“Sekarang anak-anak sedang nikmat bertengkar,
tidak ada bapak yang mereka segani,
tidak ada ibu yang mereka cintai. Keluarga kita menjadi sangat rapuh, dan para tetangga mengincar kita, menginfiltrasi kita, menusuk masuk ke tanah dan jiwa kita, menggerogoti hak milik kita untuk dijadikan hak milik mereka”. (Emha Ainun Najib)
YakusaBlog- Menjadi individualitas merupakan pernyataan asasi dari kemanusiaan, serta letak kebenarannya dari pada nilai kemanusiaan itu sendiri. Maka,
seorang individu memiliki kemerdekaan dalam individualitasnya karena dia sendiri yang menjadi penanggungjawab terakhir dan mutlak dari awal perbuatannya. Namun alangkah indahnya jika “Kemerdekaan” sebagai individu mampu diciptakan dalam konteks kehidupan sosial yang
dipenuhi keberagaman.
Sebuah perbedaan menjadi bumbu yang mampu membentuk dinamika berfikir dalam mengkonstruksi harmonisasi
universal. Perselisihan, persaingan, propaganda hanyalah istilah kata
dan gambaran situasi yang membuat kita belajar. Penanaman bahwa tidak hanya berfikir
“bagaimana benarnya”, tetapi juga berfikir
“bagaimana baiknya”. Kita tahu bahwa kebenaran adalah esensi dari pencarian kehidupan. Akan tetapi hal yang
lebih penting adalah bagaimana baiknya dalam proses pencarian kebenaran itu sendiri. Dan
berangkat dari segala perbedaan dan keberagaman inilah yang
mengantarkan seorang individu diperkenalkan
yang namanya “Perjuangan”.
Perjuangan menjadi bentuk ikhtiar sebagai implementasi panjatan do’a yang senantiasa dilafadzkan. Iman, ilmu, dan amal bersi nergis dan harmoni dalam bingkai perjuangan. Oleh karenanya nilai yang
terbawa bukan semata kepentingan individualitas, tetapi yang
dibawa adalah nilai hidup berkeadilan,
bersosial, dan berketuhanan. Kemudian ilmu hadir sebagai alat atau senjata untuk merekayasa bahkan membentuk kehidupan berkeadilan, sedangkan amal menjadi sintesa antara kejernihan pikiran dan keyakinan hati yang
terwujud dalam tindakan. Serta
merujuk pada hubungan sosial, baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan dan alam semesta.
Baca juga: Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
Dengan kemurnian langkah, hendaknya seorang individu mampu menularkan kebermanfaatan dan segala kebaikan untuk ditanamkan dalam segala aspek kehidupan bersosial. Di atas punggung kita terdapat identitas besar bernama Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), yang mempunyai nilai dasar perjuangan sebagai ruh penggerak dalam mewujudkan kesejahteraan
universal. HMI tidaklah memiliki lawan,
karena yang dimiliki hanyalah kawan belajar. Organisasi seperti
GMNI, PMII, PMK, KMK, IMM, KAMMI bukanlah lawan atau musuh yang
harus dibuat runtuh,
tetapi mereka adalah kawan belajar dengan perbedaan ideology dan latarbelakang. Kita
menyadari itu, yang digarisbawahi adalah persamaan kita yang
ingin menjadi individualitas
yang merdeka. Kita belajar dengan adu gagasan pembaharuan,
dimanapo litik kampus adalah panggung pembelajaran dalam menuangkan nilai-nilai kebenaran dan keluhuran. Kita semua bebas memilih identitas masing-masing sebagai latar belakang pergerakan
yang dilakukan.
Aku dari rahim HMI, yang berasal dari perjuangan lalu tumbuhlah harapan, kemudian dari harapan muncullah keyakinan.
Dari keyakinan itu berbuah menjadi tujuan. Dari sini berkembang menjadi implementatif berupa ikhtiar. Lalu ikhtiar mendekatkannya hamper pada tujuan, yang pada akhirnya kesadaran muncul bahwa semuanya terdapat ilmu yang mengantarkan. Hingga kita menggenggam kebenaran dan keluhuran dalam bingkai
“Yakin Usaha Sampai”.[]
Penulis: Muhammad Nuril Mubin
Kader HMI Cabang Malng dan Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang
Ket.gbr: Muhammad Nuril Mubin
No comments:
Post a Comment