YakusaBlog- Tengah malam
itu cuaca sangat dingin. Hujan rintik-rintik membasahi halaman rumah yang aku
tempati. Rumah itu sering aku sebut UNISA, kependekan dari Universitas Islam
Santun. Saya sebut sebagai universitas bukanlah seperti universitas-universitas
yang kita kenal seperti UI, UII, UGM, UISU, USU, UNIMED dan kampus-kampus
lainnya. Rumah itu aku sebut Unisa (universitas), karena setiap harinya
kader-kader HMI ada di rumah itu. Mereka mereka ngampus. Maksudnya ngampus
layaknya seperti kegiatan di kampus. Ada yang diskusi, ada yang sharing pendapat, ada yang bercanda
tawa, ada yang membaca, dan aktivitas-aktivitas positif lainnya. Kebetulan itu
juga menjadi Sekretariatnya. Kata "Santun" maksudnya adalah karena alamatnya di Jalan Santun, salah satu jalan yang ada di Kota Medan.
“Cruouukkkkkkk……” Keseduh secangkir kopi
panas yang biasa menemaniku setiap malam di kala kami sedang berdiskusi lepas
tengah malam dan di kala aku sedang menulis dan juga membaca.
“Uughhhhh……..aroma kopinya harum sekali.”
Seuaraku terdengar pelan menikmati aroma kopi seperti seorang yang penikmat
narkoba yang lagi sedang sakau.
Setelah aku menyeduh dan mengaduk-aduk kopi
panas ke meja di mana tempat biasa aku membaca dan menulis. Rasanya malam itu
aku kurang bergairah untuk menulis. Untuk merefresh aku pun menghidupkan laptop
dan menghidupkan wifi dari salah satu
smart phone teman yang lagi sedang
asyik bermimpi di alam sana.
Rencana
ingin membaca berita-berita media online malam.
Tapi entah kenapa, aku merasa tidak juga bergairah membacanya. Berita-beritanya
tidak sehat, menurutku. Dan isu-isunya semua manifulasi dan kepentingan
kelompok.
“Ah…lebih
baik aku buka Fb, mana tahu ada pesan
dari teman-teman.” Terucap dalam hati.
“Crek…crekk…” Aku menghidupkan sebatang rokok,
kemudian menyeruput kopi yang sangat nikmat itu.
“Oh..banyak
sekali pemberitahuan yang telah masuk. Inbox fb juga banyak.” Gumamku dalam
hati.
Perlahan-lahan
aku membuka pesan-pesan yang telah masuk. Membacanya secara pelan-pelan dengan
penuh konsentrasi. Awalnya aku hanya menganggap tulisan dalam pesan itu
biasa-biasa saja. Tapi, semakin aku baca pesan itu semakin serius.
“Aku pengen
diskusi sebenrnya ber-HMI itu untuk apa Bang?” Demikian kalimat pembukanya. “Karna
titik kordinat awalnya adalah syiar dan mempertahankan KRI kan bg, kalo aku
sederhananya ber-HMI kan berdakwah, ditambah lagi aku tau bahwa Abu Bakar Ba’asyir
adalah alumni kan bg, plus Arifin Ilham
juga alumni. Maksudnya ber-HMI itu untuk ummat, untuk pemerintah, atau untuk
organisasi ini doank? Makalah LK II ku itu Bang.”
Awalnya aku
tak paham dengan maksud tulisan itu. Setelah aku baca sampai tiga kali, aku pun
mulai paham maksud keluhannya itu. Pasukan tangankupun berpacu bergerak-gerik
di atas papan ketik.
“Satu yang
harus mantum pahami. Apa yang kita alami saat ini, belum sebanding dengan apa yang dihadapi para pendahulu-pendahuli kita di HMI” Kalimat pertama dariku, Mantum itu maksudnya adalah
singakatan dari Mantan Ketua umum. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu
Mantan Ketua Umum Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan.
“Hari ini
Kader-Kader HMI kita telah terdegradasi. Nah, ente sebagai orang yang resah
seperti abang ini, harus memunculkan ide-ide untuk mengkonstruksi HMI lagi. Kekecewaan
terhadap kualitas HMI saat ini sudah pernah terjadi di awal-awal tahun 80-an
hingga 90-an. di tahun 1994-1999, HMI mendapat darah segar untuk bangkit. tapi,
di setelah reformasi, HMI mulai memudar hingga kritis sampai hari ini. situasi
nasional dan internasional yang dipengaruhi teknologi menjadi salah satu
faktornya. Kader-kader terpengaruh sisi negatifnya, bukan memanfaatkan sisi
positifnya. HMI tetap untuk ummat dan bangsa. jika kader-kader menjalankan apa
yang tertuang dalam Al-Qur'an, Hadist, Tujuan HMI (pasal 4), Usaha-usaha HMI
(pasal 5), dan NDP HMI.”
“Pergerakan
itu dijalankan dengan banyak cara, ada dengan sendiri, ada dengan kelompok.
banyak pula metodenya, ada dengan menulis, tentunya ketika itu sendri, ada
dengan berceramah, ada dengan bersedekah, dan banyak lainnya. Tinggal pilih
mana, sesuai dengan kondisi.”
“Tekk….” Suara tombol Enter pada keyboard mengirimkan tanggapanku.
Dalam tulisan
tanggapankut itu, sempat aku mengirmkan link
tulisan yang berjudul Kita Harus Tetap Semangat Ber-HMI. Aku merasa bukan dia dan aku saja yang meresakan
hal-hal yang ia sebutkan tadi. Bukan dia dan aku saja yang merasakan bahwa saat
ini HMI mengalami degradasi. Pasti banyak kader-kader dan atau alumni-alumni
yang merasakan itu.
Rintikan
hujanpun semakin terdengar deras, malam makin dingin dan sepi, secangkir kopi itupun
menghangatkan suasana.[]
Penulis:
Ibnu Arsib
Instruktur
HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: http://www.picz.ge/
Assalamualaikum.
ReplyDeleteAdakah alamat untuk mendownload pdf dari buku secangkir kopi untuk semangat berHMI.?