I.
Latar
Belakang Berdirinya HMI di Medan
Diawali dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumbangsih nyata dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia, maka sekelompok mahasiswa
Islam dikalangannya dan masyarakat untuk seterusnya menjadi bahagian utuh dari
semangat mengisi kemerdekaan dan
pembangunan bangsa.
Semangat itulah yang memuncak dan meledak menjadi
kenyataan sebagai suatu pilihan cerdas untuk menyatukan seluruh potensi
mahasiswa Islam di Medan dan organisasi tersebut haruslah mampu menampung
pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang kehidupan yang dinapasi
Islam.
Dan semangat itupun tidak akan mungkin terselenggara
secara baik jika negara Republik Indonesia dalam kekacauan, rakyatnya melarat
dan bodoh pendidikannya hanya untuk dikalangan tertentu dan ajaran Islam hanya
dapat dilihat dan juga diamalkan secara parsial, maka organisasi ini harus
mampu mempertahankan pemahaman dan penghayatan ajaran Islam khususnya
dikalangan masyarakat umumnya.
II.
Proses
Berdirinya HMI di Medan
Pikiran diataslah yang mempertemukan 3 (tiga) orang
mahasiswa ketika itu asyik dan serius mendiskusikannya serta membicarakannya
kemudian dengan teman-teman yang lain. Seorang diantaranya yakni O.K. Rahmat
Bakri (pada tulisan batu nisan beliau tidak ada kata “Bakri”), ketika
berada di Jakarta, dia menghubungi beberapa temannya yang kebetulan sudah
bersatu/masuk dalam wadah organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan
kemudian meminta banyak informasi tentang HMI kepada Deliar Noer, yang
ketika itu sebagai aktivis HMI. Akhirnya O.K. Rachmat menulis surat kepada
teman-temannya di Medan, bahwa telah ada wadah yang menampung semangat mereka,
yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Sekembalinya O.K. Rahmat dari Jakarta, pada suatu
sore hari pertengahan bulan Mei 1952 di rumah orang tuanya Jl. Padang Bulan,
O.K. Rahmat (mahasiswa Fakultas Hukum Perguruan Tinggi Islam Indonesia-
sekarang Universitas Islam Sumatera Utara), Ahmad Supomo (mahasiswa
tingkat I pada kursus Dinas C angkatan I), dan Amir Husin Nasution (mahasiswa
tingkat I Fakultas Kedokteran USU) bersepakat teguh mendirikan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) di Medan.
Setelah menghubungi teman-teman lainnya, bersepakat
atas didirikannya HMI, maka pada tanggal 10 November 1952 jam 09.00 waktu
Sumatera Utara bertempat di Aula PTII (sekarang UISU), Jl. Sisingamangaraja No.
2A Medan dengan acara minum pagi sambil makan peyek, diproklamirkanlah
berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan. Pertemuan dihadiri oleh 15
orang Mahasiswa/I PTII (UISU) KDC, dan kursus B-1, karenanya pula dengan jumlah
anggota kurang dari 25 orang , baru hanya dapat didirikan HMI Komisariat
Medan/Sumatera Utara. Kepengurusan HMI di Medan ini adalah HMI pertama di luar
pulau Jawa, sekaligus juga titik api awal fase pertumbuhan dan perkembangan
HMI.
Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada forum
konfrensi HMI di Jakarta tanggal 26-28 Desember 1952, Komisariat HMI
Medan/Sumatera Utara mengajukan diri untuk dinyatakan sebagai Cabang HMI karena
telah memungkinkan persyaratan konstitusionalnya.
Setelah mendapat rekomendasi/pengesahan sebagai HMI
Cabang Medan untuk masa kerja 1953-1954 sebagai berikut :
v
Penasehat
1.
Bapak Muda Siregar
2.
Bapak Dr. Achmat Sofyan
3.
Bapak Mr. Abdul Hakim
4.
Bapak H. Adnan Lubis
5.
Bapak Overst A. Tholib
v
Pengurus
Harian
1. Ketua Umum : O.K. Rahmat
2. Ketua I :
Achmat Soepomo
3. Ketua II : T. Hamid
4. Sekretaris I : Amir Husin Nasution
5. Sekretaris II : Yusuf Hanafiah
Seksi
– Seksi (Bidang-Bidang-
peny)
1. Bidang Keuangan : Agus Herman
2. Bidang Penerangan : Maladin Ma’arif
3. Bidang Olah raga : Arsyad R. Saudin
Abdul Halim Nasution
4. Bidang Pendidikan : Amiruddin Nasution
5. Bidang Kemasyarakatan : Mawardi Noor
6. Bidang Keputrian : Yusra Aloan Nasution
Semangat dan aktivitas HMI Cabang Medan mendapat
dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun perguruan tinggi, seperi Bahrum
Jamil (salah satu pendiri Yayasan UISU, menjabata
sebagai ketua yayasan UISU).
Usaha kegiatan yang diselenggarakan ketika itu
adalah mengadakan komunikasi dan kerja sama dengan sesame mahasiswa Islam
sekaligus memperkenalkan HMI, juga mengadakan ceramah-ceramah dan diskusi yang
semakin lama menadapat sambutan dari kalangan mahasiswa, pemuda, aktivis,
cerdik pandai dan cendikiawan. Karena disamping menampilkan pembicara-pembicara
berbobot dan juga ahli dan materi-materinya (materi diskusi-penyi) menarik dan relevan dengan
perkembangan ilmu dan Islam serta mampu menjawab gejala dikalangan masyarakat
dan pendidikan. Hal ini membuat HMI menjadi bahagian yang tak terpisahkan
andilnya dan perannya meningkatkan kualitas dan citra Perguruan Tinggi di
masyarakat dan kalangan mahasiswa.
Pemrakarsa
dan Pendiri HMI di Medan
1.
O.K. Rahmat
2.
Ahmad Soepomo
3.
T. Hamid
4.
Amir Husin Nasution
5.
H. M. Yusuf Hanafiah
6.
Agus Herman
7.
Maliddin Ma’arif
8.
Arsyad
9.
Abdul Halim Nasution
10.
Mawardi Noor
11.
Yusra Aldan Nasution
12.
Mahdar Nadjib
13.
Mustafa Abu Bakar
14.
Abdul Halim Lubis
15.
Cut Ahmad
16.
Munir Kaamin
Kota Medan atau HMI Cabang Medan sudah dua kali
menjadi tuan rumah Kongres HMI. Pertama Kongres V HMI, pada tanggal 24 s/d 31
Desember 1957 dan pertama kali diluar pulau Jawa, waktu itu diketuai oleh O.K.
Rahmat. Kedua Kongres XV pada tanggal 21 s/d 30 Mei 1983, yang ketua
pelaksananya adalah Ir. Ludhy Awaluddin dibawah naungan Ketua Umum HMI Cabang
Medan Periode 1983-1984, M. Zahrin Piliang.
III. Sejarah Singkat Kongres
HMI ke-5 di Medan
Kongres HMI
untuk pertama kali diadakan di luar Jawan, yakni di Medan yang berlangsung
24-31 Desember 1957. Kongres ke-5 ini dihadiri 16 dari 19 Cabang HMI yang sudah
terbentuk. Ada 13 butir keputusan yang diambil, antara lain:
1. Mengesahkan
hymne HMI yang digubah R.M Akbar,
aktivis HMI Cabang Medan.
2. Merumuskan
Tafsir Asas HMI.
3. Lagu
“jo vivat” tidak dibenarkan dipakai pada masa perkenalan HMI.
4. Mendesak
pemerintah agar pelajaran agama Islam menjadi mata pelajaran pokok di sekolah
negeri dan swasta.
5. Menuntut
Islam sebagai dasar negara.
6. Menyatakan
bahwa komunisme bertentangan dengan Islam.
7. Menyerukan
kepada seluruh masyarakat Indonesia, agar bersatu padu untuk merebut Irian
Barat dari tangan penjajah Belanda.
8. Menyerukan
kepada masyarakat untuk sama-sama menolak dan menentang komunisme yang
bertentangan dengan agama dan Pancasila.
9. Memilih
dan menetapkan Islamail Hasan Metareum sebagai Ketua Umum PB HMI periode
1957-1959.
IV. Sejarah
Singkat Kongres HMI ke-15 di Medan
Kongres HMI ke-15 dilaksanakan di Medan pada tanggal 21 s/d 30 Mei 1983
dengan Ketua pelaksana pada waktu itu adalah Ludy Awaluddin Thayeb, dan Ketua
Umum HMI Cabang Medan adalah M. Zahrin Piliang. Kongres HMI ke-15 bertemakan “Dalam Keimanan, Keilmuan dan Kebehinnekaan
Menuju Cita Bangsa” langsung dibuka oleh Ketua Umum Pengurus Besar HMI,
Ahmad Zacky Siradj.
Kongres HMI ke-15 itu adalah kongres pertama yang dilaksanakan oleh suatu
organisasi massa setelah gagasan Presiden Soeharto tentang asas tungga
Pancasila sebagai satu-satunya asas diterima dan hal itu sudah menjadi
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1983.
Kongres yang dilaksanakan di Medan itu, mendapat perhatian dan sambutan
yang cukup besar dari kalangan pengamat, surat-surat kabar, majalah terkemuka
langsung mengirimkan wartawannya dari Jakarta. Perkembangan kongres dari hari
kehari mendapatkan liputan yang cukup di halaman-halaman surat kabar.
Alumni-alumni organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua ini menyimak
dengan tekun persiapan dari jalannya kongres hingga selesainya kongres.
Berdasarkan penuturan Ketua Panitia Pelaksana Kongres, Ludy Awaluddin
Thayeb mengatakan bahwa Kongres HMI ke-15 yang dilaksankan di Medan adalah
“Kongres Perjuangan”, ini disebutkan karena kongres ini penuh dengan tantangan
yang datang dari luar dan internal sendiri. Misalnya dalam kongres ini adanya
pertentangan penentuan asas organisasi yang akan ditentukan di dalam kongres
HMI.
Mengenai asas tunggal Pancasila, sudah menjalar ketelinga peseta Konres.
Akan tetapi, sidang pleno kongres memutuskan untuk mempertahankan bunyi pasal 4
Angaran Dasar HMI yaitu “Organisasi ini
berdasarkan Islam”. Keputusan ini disambut dengan tepuk tangan bergemuruh
oleh peserta kogres, seolah-olah mengguncang arena kongres. Para cendikiawan
muda Islam yang berkumpul dari seantero tanah air Indonesia seakan-akan hendak
berseru “Isyhadu bi ana muslimun”,
saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Islam.
Setelah kongres HMI ke-15 berlalu, asas tunggal Pancasila ditolak, dan
asa Islam tetap dipertahankan, maka masa depanpun membentang yang memerlukan
ketekunan dari jajaran HMI. Di masa yang akan datang HMI perlu memoles lagi
penampilannya, apakah masih perlu dipertahankan penekanan dan pendekatan tanpa
terpikirkan usaha peningkatan pembinaannya. Sangat penting untuk
dipertimbangkan bahwa pendekatan kuantitatif belaka akan menjuruskan organisasi
pada bentuk-bentuk yang massif, HMI menjadi organisasi massa kepemudaan, sedang
“nature” HMI adalah tidak begitu. Pendekatan kualitatif kian diperlukan
sehingga HMI dapat tampil kembali sebagai organisasi cendikiawaan muslim muda
dalam pengerian yang sesungguhnya. Kegiatan-kegiatan seminar ilmiah, dakwah
dikampus-kampus, penerbitan buletin, pengkajian dan pendalaman nilai-nilai
Islam, adalah sangat mendesak untuk dikerjakan. Sebagai cendikiawan muslim
muda, HMI tidak usah merasa cepat letih dan cepat merasa puas dengan ilmu-ilmu
yang didapatkannya. HMI kiranya harus terus fokus pada pembinaan kader-kader
intelektual muda untuk masa depan yang menanti.
V.
Biografi Singkat Dr. Rahmat
Dr.
Orang Kaya Rahmat Bin Dato’ Baharuddin
atau lebih dikenal dengan. O.K. Rahmat,
lahir di Tanjung Morawa, Deli Serdang pada tahun 1928 M/1342 H – wafat pada 7
Agustus 1993 M/19 Safar 1414 H pukul
09.15 pagi). Dia adalah Alumnus Perdana dan merupakan perintis bagi
rekan-rekannya untuk segera menyusul menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum
Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Alumnus pertama ini memiliki nomor Stamboek 4 (empat)
dan menyelesaikan kuliah dengan gelar Sarjana Hukum pada tahun 1959.
O.K. Rahmat menikah dengan mahasiswa uisu, dan sama-sama aktif dilembaga Senat
Mahasiswa UISU yaitu dra. Wizny Chairul
binti Haji Mahmuddin, mereka memiliki empat orang putra-putri. Semasa
kuliah Dr. O.K. Rahmat sangat aktif dalam dunia keilmuan dan keorganisasian.
Maka dari itu ia bersama teman-teman mencari wadah yang bisa menampung
kebutuhan mahasiswa (keilmuan dan wawasan keIslaman). Sewaktu mahasiswa, Beliau
sudah sering mengikuti forum-forum pertemuan mahasiswa nasional.
Dr. O.K. Rahmat bekerja sebagai
Pensyarah (dosen) pada Pusat pengajian Imu Kemanusian Universiti Sains
Malaysia, P. Pinang, Malaysia. Sedangkan sang isteri juga berprofesi sebagai
ilmiawan dengan bekerja sebagai Kaunseling pada Pusat Islam, Universiti Sains
Malaysia, P. Pinang, Malaysia. Tak heran kalau dari ilmiawan ini lahir
putera-puteri dengan prestasi membanggakan.
Putra pertama dari beliau adalah Riza Atiq Abdullah, pemegang ijazah Civil Engineering Universiti Teknologi Malaysia.
Anak kedua beliau adalah Indera Lufti,
pemegang diploma Civil Engineering
Universiti Teknologi Malaysia. Liza
Nurul Fazila sebagai anak ketiga dan Rahmita
Wirza sebagai anak terakhir.
Dr. O.K. Rahmat memperoleh gelar
Doktor dalam Ilmu Hukum dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada tahun
1969 dan pada masa itu O.K. Rahmat mengawali karirnya sebagai pegawai negeri
dilingkungan Departemen Agama, tahun 1950. Beliau juga pernah menjadi guru,
mulai mengajar sebagai guru agamadi SMA Negeri I, kemudian pindah ke PGA Negeri
Medan. Pada tahun 1960-1970, Beliau pernah menjabat Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) selama 10 tahun. Ia juga mengajar sebagai dosen di
Fakultas Hukum UISU pada tahun 1959-1965, sejak tahun itu, ia pula mengajar di
Universitas Sumatera Utara (USU). Tidak hanya dosen di UISU dan USU, O.K. Rahmat juga pernah menjadi dosen luar
biasa di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan,sekarang
berganti nama menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Dalam kesibukan sedemikian, ia
masih menyempatkan diri untuk menjabat sebagai Direktur SMA Fajar pada tahun
1955-1965. Beliau meninggalkan Indonesia dan pindah ke Malaysia tahun 1970, ia
menjadi Pensyarah Kanan pada Yayasan Pengajian Tinggi Islam Kelantan, Malaysia.
Tiga belas tahun kemudian, di tempat yang sama, O.K. Rahmat menjadi Pensyarah
(dosen) pada Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan Universiti Sains Malaysia.
Sebagai seorang Akademisi, sejumlah
buku telah ditulisnya, sebagian lagi berupa terjemahan dan buku-buku tersebut
disimpan keluarga beliau dan juga sangat jarang kita temukan buku-buku beliau. Beberapa
diantaranya tercatat sebagai berikut :
1)
Dasar-dasar Tatas hukum
Indonesia, Ikapena NV, Medan 1956, 1959.
2)
Ethonologi Indonesia,
Ikapena NV, Medan-1957, 1959,1961.
3)
Serba-serbi Islam,
Ikapena NV, Medan - 1959.
4)
Rangkaian Budi Pekerti,
Fa. Islamiyah, Medan - 1961.
5)
Manusia, Kebudayaan dan
Masyarakatnya, Fa. Islamiyah, Medan - 1961.
6)
Berbagai Persoalan
Tentang Kebudayaan Islam, Fa. Riza, Medan - 1965.
7)
Titik-titik Taut Antara
Undang-Undang Dasar 1945 dan Hukum Islam (Thesis), Indera Lutfi, Medan - 1965.
8)
Prinsip-prinsip Ilmu
Perdagangan dan Hukumnya, Pustaka Aman press, Kota Bharu - 1971.
9)
Dari Adam Sampai
Muhammad, Pustaka Aman Press, Kota Bharu -
1976, 1979, 1984.
10) Asas-asas
Islam (terjemahan), Lembaga Karang Mengarang di YPTIK, Nilam Puri, Kota Bharu,
1977 ; The Holy Quran Publishing House, Damascus, 1977 – “ABIM”- Kota Bharu,
1980 ; “Dewan Pustaka Fajar”, Shah Alam, 1985.
11) Dapatkah
Manusia Mencabar Tuhan ?, Pustaka Aman Press, Kota Bharu 1979.
12) Neraca
Raya, Jilid I (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu 1977.
13) Neraca
Raya, Jilid II (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu, 1978.
14) Tingkatan Perjuangan Rasulullah S.A.W. : Perang Badar.
Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Kelantan, Kota Bharu, 1983.
15) Pencemaran
Akidah di Nusantara, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1983.
16) Aqidah
Muslim (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu, 1985.
No comments:
Post a Comment