YakusaBlog- Di dalam Tafsir Independensi Himpunan Mahasiswa Islam dijelaskan dan ditegaskan bahwa watak independen HMI adalah
sifat organisasi secara etis yang merupakan karakter dan kepribadian kader HMI.
Implementasi dari watak independen kader HMI terwujud dalam bentuk pola pikir,
pola sikap dan serta pola laku setiap kader HMI baik dalam dirinya sendiri
sebagai seorang kader maupun secara organisatoris melaksanakan Mission HMI dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dari pola-pola (watak) yang disebutkan tadi, dalam setiap kader
akan memunculkan independensi etis. Sementara watak independen yang
teraktualisasi secara organisasi akan membentuk independensi organisatoris HMI.
Maksud daripada independensi etis adalah sifat independen yang pada hakekatnya
merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Artinya, fitrah
kemanusiaan ini membuat manusia, terkhususnya kader-kader HMI berkeinginan suci
dan secara kodrati cenderung pada yang hanif
(kebenaran). Kepribadian yang fitrah ini akan membuat kader-kader HMI akan
selalu setia pada hati nuraninya (bukan Partai Hati Nurani Rakyat) yang
senantiasa memancarkan keinginan berbuat kebaikan. Independensi etis yang wajib
dipegang oleh setiap kader HMI artinya juga pengaktualisasian dinamika
berpikir, bersikap dan berperilaku dalam hubungan dengan Tuhannya (Hablummninallah), dengan manusia (Hablumminannas) dan dengan alam
lingkungan (Hablumminal’alam). Dalam pengaktualisasian
hubungan-hubungan tersebut hanya tunduk dan patuh pada kebenaran, Allah Swt.
Dari aplikasi independensi etis yang ada pada setiap kader HMI maka akan
terlihat sikap-sikap yang baik dalam kepribadian setiap kader HMI sehari-hari. Misalnya
seperti sikap yang cenderung kepada kebaikan (henif), sikap bebas terbuka dan merdeka, terlihat sikap yang
obyektif rasional dan kritis melihat sesuatu fenomena yang terjadi, sikap kader
yang progresif dan dinamis, dan sikap yang demokratis, jujur dan adil.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan independensi organisatoris karakter
independensi HMI, secara organisasi, yaitu senantiasa melakukan partisipasi
aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala
usaha pembangunan demi mencapai cita-citanya semakin semakin terwujud. Dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut, HMI secara organisasi hanya tunduk serta komit pada
prinsip-prinsip kebeneran dan obyektif. Prinsip-prinsip kebenaran itu tentunya
berlandaskan kepada perintah atau ajaran Allah Swt. lewat agama Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam menjaga independensi organisatoris, secara organisasi tidak boleh
tunduk terikat, dan patuh kepada kepentingan manapun, tidak boleh tunduk,
terikat dan patuh pada kelompok serta golongan manapun kecuali hanya tunduk dan
terikat pada kepentingan kebenaran (Allah Swt), kecuali pada obyektivitas
kejujuran dan keadilan.
Dalam rangka menjalin, menjaga dan memilihara prinsip-prinsip HMI yang
telah berusia 71 tahun (5 Februari 1947 - 5 Februari 2018), maka implementasi
independensi HMI kepada kader-kader dan alumni HMI adalah sebagai berikut:
Pertama, aktivitas kader-kader HMI atau anggota HMI dalam melaksanakan tugasnya
harus tunduk kepeda ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program
perjuangan HMI. Maka dari itu, tidak diperkenankan kader-kader HMI atau
anggota-anggota HMI melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas
kehendak pihak manapun juga.
Kedua, setiap kader HMI atau anggota HMI tidak dibenarkan membuat
komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala
sesuatu yang telah diputuskan secara organsisi dan sesuai dengan hakekat atau
watak kedua independensi yang kita sebutkan di atas tadi.
Terakhir, yang ketiga, setiap
alumni HMI senantiasa untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan watak
independensi etis di manapun berada dan mengembangkan sesuatu yang baik sesuai dengan
minat dan potensi yang dimiliki dalam rangka membawa atau menjalankan mission
HMI. Dan alumni HMI harus menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat
dengan melalui semua jalur pengabdian, baik jalur institusi pendidikan,
penelitian, organisasi profesional kewirausahaan, lembaga-lembaga sosial, wadah
aspirasi politik lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya dengan
semata-mata hanya karena hak dan tanggungjawab dalam rangka merealisasikan
kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.
Dalam menjalankan garis independensi HMI (etis dan organisatoris) dengan
ketentuan-ketentuan yang kita sebutkan di atas, pertimbangan HMI adalah semata-mata
untuk memelihara, mengembangkan anggota atau kader HMI serta peranan HMI dalam
rangka ikut bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa. Maka sikap HMI pun
semata-mata untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan golongan atau partai
politik serta pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti hanya
bergantung pada kebenaran (Allh Swt), sanggup berpikir dan berbuat sendiri
walau menempuh resiko. Tentunya itu sudahlah menjadi suatu konsekuensi yang
dipilih dan mampu menghadapi resiko, demikian juga sikap sebagai seorang
pemuda.
Memelihari Garis
Independensi HMI Dalam Milad HMI ke-71
Di atas telah kita bicarakan tentang Tafsir
Independensi HMI dan pembagian daripada garis independensi HMI sebagaimana
yang disebutkan di dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI (AD HMI) bahwa HMI adalah
organisasi yang bersifat independen. Maksudnya bukan independen secara pasif (mati),
tapi independen secara aktif (hidup). Maksudnya, HMI tidak bergantung kepada
siapun kecuali hanya kepada Allah Swt.
Sifat independen HMI telah ada semenjak HMI didirikan, 5 Februari 1947
hingga sampai saat ini. Sifat ini pulalah yang membuat HMI menjadi organisasi
yang sangat progresif, dinamis, revolusioner dan dapat membangun karakter
setiap kader HMI dan alumninya. Atas sifat ini juga, membuat kader-kader HMI
mampu menghadapi tantangan zaman. Banyak tokoh-tokoh HMI sepakat bahwa salah
satu kekuatan HMI adalah sifat independensinya. Hari depan HMI adalah luas dan
gemilang sesuai dengan fungsi dan perannya di masa dahulu, kini dan di masa
mendatang. Dengan sikap independen ini kader HMI dapat mempersiapkan diri dalam
menyongsong hari depan HMI yang gemilang. Yang mana HMI hari ini telah berusia
sudah tua, 71 tahun.
Agussalim Sitompul (Sejarawan HMI) mengungkapkan bahwa HMI bersifat
independen adalah merupakan suatu kecemerlangan ide dan gagasan Lafran Pane
(Pendiri HMI). Dengan sifat ini, Lafran Pane menegaskan bahwa HMI tidak menjadi
bagian dari suatu partai politik dan organisasi manapun. HMI terbuka untuk
semua golongan bangsa Indonesia, dan umat Islam secara khusus. Sifat Independen
ini menjadi energi moral bagi HMI dalam menjalankan missi organisasi.
Dengan sifat dan garis independensi HMI yang menjadi watak organisasi yang
telah tua ini, berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas
dasar keyakinan dan kebenaran. Untuk itu, pengurus-pengurus HMI di setiap
tingkatan dan segenap kader-kader harus berkualitas sebagaimana digambarkan
dalam kualitas insan cita HMI. Dalam usianya yang ke-71 ini, harus meningkatkan
kualitas independensi HMI dengan kader-kadernya berperan aktif mewujudkan
mission HMI pada masa sekarang dan yang akan datang.
Memelihara
Garis Independensi HMI Dalam Kongres HMI XXX
Sesuai dengan hasil Rapat Pleno PB HMI periode 2015-2017 di Jakarta,
Kongres HMI yang ke-30 akan diadakan di Kota Ambon dan dibuka pada tanggal 13
Februari 2018. Artinya, Kongres HMI yang ke-30 ini dilaksankan dengan bulan
yang sama dengan Milad HMI ke-71 yang jatuh pada tanggal 5 Februari 2018. Dalam
bulan Februari ini, tentunya warga HMI menyambut Milad HMI ke-71 dengan
berbagai kegiatan dan mungkin juga hangat pembicaraan kader-kader HMI serta
alumni HMI terkait masalah Kongres HMI.
Dalam Kongres HMI, independensi HMI sangat rawan sekali akan keberadaannya.
Dalam setiap Kongres HMI juga, sifat independensi etis (kader) dan sifat
independensi secara organisatoris sering mengalami ancaman dari berbagai pihak,
kelompok, bahkan dari beberapa politisi yang memanfaatkan untuk marketing
politik. Serta tidak lepas juga adanya kepentingan pihak penguasa di dalamnya.
Terkait seringnya terjadi ancaman terhadap independensi HMI, secara
historis dapat kita contohkan seperti Kongres HMI ke-15 di Medan. Di mana pada
masa Kongres HMI mengalami ancaman independensi dari pihak penguasa dengan
mengintervensi supaya HMI berzaskan Pancasila, tapi Alhamdulillah, peserta Kongres (kader-kader pada masa itu) dapat
mempertahankan Islam sebagai azas HMI. Kongres HMI selanjutnya, Kongres ke-16
di Padang, akhirnya intervensi itupun tidak dapat dibendung, sehingga azas HMI
yang Islam berganti menjadi azas Pancasila. Dan kembali menjadi azas Islam
setelah Penguasa Orde Baru, Soeharto, mundur dari jabatannya.
Dalam Kongres ke-19 juga terjadi ancaman terhadap independensi HMI. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh A. Dahlan Ranuwihardjo, dalam tulisannya ia mengatakan:
“Dalam Kongres HMI ke-19 empat bulan yang lalu itu, yang sidang-sidangnya
diselenggarakan di Wisma Haji Pondok Gede, saya sempat ngobrol dengan mas
Lafran, sewakti sama-sama mengikuti Sidang Pleno tanggal 12 September malam. Di
situ mas Lafran dan saya sama-sama
prihatin tentang garis-garis independen HMI, kalau-kalau ada usaha campur
tangan dari luar atas pemilihan calon Ketua Umum PB HMI.
Andaikata campur tangan itu datang dari beberapa oknum alumni HMI, ini pun
tidak dapat dibenarkan, karena independensi HMI itu juga tidak dapat
dibenarkan, karena independensi HMI itu juga berlaku terhadap para alumninya. Mengenai
calon Ketua Umum PB itu, mas Lafran dan saya sependapat: hands off (jangan campuri) Kongres HMI, biarkanlah para utusan
Kongres menjatuhkan pilihannya masing-masing; dalam soal pemilihan Ketum PB,
setiap alumni sebaiknya bersikap mendukung semua calon (walau dalam batin punya
pilihan lain) dan mendukung siapa saja yang terpilih.”
Dari pernyataan di atas dapatlah kita ketahui bahwa di dalam Kongres HMI
harus menjaga independensi HMI dari kepentingan pihak luar, sekalipun itu
alumni HMI. Seperti yang dikatakan Lafran Pane, alumni HMI pun tidak boleh ikut
terlibat dengan mengintervensi siapa yang harus di pilih menjadi Ketua Umum PB
HMI. biarkanlah para utusan Kongres yang memilihnya.
Jika kita lihat dari Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru, garis-garis
independensi HMI begitu tercoreng akibat pola sikap dan pola laku kader-kader
HMI yang hadir pada waktu itu. Perlu kita ketahui bahwa, independensi HMI itu
tercoreng ketika kader-kader mengikuti intervensi orang luar, berbuat yang
tidak baik pun itu sudah mencoreng watak independensi etis seorang kader HMI
seperti yang dijelaskan dalam Tafsir
Independensi HMI.
Nah, lantas bagaimanakah di Kongres HMI yang ke-30 yang insya Allah akan dilaksanakan dalam
bulan Februari ini? Dapatkah kader-kader HMI yang menjadi peserta Kongres
menjaga dan merawat garis independensi HMI? Menjaga independensi dari
kepentingan kelompok penguasa, para politisi, atau kelompok-kelompok yang
menjadikan momen ini sebagai marketing politik. Kongres kali ini sangat
bersentuhan sekali dengan dinamika Pilkada serentak 2018, bahkan dengan Pemilu
2019 nanti. Jika kader tidak pandai menyaring keadaan yang akan terjadi, maka
independensi HMI bisa terancam, baik secara etis (sikap kader-kadernya) dan
secara organisatoris.
Yang menjadi calon-calon Ketua Umum PB HMI pun harus betul-betul diseleksi
garis independensinya. Jangan karena iming-iming jabatan, uang dan rayuan maut
lainnya, independensi HMI rusak. Kader-kader HMI yang menjadi utusan di Kongres HMI ke-30 harus betul-betul
memilih calon Ketua Umum yang jelas latar belakangnya, independensinya belum
tercemari oleh kepentingan suatu kelompok. Peserta utusan Kongres harus
betul-betul sadar, jangan sampai memilih calon Ketua Umum yang terlibat dalam
suatu partai politik atau sayap-sayap partai politik dan agen-agen perusak HMI lainnya.
Di dalam momen Milad HMI yang ke-71 dan Kongres HMI yang ke-30 ini, kiranya
kita terus dapat mempetahankan garis independensi HMI. Seperti yang disebutkan
di atas tadi, independensi HMI adalah kekuatan HMI, jika kekuatan ini telah
rusak maka HMI pun nantinya hanya tinggal nama.
Di dalam Milad HMI yang ke-71 ini, mari kita teguhkan persatuan dan
kesatuan ber-HMI. Membuang apa hal-hal buruk yang terdahulu dan mempertahankan
hal-hal yang baik. Sah-sah saja usia HMI sudah tua, tapi HMI dan kader-kadernya
tetap memiliki semangat yang prima.
Dalam Kongres HMI ke-30 ini, mari perkuat ukhuwah Islamiyah sesama kader HMI. melanjutkan, meluruskan dan
menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan HMI sebagai mana termaktub dalam
pasal 4 AD HMI. Dalm momen Kongres ini, pilihlah pemimpin HMI di tingkat pusat
yang memegang teguh independensi HMI dan mencerminkan nilai-nilai Islam. Semoga
Allah Swt. meridho organisasi yang kita cintai ini.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
No comments:
Post a Comment