YakusaBlog- Pendidik menurut W.J.S Poewardaminta adalah orang
yang mendidik. Defenisi ini memberikan pengertian bahwa pendidik memberikan aktivitas dala bidang mendidik. Dalam bahasa inggris disebut dengan teacher
yang diartikan guru, pengajar dan tutor atau guru privat yang mengajar dirumah.
Selanjutnya dalam bahasa arab dijumpai kata uztadz, mudarris, muallim dan mu’addib.
Kata uztadz, jamaknya asatidz
yang berarti teacher
(guru),
instructor (pelatih), lecture (dosen). Selanjutnya kata muallim
yang juga berarti teacher
(guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Selanjutnya kata Mu’addib berarti educator
(pendidik)
atau teacher
in qoranic school
(guru dalam lembaga pendidikan Qur’an).
Dengan demikian, istilah-istilah di atas mengidentifikasi dalam arti pendidik, karena seluruh kata tersebut mengacu kepada seseorang
yang memberikan pengetahuan,
keterampilan, atau pengalaman kepada orang
lain. Secara umum, pendidik adalah orang
yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik.
Menurut
Al-Ghazali, pendidik adalah orang
yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan khaliknya (Tuhan).
Maka dari itu pendidikan merupakan pilar pencipta peradaban, melahirkan generasi tokoh-tokoh yang hebat, ilmuwan dan generasi emas masa mendatang dan sosok
yang sangat berperan di dalamnya adalah guru.
Guru
adalah distributor dalam menciptakan kader yang berkarakter. Dialah agent of change yang sesungguhnya. Tak heran, ketika Kaisar Hirohito pasca terjadi perang dunia kedua, pertama sekali menanyakan“masihkah ada guru
yang tersisa?”
Bukan dokter, tentara, polisi, atau rumah sakit
yang ia tanyakan, tapi seorang
guru yang tersisalah yang ia tanyakan. (dakwatuna.com)
Seorang tokoh pendidik, Dr. Khursyi Ahmad, berkata melalui pendidikan, manusia menanam aset potensial dan dengan pendidikan masa depan dapat dibangun. Pendidikan tidak terlepas dari sosok yang sangat besar peranannya. Ia yang
selalu mencurahkan waktunya dengan segenap tenaga dan pikirannya. Ia selalu setia memberikan dedikasinya kepada murid pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Dia adalah seorang
guru, sang motivator, penginspirasi, pembimbing ke jalan kebenaran.
Tabah dalam mendidik, sabar dalam mengajar.
Guru
adalah penebar kebaikan
yang menanamkan nilai-nilai sosial, keagamaan, kebudayaan, dan sikap peduli terhadap sesama manusia. Demikian betapa mulianya tugas seorang
guru dan luasnya samudera ilmunya.
Allah
mengangkat derajat orang yang berilmu serta berada dalam jalan kebenaran. Ada tiga agenda mulia seorang guru, yaitu menyeru, mengajak, mencegah dan semuanya dilakukan dengan sangat ikhlas. Guru memiliki investasi abadi sebagai bentuk sedekah jariah yaitu berupa ilmu yang bermanfaat dan akan melahirkan murid
yang sholeh dan shaleha, yang senantiasa mendoakan orangtua
(guru).
Namun perlu ditanamkan menjadi seorang
guru haruslah memiliki rasa
ikhlas dalam mengabdi
agar tidak muncul rasa
kecemburuan dalam persaingan kerja sehingga memudarnya keikhlasan sseorang guru dalam mengabdi.
Dalam menjalankan fungsinya guru perlu mempertimbangkan dua hal utama, yaitu mengawal fitrah setiap anak dan membekali anak didik menjalankan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi.
Guru adalah sebuah profesi yang mulia karena
di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Guru juga dianggap
sebagai pahlawan pembangunan, karena di tangan mereka akan lahir
pahlawan-pahlawan pembangunan yang kelak mengisi ruang-ruang publik di negeri
ini. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat notmatif: seperti pintar, pandai, atau
pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan yang jauh lebih penting dari itu
semua, guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai "agent of change" dan memperbaiki moralitas.
Di sini, tugas guru adalah menumbuhkan
keingintahuan anak didik dan mengarahkannya dengan cara yang paling mereka
minati. Jika anak didik diberi rasa aman, dihindarkan dari celaan dan cemoohan,
berani berekspresi dan bereksplorasi secara leluasa, ia akan tumbuh menjadi
insan yang penuh dengan percaya diri dan optimistis.
Seorang
guru menjadi
pahlawan pembangunan yang memiliki jiwa juang, memiliki semangat untuk
berkorban, dan menjadi pionir bagi kemajuan masyarakat. Dan bagi saya sendiri, selain guru di sekolah, ibu adalah sosok
guru yang sejati, guru madrasah rumah tangga,
orang pertama yang menanamkan pendidikan karakter,
nilai-nilai keagamaan menumbuhkan rasa cinta terhadap tuhannya,
mengajarkan kelembutan dan kasih saying terhadap sesama.
Dan di momen hari guru nasional ini,
saya ucapkan Terimakasih pada semua
guru yang telah bermurah hati membimbing,
mengayomi, mengajarkan ilmu dan yang telah berusaha membawaku ke jalan
yang lurus. Walau hanya mengajariku satu kata saja, sungguh itu sangat berarti.
Bagaimana saya bias mengenal huruf dan angka hingga saya bias membaca tanpa adanya jasa seorang
guru? Bagaimana generasi bias melanjutkan cita-cita dan hak bangsa tanpa adanya bimbingan dan arahan seorang
guru? Tanpa seorang guru kita bukanlah apa-apa. Pantaslah
guru disebut-sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Begitu luar
biasa peran dari seorang guru tersebut bagi kemajuan dan kesejahteraan
suatu bangsa.
Harapan
kedepannya tak adalagi rumor tak baik mengenai murid terhadap guru. Semoga ke
depannya nasib guru lebih diperhatikan oleh pemerintah, terkait kemakmuran dan kesejahteraan, baik dari segi
ekonomi dan juga dari segi jaminan hidup lainnya. Jayalah untuk
setiap elemen pendidik seluruh Indonesia. Guruku adalah pahlawanku. Selamat
hari guru![]
Penulis: Nur Sajidah
Mahasiswa FEBI UINSU dan Kader HMI Cabang Medan Koms FEBI
UINSU.
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: http://www.petualanganzara.com/
No comments:
Post a Comment