YakusaBlog- Ya, tidak berlebihan jika saya menyatakan novel yang sebentar lagi resmi beredar itu (Gadis Pembangkang) menjadi otokritik bagi siapa saja yang menyembah jabatan atau popularitas sebagai satu-satunya tujuan hidup. Apa arti sebuah kehormatan dan kekuasaan yang diperoleh dari menabrak aturan, atau dengan menelanjangi citra orang lain? "Gadis Pembangkang" ini, kita bisa tau dari mana lahirnya novel tersebut.
Mualimin Melawan, nama yang gemar menghantui manusia-manusia bejat, dedengkot tua yang gila hormat dan petinggi-petinggi Himpunan yang defisit akal dan akhlak.
Baca juga: Menunggu Rilisnya Novel Penyelamat HMI-Wati Dari Lelaki Berengsek
Saya rasa, lahirnya Novel "Gadis Pembangkang" yang digadang-gadang akan menggegerkan sebagian tubuh Himpunan itu tak terlepas dari realitas yang dirasakan oleh penulisnya.
Dalam sinopsi "Gadis Pembangkang", menggambarkan sebuah kenyataan di mana perempuan didekati, lalu dijadikan budak nafsu. Tidak salah jika kita sama-sama membenarkan bahwa cinta yang hanya mengejar payudara dan vagina hanya akan menjadikan perempuan sebagai binatang gembalaan lelaki yang mengejar selangkangan.
Sosok Mualimin, dalam sejarah diri saya bukanlah orang asing. Ia satu-satunya manusia yang menampar saya dengan makian sehingga pada akhirnya saya bisa menjadi seorang Instruktur di Himpunan (baca: HMI).
Perkenalan saya dengan penulis muda ini dimulai beberapa tahun silam. Kala itu, saya masih ingat, salah seorang senior satu komisariat mengajak saya untuk ikut dalam perjumpaan di sebuah minimarket di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Sampai tulisan ini saya ketik, saya dan Mualimin merupakan kawan perjuangan.
Lebih lanjut saya ingin katakan, Novel Gadis Pembangkang adalah karya kedua dari Mualimin, setelah sebelumnya pada 2016 pernah menulis buku yang berjudul "Demonstran Payah".
Baca juga: HMI-Wati Pemberontak Dalam Novel Gadis Pembangkang
Yang saya dapatkan dari setiap tulisan maupun buku yang ditulisnya, selalu ada argumen-argumen provokatif yang senantiasa mengajak pembaca untuk berpikir, merenung, dan bisa juga senyam-senyum mengiyakan isi tulisan tersebut. Mungkin juga tulisan-tulisannya bagai terompet Sangkakala bagi pejabat-pejabat bejat.
Saya membayangkan, novel Gadis Pembangkang menjadi salah satu buku yang dibutuhkan Kader HMI untuk merenovasi rumah tua yang kian hari makin menampakkan wajah bobrok dan reot. Bayangan itu pun berubah menjadi sebuah keharusan bagi setiap kader HMI, terkhusus bagi HMI-Wati.
Akhir kata saya ucapkan selamat Saudaraku, semoga dengan novel Gadis Pembangkang yang kau tuliskan dengan spirit penuh pembebasan ini mampu bermanfaat untuk pembangunan generasi kedepan, khususnya kaum perempuan di Indonesia.
Penulis : Syahrul Rizal (Sekretaris Umum HMI Cabang Jakarta Selatan, Panglima Tempur dan LAWAN INSTITUTE).
Ket. Gbr: Syahrul Rizal
No comments:
Post a Comment