Pola Rekrutmen Kader Ala Konsep Al-Fatihah - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Friday, 2 June 2017

Pola Rekrutmen Kader Ala Konsep Al-Fatihah


YakusaBlog- Sejatinya suatu organisasi supaya dapat mencapai tujuannya tentu harus ada subjek penggeraknya. Apa pun nama dan jenis organisasi tersebut tidak akan dapat beraktivitas jikalau tidak ada pengurusnya. Kenapa demikian? Karena suatu organisasi itu sifatnya pasif (diam). Dia hanya nama saja. Wadah saja. Supaya wadah itu dapat bermanfaat tentunya harus ada pengelolanya, supaya tujuan yang diinginkannya dapat tercapai.

Di dunia ini tidak ada yang kekal-abadi kecuali yang Penciptanya: Tuhan yang ahad dan wahid. Segala yang disebut makhluk (dalam bahasa Sosial-Agama), bio (dalam bahasa Biologi), benda (dalam bahasa Fisika) ataupun  sebangsanya pastilah berubah-ubah dan sirna. Kalau kita kita hubungkan teori tersebut dengan suatu organisasi maka suatu organisasi tersebut tidak akan kekal-abadi dan pengurusnya atau penggeraknya tidak juga kekal-abadi. Organisasi butuh tenaga-tenaga baru. Generasi-generasi pelanjut dan pengemban amanah organisasi.

Nah. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah suatu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. Organisasi mahasiswa Islam ini sudah berkiprah lebih tujuh puluh tahun di Nusantara ini. HMI tidak lepas seperti apa yang kita sebutkan tadi. Hukum historis-psikologis sosial tentu berlaku baginya. Dia (HMI) hanya sekedar wadah yang diam. Wadah yang bisa jaya bisa hilang. Untuk mempertahankannya supaya tetap eksis dan dapat melakukan amal shaleh, maka harus ada yang menggerakkannya sesuai visi dan juga misinya. Bukan untuk supaya kekal-abadi. Karena kekekalan dan keabdian itu hanyalah milik yang Kuasa-Allah SWT.

Secara normatifnya, disebutkan bahwa HMI adalah organisasi kader (lihat AD HMI pasal 8). Dalam penjelasan tentang kader yang dimaksudkan HMI adalah tulang punggung organisasi. Penyebutan kader pun disabetkan kepada mereka yang menjadi anggota HMI-pastinya yang sudah memenuhi syarat dan ketentuan. Kader menjadi subjek organisasi untuk mencapai tujuan HMI. Masa-masa kejayaan HMI dan degradasinya HMI, itu tidak lepas dari aktivitas seorang kader HMI semasa berproses.

Secara normatifnya lagi, tidak selamanya seorang kader HMI berstatus sebagai seorang kader. Ada batas waktu yang sudah ditentukan oleh aturan main HMI. Tapi jiwa kekaderan HMI harus terus melekat sampai akhir hayatnya. Sehingga ia terus merasa ada tanggungjawab untuk menjaga nama baik HMI.

Seorang kader juga adalah seorang manusia. Makhluk ciptaan yang tidak kekal-abadi. Status kadernya juta tidak selamanya melekat pada dirinya. Supaya HMI dapat eksis di mata ummat dan dapat menjalankan tugas-tugasnya untuk mencapai tujuannya, maka harus ada terus-menerus proses pergantian penggerak: penerus atau generasi pelanjut.

Untuk itu: mendapatkan generasi pelanjut dan sebagai cadangan organisasi, seperti HMI dan organisasi lainnya harus melakukan perekrutan anggota. Nah. Disini: perekrutan, dalam praktiknya kita sering mengalami permasalahan dan kewalahan mencari mahasiswa yang berniat masuk HMI. Apalagi di tengah-tengah zaman yang pragmatis-hedonis ini, mengakibatkan mahasiswa kita kurang berminat bergabung dengan organisasi kader. Padahal berorganisasi adalah kewajiban bagi setiap manusia. Bukankah Al-Qur’an telah mengatakan kita diciptakan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, ada laki-laki dan ada perempuan, supaya saling mengenal. Kata ‘mengenal’ jangan dipahami secara sempit.

Penurunan kuantitas rekrutmen anggota sangat dialami oleh HMI saat ini. Tidak menutup kemungkinan hal itu juga dirasakan oleh organisasi-organisasi mahasiswa yang lain. Belum lagi kita menyinggung penurunan kualitasnya. Berbagai upaya dan metode pun sudah dilakukan. Terkadang kita mentok juga pada pelaksanaan dan konsep strategi yang kurang tepat. Untuk itu saya menawarkan metode perekrutan memakai konsep Al-Fatihah. Yang mungkin bisa ditolak dan diterima kemudian dikembang-luaskan oleh Anda.


Rekrutmen Dengan Memakai Konsep Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah. Pastinya seluruh ummat Islam di dunia ini tahu dan hafal bunyinya. Kecuali yang baru lahir dan belum bisa berbicara sempurna. Anak-anak Muslim yang berumur empat sampai lima tahun lebih pasti sudah hafal bunyinya. Tapi apakah semuanya paham makna dan kegunaannya. Tentu tidak mayoritas. Surah pembukan Al-Qur’an ini dan juga sering disebut induk dari surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an, sering dimaknai hanya sebatas surah yang dibaca setiap shalat dan memaknainya hanya secara hubungan vertikal kepada Allah SWT. memang itu tidak salah. Saya juga tidak cukup hujjah untuk membahasnya secara dalam.

Nah, selain surah Al-Fatihah bermakna dan berguna secara vertikal dan do’an, saya menarik surah ini ke dalam konsep horizontal. Hal ini memang sudah dibahas oleh tokoh-tokoh Muslim yang menggarap ilmu-ilmu sosial dan budaya. Seperti Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) misalnya. Dan ayah saya juga pernah menjelaskan konsep horizontal Al-Fatihah ini. Pada kesempatan ini saya kemudian mendekatkannya pada pola rekrutmen anggota di HMI.

Kalau kita perhatikan baik-baik dan didalami (secara konsep horizontal-sosial) surah Al-Fatihah ini, Allah SWT. mengajarkan kepada kita suatu konsep. Sebelum kita meminta, seperti; “Jalan yang lurus. Yaitu jalan yang diberkahi-Nya”, yang intinya sebelum kita meminta kepada-Nya, ada sesuatu hal yang harus kita lakukan. Yaitu apa? Kita harus mengetahui Allah sebagai Tuhan dan memuji sifat-sifat-Nya. Lihat saja terjemahan mulai dari ayat pertama hingga ayat keempat, semuanya memberikan pujian kepada Allah SWT. setelah itu, mulai dari ayat kelima hingga yang terakhir barulah kita meminta kepada-Nya.

Kalau konsep itu kita dekatkan kepada pola perekrutan kita, mengajak mahasiswa Islam supaya bergabung dengan HMI, kita harus tahu terlebih dahulu tentang dia, sifat-sifatnya dan kemudian memujinya. Perlu diingat, tidak perlu berlebihan cara-cara memujinya. Setelah kita telah melakukan itu barulah kita meminta dia masuk ke HMI-menawarkan HMI. Tidak perlu dengan bahasa yang langsung. Cukup berikan pandangan-pandangan yang sifatnya mengajak. Dengan pendekatan-pendekatan tadi: mendekatinya supaya kita tahu bagaimana dia, mengetahui sifat-sifatnya dan memujinya yang baik-baik. Secara psikologis, dia sudah terpengaruh. Jika itu memang sudah dilakukan secaran intensif, seperti intensnya setiap orang membacakan Al-Fatihah dalam shalatnya. Mudah-mudahan calon anggota tersebut akan berniat bergabung dengan HMI.

Pendekatan dengan memakai konsep Al-Fatihah dapat juga kita lakukan dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. Pemaknaan dan pendekatan konsep yang saya jelaskan tadi bukanlah suatu pendapat yang sangat benar sekali. Sebetulnya saya khawatir juga kalau ada orang mengatakan saya memplesetkan tafsir surah tersebut. Saya memang bukan Mufassir, tapi surah tersebut bukan juga milik para Mufassir. Saya memberanikan diri melakukan pendekatan tersebut dengan niat yang lurus. Semata-mata mencoba mengambil konsep aplikasi hidup bersosial-berbudaya dari kitab Allah SWT yang suci itu. Selebihnya kembali kepada Anda![]

Kader HMI Cabang Medan

Sumber gambar: https://kaligrafi--islam.blogspot.com/
_________________________________________________________________________________
*Kirim tulisan teman-teman ke YakusaBlogAlamat email: yakusablog@gmail.com (tulisan dalam file Microsoft Word dengan maksimal 800 kata).


Pesan kami: Perbanyaklah membaca dan menulis. Serta pegang teguhlah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. (YakusaBlog).

No comments:

Post a Comment