“Ya Allah, Engkau lah
teman dalam perjalanan kami dan khalifah dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada engkau dari beratnya perjalanan dan keburukan kondisi
dari kekurangan setelah kesetabilan, dari doa orang yang terzalimin, dan dari
buruknya pandangan terhadap keluarga dan harta” (HR. At–Tirmidzi, hadist hasan shahih)
Manusia tidak akan mencapai kepuasan sejati sebelum ia beriman kepada Allah
Swt. karena kepuasan sepenuhnya didapat setelah jiwa raga dekat kepada sang Perncipta alam semesta.
“Sesungguhnya
perumpanaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari
langit, lalu tumbuhlah dengan subur karea air itu tanam-tanaman bumi,
diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi
itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya, dan pemilik–pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba–tiba datanglah
kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan lasana tanaman–tanaman yang sudah disabit, seakan–akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda–tanda kekuasaan kepada orang–orang
berfikir.” (QS. Yunus: 24)
Dari ayat tersebut kita tau bahwa Allah mengingatkan kita akan sifat fananya dunia, jangan sampai terlena dengan keindahan dunia dan kecintaan dunia
sehingga lupa diri akan tugas sebagai manusia.
Banyak hal–hal yang dapat membuat diri terpesona dengan dunia, seperti yang disebutkan: “Diperhiaskan bagi
manusia kesukaan kepada barang yang diingini, (yaitu) dari hal perempuan dan
anak laki-laki, dan berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kenderaan yang
diasuh, dan binatang-binatang ternak dan sawah-ladang. Yang demikian itulah
perhiasan hidup di dunia. Namun di sisi Allah ada (lagi) sebaik tempat kembali.”
(QS. Al–Imran: 14)
Dari ayat tersebut dapat di lihat, bahwa perempuan dan harta yang sering kali
menjerumuskan manusia.
Karena perempuan dapat menghancurkan suatu rumah tangga, karena perempuan
dapat merusak tali silahturahmi, karena perempuan dapat saling membunuh dan
saling membenci. Perempuan yang saya maksud adalah perempuan yang jauh dari tuntunan agama Islam.
Begitu juga dengan harta, dapat merusak suatu hubungan, perpecahan,
pembunuhan, dan perselisihan. Karena memang ada tiga hal di dunia ini yang
sering menjadi rebutan banyak orang, yaitu harta, tahta, dan wanita.
Manusia bertanggung jawab kepada Allah untuk membangun kesadaran terhadap
Allah melalui perenungan dan kesadaran akan perintah–perintah-Nya. Allah
telah menjelaskan kepada kita, bahwasanya dunia ini ada hanya untuk waktu yang
terbatas dan sesingkat mungkin. Kita tak pernah tau kapan berakhir hidup kita.
Harta dan jodoh telah di atur dan telah ditetapkan oleh Allah Swt. akan
tetapi apakah amal dan usia kita juga telah diatur dan ditetapkan oleh-Nya,
kalau harta dan jodoh telah di atur oleh Allah, kenapa kita masih saja
berperang merebutkan harta dan lelaki/perempuan, kenapa kita masih saling
menjatuhkan untuk merebut kekuasaan, kenapa kita masih sering menzalimi dan
menindas yang kecil?
“Barangsiapa mencari
keridhoan dari Allah (saja) meskipun manusia benci kepadanya, niscaya Allah
akan ridho kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia ridho kepadanya pula. Dan
barangsiapa mencari keridhoan dari manusia dengan membuat Allah murka
kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia
murka kepadanya pula.” (HR. Ibnu Hibban di
dalam Shahihnya No. 276)
Dari hadist tersebut mengatakan apabila hidup hanya untuk Allah, walaupun
manusia mengucilkan atau membenci kita, Allah tidak akan memandang kebencian
tersebut dan orang tersebut akan berada tempat mulia di sisi Allah, akan tetapi
sebaliknya, apabila orang tersebut hanya mencari perhatian manusia demi
meninggikan dirinya, maka Allah akan membenci dan murka pada orang tersebut.
Orang–orang seperti itu biasa disebut munafik, dan Allah sangat membenci
orang yang Munafik.
Seharusnya hidup berlomba–lomba mencari berkah dan ke ridhoan Allah.
Bukan malah mencari kenikmatan dunia semata dan hanya sesaat. Memang Allah
memerintahkan kita untuk dapat mengelola alam ini sehingga kita kaya.
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia” (QS. Ar-Rad: 11)
Dari kutipan ayat tersebut, Allah menyuruh kita, apabila kita ingin kaya maka
bekerjalah, apabila kita ingin pintar maka belajarlah, dan apabila ingin sembuh dari penyakit makan berobatlah.
Allah tidak akan merubah suatu ketetapan tanpa usaha manusia tersebut. Dan
apabila kita telah mencapai suatu kekayaan janganlah sombong atau angkuh
seperti Qarun yang dahulu miskin lalu di beri Allah kakayaan, akan tetapi
kekayaan itu membutakan matanya untuk melihat Allah sehingga Allah
menenggelamkan hartanya ke dalam tanah. Karena sesungguhnya semua di dunia ini
milik Allah, tidak ada milik kita, kecuali amal ibadah kita sendiri.[]
Penulis: Muhammad Ridho
Kader HMI Cabang Medan, Komfak Ekonomi UISU-Medan.
Sumber gbr: https://www.deviantart.com/
No comments:
Post a Comment