Sejarah Berdiri dan Berkembangnya HMI Cabang Medan - Yakusa Blog

Yakusa Blog

Mewujudkan Komunitas Intelektual Muslim

Monday, 29 May 2017

Sejarah Berdiri dan Berkembangnya HMI Cabang Medan


I.     Latar Belakang Berdirinya HMI di Medan
Diawali dengan kebutuhan bersama  untuk memberikan sumbangsih nyata dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia, maka sekelompok mahasiswa Islam dikalangannya dan masyarakat untuk seterusnya menjadi bahagian utuh dari semangat mengisi kemerdekaan dan  pembangunan bangsa.

Semangat itulah yang memuncak dan meledak menjadi kenyataan sebagai suatu pilihan cerdas untuk menyatukan seluruh potensi mahasiswa Islam di Medan dan organisasi tersebut haruslah mampu menampung pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang kehidupan yang dinapasi Islam.

Dan semangat itupun tidak akan mungkin terselenggara secara baik jika negara Republik Indonesia dalam kekacauan, rakyatnya melarat dan bodoh pendidikannya hanya untuk dikalangan tertentu dan ajaran Islam hanya dapat dilihat dan juga diamalkan secara parsial, maka organisasi ini harus mampu mempertahankan pemahaman dan penghayatan ajaran Islam khususnya dikalangan masyarakat umumnya.

II.      Proses Berdirinya HMI di Medan
Pikiran diataslah yang mempertemukan 3 (tiga) orang mahasiswa ketika itu asyik dan serius mendiskusikannya serta membicarakannya kemudian dengan teman-teman yang lain. Seorang diantaranya yakni O.K. Rahmat Bakri (pada tulisan batu nisan beliau tidak ada kata “Bakri”), ketika berada di Jakarta, dia menghubungi beberapa temannya yang kebetulan sudah bersatu/masuk dalam wadah organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan kemudian meminta banyak informasi tentang HMI kepada Deliar Noer, yang ketika itu sebagai aktivis HMI. Akhirnya O.K. Rachmat menulis surat kepada teman-temannya di Medan, bahwa telah ada wadah yang menampung semangat mereka, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sekembalinya O.K. Rahmat dari Jakarta, pada suatu sore hari pertengahan bulan Mei 1952 di rumah orang tuanya Jl. Padang Bulan, O.K. Rahmat (mahasiswa Fakultas Hukum Perguruan Tinggi Islam Indonesia- sekarang Universitas Islam Sumatera Utara), Ahmad Supomo (mahasiswa tingkat I pada kursus Dinas C angkatan I), dan Amir Husin Nasution (mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran USU) bersepakat teguh mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan.

Setelah menghubungi teman-teman lainnya, bersepakat atas didirikannya HMI, maka pada tanggal 10 November 1952 jam 09.00 waktu Sumatera Utara bertempat di Aula PTII (sekarang UISU), Jl. Sisingamangaraja No. 2A Medan dengan acara minum pagi sambil makan peyek, diproklamirkanlah berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan. Pertemuan dihadiri oleh 15 orang Mahasiswa/I PTII (UISU) KDC, dan kursus B-1, karenanya pula dengan jumlah anggota kurang dari 25 orang , baru hanya dapat didirikan HMI Komisariat Medan/Sumatera Utara. Kepengurusan HMI di Medan ini adalah HMI pertama di luar pulau Jawa, sekaligus juga titik api awal fase pertumbuhan dan perkembangan HMI.

Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada forum konfrensi HMI di Jakarta tanggal 26-28 Desember 1952, Komisariat HMI Medan/Sumatera Utara mengajukan diri untuk dinyatakan sebagai Cabang HMI karena telah memungkinkan persyaratan konstitusionalnya.

Setelah mendapat rekomendasi/pengesahan sebagai HMI Cabang Medan untuk masa kerja 1953-1954 sebagai berikut :

v  Penasehat
1.      Bapak Muda Siregar
2.      Bapak Dr. Achmat Sofyan
3.      Bapak Mr. Abdul Hakim
4.      Bapak H. Adnan Lubis
5.      Bapak Overst A. Tholib

v   Pengurus Harian
1.      Ketua Umum                            : O.K. Rahmat
2.      Ketua I                                                 :  Achmat Soepomo
3.      Ketua II                                    :  T. Hamid
4.      Sekretaris I                               :  Amir Husin Nasution
5.      Sekretaris II                              :  Yusuf Hanafiah

Seksi – Seksi (Bidang-Bidang- peny)
1.      Bidang Keuangan                     : Agus Herman
2.      Bidang Penerangan                  : Maladin Ma’arif
3.      Bidang Olah raga                     : Arsyad R. Saudin
                                                    Abdul Halim Nasution
4.      Bidang Pendidikan                   : Amiruddin Nasution
5.      Bidang Kemasyarakatan          : Mawardi Noor
6.      Bidang Keputrian                     : Yusra Aloan Nasution

Semangat dan aktivitas HMI Cabang Medan mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun perguruan tinggi, seperi Bahrum Jamil (salah satu pendiri Yayasan UISU, menjabata sebagai ketua yayasan UISU).

Usaha kegiatan yang diselenggarakan ketika itu adalah mengadakan komunikasi dan kerja sama dengan sesame mahasiswa Islam sekaligus memperkenalkan HMI, juga mengadakan ceramah-ceramah dan diskusi yang semakin lama menadapat sambutan dari kalangan mahasiswa, pemuda, aktivis, cerdik pandai dan cendikiawan. Karena disamping menampilkan pembicara-pembicara berbobot dan juga ahli dan materi-materinya (materi diskusi-penyi) menarik dan relevan dengan perkembangan ilmu dan Islam serta mampu menjawab gejala dikalangan masyarakat dan pendidikan. Hal ini membuat HMI menjadi bahagian yang tak terpisahkan andilnya dan perannya meningkatkan kualitas dan citra Perguruan Tinggi di masyarakat dan kalangan mahasiswa.

Pemrakarsa dan Pendiri HMI di Medan
1.      O.K. Rahmat
2.      Ahmad Soepomo
3.      T. Hamid
4.      Amir Husin Nasution
5.      H. M.  Yusuf Hanafiah
6.      Agus Herman
7.      Maliddin Ma’arif
8.      Arsyad
9.      Abdul Halim Nasution
10.  Mawardi Noor
11.  Yusra Aldan Nasution
12.  Mahdar Nadjib
13.  Mustafa Abu Bakar
14.  Abdul Halim Lubis
15.  Cut Ahmad
16.  Munir Kaamin

Kota Medan atau HMI Cabang Medan sudah dua kali menjadi tuan rumah Kongres HMI. Pertama Kongres V HMI, pada tanggal 24 s/d 31 Desember 1957 dan pertama kali diluar pulau Jawa, waktu itu diketuai oleh O.K. Rahmat. Kedua Kongres XV pada tanggal 21 s/d 30 Mei 1983, yang ketua pelaksananya adalah Ir. Ludhy Awaluddin dibawah naungan Ketua Umum HMI Cabang Medan Periode 1983-1984, M. Zahrin Piliang.

III.  Sejarah Singkat Kongres HMI ke-5 di Medan
Kongres HMI untuk pertama kali diadakan di luar Jawan, yakni di Medan yang berlangsung 24-31 Desember 1957. Kongres ke-5 ini dihadiri 16 dari 19 Cabang HMI yang sudah terbentuk. Ada 13 butir keputusan yang diambil, antara lain:
    1.      Mengesahkan hymne HMI yang digubah R.M Akbar, aktivis HMI Cabang Medan.
    2.      Merumuskan Tafsir Asas HMI.
    3.      Lagu “jo vivat” tidak dibenarkan dipakai pada masa perkenalan HMI.
    4.      Mendesak pemerintah agar pelajaran agama Islam menjadi mata pelajaran pokok di sekolah negeri dan swasta.
    5.      Menuntut Islam sebagai dasar negara.
    6.      Menyatakan bahwa komunisme bertentangan dengan Islam.
    7.      Menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia, agar bersatu padu untuk merebut Irian Barat dari tangan penjajah Belanda.
    8.      Menyerukan kepada masyarakat untuk sama-sama menolak dan menentang komunisme yang bertentangan dengan agama dan Pancasila.
    9.      Memilih dan menetapkan Islamail Hasan Metareum sebagai Ketua Umum PB HMI periode 1957-1959.
IV.   Sejarah Singkat Kongres HMI ke-15 di Medan
Kongres HMI ke-15 dilaksanakan di Medan pada tanggal 21 s/d 30 Mei 1983 dengan Ketua pelaksana pada waktu itu adalah Ludy Awaluddin Thayeb, dan Ketua Umum HMI Cabang Medan adalah M. Zahrin Piliang. Kongres HMI ke-15 bertemakan “Dalam Keimanan, Keilmuan dan Kebehinnekaan Menuju Cita Bangsa” langsung dibuka oleh Ketua Umum Pengurus Besar HMI, Ahmad Zacky Siradj.

Kongres HMI ke-15 itu adalah kongres pertama yang dilaksanakan oleh suatu organisasi massa setelah gagasan Presiden Soeharto tentang asas tungga Pancasila sebagai satu-satunya asas diterima dan hal itu sudah menjadi ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1983.

Kongres yang dilaksanakan di Medan itu, mendapat perhatian dan sambutan yang cukup besar dari kalangan pengamat, surat-surat kabar, majalah terkemuka langsung mengirimkan wartawannya dari Jakarta. Perkembangan kongres dari hari kehari mendapatkan liputan yang cukup di halaman-halaman surat kabar. Alumni-alumni organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua ini menyimak dengan tekun persiapan dari jalannya kongres hingga selesainya kongres.

Berdasarkan penuturan Ketua Panitia Pelaksana Kongres, Ludy Awaluddin Thayeb mengatakan bahwa Kongres HMI ke-15 yang dilaksankan di Medan adalah “Kongres Perjuangan”, ini disebutkan karena kongres ini penuh dengan tantangan yang datang dari luar dan internal sendiri. Misalnya dalam kongres ini adanya pertentangan penentuan asas organisasi yang akan ditentukan di dalam kongres HMI.

Mengenai asas tunggal Pancasila, sudah menjalar ketelinga peseta Konres. Akan tetapi, sidang pleno kongres memutuskan untuk mempertahankan bunyi pasal 4 Angaran Dasar HMI yaitu “Organisasi ini berdasarkan Islam”. Keputusan ini disambut dengan tepuk tangan bergemuruh oleh peserta kogres, seolah-olah mengguncang arena kongres. Para cendikiawan muda Islam yang berkumpul dari seantero tanah air Indonesia seakan-akan hendak berseru “Isyhadu bi ana muslimun”, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Islam.

Setelah kongres HMI ke-15 berlalu, asas tunggal Pancasila ditolak, dan asa Islam tetap dipertahankan, maka masa depanpun membentang yang memerlukan ketekunan dari jajaran HMI. Di masa yang akan datang HMI perlu memoles lagi penampilannya, apakah masih perlu dipertahankan penekanan dan pendekatan tanpa terpikirkan usaha peningkatan pembinaannya. Sangat penting untuk dipertimbangkan bahwa pendekatan kuantitatif belaka akan menjuruskan organisasi pada bentuk-bentuk yang massif, HMI menjadi organisasi massa kepemudaan, sedang “nature” HMI adalah tidak begitu. Pendekatan kualitatif kian diperlukan sehingga HMI dapat tampil kembali sebagai organisasi cendikiawaan muslim muda dalam pengerian yang sesungguhnya. Kegiatan-kegiatan seminar ilmiah, dakwah dikampus-kampus, penerbitan buletin, pengkajian dan pendalaman nilai-nilai Islam, adalah sangat mendesak untuk dikerjakan. Sebagai cendikiawan muslim muda, HMI tidak usah merasa cepat letih dan cepat merasa puas dengan ilmu-ilmu yang didapatkannya. HMI kiranya harus terus fokus pada pembinaan kader-kader intelektual muda untuk masa depan yang menanti.


V.        Biografi Singkat Dr. Rahmat
Dr. Orang Kaya Rahmat Bin Dato’ Baharuddin atau lebih dikenal dengan. O.K. Rahmat, lahir di Tanjung Morawa, Deli Serdang pada tahun 1928 M/1342 H – wafat pada 7 Agustus 1993 M/19 Safar 1414 H pukul 09.15 pagi). Dia adalah Alumnus Perdana dan merupakan perintis bagi rekan-rekannya untuk segera menyusul menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).  Alumnus pertama ini memiliki nomor Stamboek 4 (empat) dan menyelesaikan kuliah dengan gelar Sarjana Hukum pada tahun 1959.

O.K. Rahmat menikah dengan mahasiswa uisu, dan sama-sama aktif dilembaga Senat Mahasiswa UISU yaitu dra. Wizny Chairul binti Haji Mahmuddin, mereka memiliki empat orang putra-putri. Semasa kuliah Dr. O.K. Rahmat sangat aktif dalam dunia keilmuan dan keorganisasian. Maka dari itu ia bersama teman-teman mencari wadah yang bisa menampung kebutuhan mahasiswa (keilmuan dan wawasan keIslaman). Sewaktu mahasiswa, Beliau sudah sering mengikuti forum-forum pertemuan mahasiswa nasional.

Dr. O.K. Rahmat bekerja sebagai Pensyarah (dosen) pada Pusat pengajian Imu Kemanusian Universiti Sains Malaysia, P. Pinang, Malaysia. Sedangkan sang isteri juga berprofesi sebagai ilmiawan dengan bekerja sebagai Kaunseling pada Pusat Islam, Universiti Sains Malaysia, P. Pinang, Malaysia. Tak heran kalau dari ilmiawan ini lahir putera-puteri dengan prestasi membanggakan.

Putra pertama dari beliau adalah Riza Atiq Abdullah, pemegang ijazah Civil Engineering Universiti Teknologi Malaysia. Anak kedua beliau adalah Indera Lufti, pemegang diploma Civil Engineering Universiti Teknologi Malaysia. Liza Nurul Fazila sebagai anak ketiga dan Rahmita Wirza sebagai anak terakhir.

Dr. O.K. Rahmat memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada tahun 1969 dan pada masa itu O.K. Rahmat mengawali karirnya sebagai pegawai negeri dilingkungan Departemen Agama, tahun 1950. Beliau juga pernah menjadi guru, mulai mengajar sebagai guru agamadi SMA Negeri I, kemudian pindah ke PGA Negeri Medan. Pada tahun 1960-1970, Beliau pernah menjabat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) selama 10 tahun. Ia juga mengajar sebagai dosen di Fakultas Hukum UISU pada tahun 1959-1965, sejak tahun itu, ia pula mengajar di Universitas Sumatera Utara (USU). Tidak hanya dosen di UISU dan USU,  O.K. Rahmat juga pernah menjadi dosen luar biasa di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan,sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Dalam kesibukan sedemikian, ia masih menyempatkan diri untuk menjabat sebagai Direktur SMA Fajar pada tahun 1955-1965. Beliau meninggalkan Indonesia dan pindah ke Malaysia tahun 1970, ia menjadi Pensyarah Kanan pada Yayasan Pengajian Tinggi Islam Kelantan, Malaysia. Tiga belas tahun kemudian, di tempat yang sama, O.K. Rahmat menjadi Pensyarah (dosen) pada Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan Universiti Sains Malaysia.

Sebagai seorang Akademisi, sejumlah buku telah ditulisnya, sebagian lagi berupa terjemahan dan buku-buku tersebut disimpan keluarga beliau dan juga sangat jarang kita temukan buku-buku beliau. Beberapa diantaranya tercatat sebagai berikut :

1)        Dasar-dasar Tatas hukum Indonesia, Ikapena NV, Medan 1956, 1959.
2)        Ethonologi Indonesia, Ikapena NV, Medan-1957, 1959,1961.
3)        Serba-serbi Islam, Ikapena NV, Medan - 1959.
4)        Rangkaian Budi Pekerti, Fa. Islamiyah, Medan - 1961.
5)        Manusia, Kebudayaan dan Masyarakatnya, Fa. Islamiyah, Medan - 1961.
6)        Berbagai Persoalan Tentang Kebudayaan Islam, Fa. Riza, Medan - 1965.
7)        Titik-titik Taut Antara Undang-Undang Dasar 1945 dan Hukum Islam (Thesis), Indera Lutfi, Medan - 1965.
8)        Prinsip-prinsip Ilmu Perdagangan dan Hukumnya, Pustaka Aman press, Kota Bharu - 1971.
9)        Dari Adam Sampai Muhammad, Pustaka Aman Press, Kota Bharu -  1976, 1979, 1984.
10)    Asas-asas Islam (terjemahan), Lembaga Karang Mengarang di YPTIK, Nilam Puri, Kota Bharu, 1977 ; The Holy Quran Publishing House, Damascus, 1977 – “ABIM”- Kota Bharu, 1980 ; “Dewan Pustaka Fajar”, Shah Alam, 1985.
11)    Dapatkah Manusia Mencabar Tuhan ?, Pustaka Aman Press, Kota Bharu 1979.
12)    Neraca Raya, Jilid I (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu 1977.
13)    Neraca Raya, Jilid II (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu, 1978.
14)    Tingkatan  Perjuangan Rasulullah S.A.W. : Perang Badar. Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Kelantan, Kota Bharu, 1983.
15)    Pencemaran Akidah di Nusantara, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1983.

16)    Aqidah Muslim (terjemahan), Pustaka Aman Press, Kota Bharu, 1985.

No comments:

Post a Comment