Secangkir Kopi Untuk Semangat Ber-HMI - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Thursday, 28 December 2017

Secangkir Kopi Untuk Semangat Ber-HMI


YakusaBlog- Tengah malam itu cuaca sangat dingin. Hujan rintik-rintik membasahi halaman rumah yang aku tempati. Rumah itu sering aku sebut UNISA, kependekan dari Universitas Islam Santun. Saya sebut sebagai universitas bukanlah seperti universitas-universitas yang kita kenal seperti UI, UII, UGM, UISU, USU, UNIMED dan kampus-kampus lainnya. Rumah itu aku sebut Unisa (universitas), karena setiap harinya kader-kader HMI ada di rumah itu. Mereka mereka ngampus. Maksudnya ngampus layaknya seperti kegiatan di kampus. Ada yang diskusi, ada yang sharing pendapat, ada yang bercanda tawa, ada yang membaca, dan aktivitas-aktivitas positif lainnya. Kebetulan itu juga menjadi Sekretariatnya. Kata "Santun" maksudnya adalah karena alamatnya di Jalan Santun, salah satu jalan yang ada di Kota Medan.
Cruouukkkkkkk……” Keseduh secangkir kopi panas yang biasa menemaniku setiap malam di kala kami sedang berdiskusi lepas tengah malam dan di kala aku sedang menulis dan juga membaca.
Uughhhhh……..aroma kopinya harum sekali.” Seuaraku terdengar pelan menikmati aroma kopi seperti seorang yang penikmat narkoba yang lagi sedang sakau.
 Setelah aku menyeduh dan mengaduk-aduk kopi panas ke meja di mana tempat biasa aku membaca dan menulis. Rasanya malam itu aku kurang bergairah untuk menulis. Untuk merefresh aku pun menghidupkan laptop dan menghidupkan wifi dari salah satu smart phone teman yang lagi sedang asyik bermimpi di alam sana.
Rencana ingin membaca berita-berita media online malam. Tapi entah kenapa, aku merasa tidak juga bergairah membacanya. Berita-beritanya tidak sehat, menurutku. Dan isu-isunya semua manifulasi dan kepentingan kelompok.
“Ah…lebih baik aku buka Fb, mana tahu ada pesan dari teman-teman.” Terucap dalam hati.
Crek…crekk…” Aku menghidupkan sebatang rokok, kemudian menyeruput kopi yang sangat nikmat itu.
“Oh..banyak sekali pemberitahuan yang telah masuk. Inbox fb juga banyak.” Gumamku dalam hati.
Perlahan-lahan aku membuka pesan-pesan yang telah masuk. Membacanya secara pelan-pelan dengan penuh konsentrasi. Awalnya aku hanya menganggap tulisan dalam pesan itu biasa-biasa saja. Tapi, semakin aku baca pesan itu semakin serius.
“Aku pengen diskusi sebenrnya ber-HMI itu untuk apa Bang?” Demikian kalimat pembukanya. “Karna titik kordinat awalnya adalah syiar dan mempertahankan KRI kan bg, kalo aku sederhananya ber-HMI kan berdakwah, ditambah lagi aku tau bahwa Abu Bakar Ba’asyir adalah alumni kan bg, plus Arifin Ilham juga alumni. Maksudnya ber-HMI itu untuk ummat, untuk pemerintah, atau untuk organisasi ini doank? Makalah LK II ku itu Bang.”
Awalnya aku tak paham dengan maksud tulisan itu. Setelah aku baca sampai tiga kali, aku pun mulai paham maksud keluhannya itu. Pasukan tangankupun berpacu bergerak-gerik di atas papan ketik.
“Satu yang harus mantum pahami. Apa yang kita alami saat ini, belum sebanding dengan apa yang dihadapi para pendahulu-pendahuli kita di HMI” Kalimat pertama dariku, Mantum itu maksudnya adalah singakatan dari Mantan Ketua umum. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu Mantan Ketua Umum Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan.
“Hari ini Kader-Kader HMI kita telah terdegradasi. Nah, ente sebagai orang yang resah seperti abang ini, harus memunculkan ide-ide untuk mengkonstruksi HMI lagi. Kekecewaan terhadap kualitas HMI saat ini sudah pernah terjadi di awal-awal tahun 80-an hingga 90-an. di tahun 1994-1999, HMI mendapat darah segar untuk bangkit. tapi, di setelah reformasi, HMI mulai memudar hingga kritis sampai hari ini. situasi nasional dan internasional yang dipengaruhi teknologi menjadi salah satu faktornya. Kader-kader terpengaruh sisi negatifnya, bukan memanfaatkan sisi positifnya. HMI tetap untuk ummat dan bangsa. jika kader-kader menjalankan apa yang tertuang dalam Al-Qur'an, Hadist, Tujuan HMI (pasal 4), Usaha-usaha HMI (pasal 5), dan NDP HMI.”
“Pergerakan itu dijalankan dengan banyak cara, ada dengan sendiri, ada dengan kelompok. banyak pula metodenya, ada dengan menulis, tentunya ketika itu sendri, ada dengan berceramah, ada dengan bersedekah, dan banyak lainnya. Tinggal pilih mana, sesuai dengan kondisi.”
Tekk….” Suara tombol Enter pada keyboard mengirimkan tanggapanku.
Dalam tulisan tanggapankut itu, sempat aku mengirmkan link tulisan yang berjudul Kita Harus Tetap Semangat Ber-HMI. Aku merasa bukan dia dan aku saja yang meresakan hal-hal yang ia sebutkan tadi. Bukan dia dan aku saja yang merasakan bahwa saat ini HMI mengalami degradasi. Pasti banyak kader-kader dan atau alumni-alumni yang merasakan itu.
Rintikan hujanpun semakin terdengar deras, malam makin dingin dan sepi, secangkir kopi itupun menghangatkan suasana.[]

Penulis: Ibnu Arsib

Instruktur HMI Cabang Medan

Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: http://www.picz.ge/

1 comment:

  1. Assalamualaikum.
    Adakah alamat untuk mendownload pdf dari buku secangkir kopi untuk semangat berHMI.?

    ReplyDelete