-sama prihatin tentang garis-garis independen HMI, kalau-kalau ada usaha campur tangan dari luar atas pemilihan calon Ketua Umum PB HMI.
Andaikata campur tangan itu datang dari beberapa oknum alumni HMI, ini pun tidak dapat dibenarkan, karena independensi HMI itu juga tidak dapat dibenarkan, karena independensi HMI itu juga berlaku terhadap para alumninya. Mengenai calon Ketua Umum PB itu, mas Lafran dan saya sependapat: hands off (jangan campuri) Kongres HMI, biarkanlah para utusan Kongres menjatuhkan pilihannya masing-masing; dalam soal pemilihan Ketum PB, setiap alumni sebaiknya bersikap mendukung semua calon (walau dalam batin punya pilihan lain) dan mendukung siapa saja yang terpilih.”
Dari pernyataan di atas dapatlah kita ketahui bahwa di dalam Kongres HMI harus menjaga independensi HMI dari kepentingan pihak luar, sekalipun itu alumni HMI. Seperti yang dikatakan Lafran Pane, alumni HMI pun tidak boleh ikut terlibat dengan mengintervensi siapa yang harus di pilih menjadi Ketua Umum PB HMI. biarkanlah para utusan Kongres yang memilihnya.
Jika kita lihat dari Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru, garis-garis independensi HMI begitu tercoreng akibat pola sikap dan pola laku kader-kader HMI yang hadir pada waktu itu. Perlu kita ketahui bahwa, independensi HMI itu tercoreng ketika kader-kader mengikuti intervensi orang luar, berbuat yang tidak baik pun itu sudah mencoreng watak independensi etis seorang kader HMI seperti yang dijelaskan dalam Tafsir Independensi HMI.
Nah, lantas bagaimanakah di Kongres HMI yang ke-30 yang insya Allah akan dilaksanakan dalam bulan Februari ini? Dapatkah kader-kader HMI yang menjadi peserta Kongres menjaga dan merawat garis independensi HMI? Menjaga independensi dari kepentingan kelompok penguasa, para politisi, atau kelompok-kelompok yang menjadikan momen ini sebagai marketing politik. Kongres kali ini sangat bersentuhan sekali dengan dinamika Pilkada serentak 2018, bahkan dengan Pemilu 2019 nanti. Jika kader tidak pandai menyaring keadaan yang akan terjadi, maka independensi HMI bisa terancam, baik secara etis (sikap kader-kadernya) dan secara organisatoris.
Yang menjadi calon-calon Ketua Umum PB HMI pun harus betul-betul diseleksi garis independensinya. Jangan karena iming-iming jabatan, uang dan rayuan maut lainnya, independensi HMI rusak. Kader-kader HMI yang menjadi utusan di Kongres HMI ke-30 harus betul-betul memilih calon Ketua Umum yang jelas latar belakangnya, independensinya belum tercemari oleh kepentingan suatu kelompok. Peserta utusan Kongres harus betul-betul sadar, jangan sampai memilih calon Ketua Umum yang terlibat dalam suatu partai politik atau sayap-sayap partai politik dan agen-agen perusak HMI lainnya.
Di dalam momen Milad HMI yang ke-71 dan Kongres HMI yang ke-30 ini, kiranya kita terus dapat mempetahankan garis independensi HMI. Seperti yang disebutkan di atas tadi, independensi HMI adalah kekuatan HMI, jika kekuatan ini telah rusak maka HMI pun nantinya hanya tinggal nama.
Di dalam Milad HMI yang ke-71 ini, mari kita teguhkan persatuan dan kesatuan ber-HMI. Membuang apa hal-hal buruk yang terdahulu dan mempertahankan hal-hal yang baik. Sah-sah saja usia HMI sudah tua, tapi HMI dan kader-kadernya tetap memiliki semangat yang prima.
Dalam Kongres HMI ke-30 ini, mari perkuat ukhuwah Islamiyah sesama kader HMI. melanjutkan, meluruskan dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan HMI sebagai mana termaktub dalam pasal 4 AD HMI. Dalm momen Kongres ini, pilihlah pemimpin HMI di tingkat pusat yang memegang teguh independensi HMI dan mencerminkan nilai-nilai Islam. Semoga Allah Swt. meridho organisasi yang kita cintai ini.[]

Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan


Ket.gbr: Net/Ilustrasi

No comments:

Post a Comment