YakusaBlog- Di antara kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mayoritas belum begitu
paham mengenai penamaan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam
(NDP HMI) yang disusun oleh tiga orang dengan tokoh utamanya adalah Nurcholish
Madjid (Cak Nur) dan kemudian Endang Saifuddin Anshari (ESA) bersama Sakieb
Mahmud untuk membantu Cak Nur.
Dalam sejarahnya, Cak Nur sendiri menceritakan bahwa NDP HMI berangkat dari
pengalaman perjalanannya di Timur Tengah, baik secara fisik maupun secara
pemikiran. Untuk lebih mengetahui terkait perjalanan Cak Nur sehingga menghasilkan
NDP HMI, silahkan Anda baca Latar Belakang Permusan NDP HMI.
Kembali kepada yang kita sebutkan di awal, banyaknya kader-kader HMI yang
belum mengetahui dan paham mengenai penamaan NDP HMI sehingga penafsirannyapun
salah mengenai penamaan NDP HMI. Bukan dari kalangan keluarga HMI saja, ada
beberapa orang juga yang salah menafsirkan NDP HMI karena salah memahami
sejarah penamaan NDP HMI. Akibat kesalahan-kesalahan itu memunculkan tuduhan
bahwa NDP HMI itu berbahaya untuk dipelajari. Karena penulisnya dikatakan orang
yang sekuler dan mereka mengatakan bahwa NDP HMI itu meniru paham sosialis.
Padahal tidaklah demikian.
Menurut saya ada beberapa faktor yang menyebabkan pandangan-pandangan itu
terjadi. Pertama, untuk kader-kader
HMI yang kita sebutkan tadi, terjadi karena kurangnya membaca teks NDP HMI dan
menganalisis Latar Belakang Perumusan NDP
HMI. Walau ada yang membacanya tapi hanya sekilas saja, kemudian lebih
memfokuskan pada bab-bab pembahasan NDP HMI. Hal itu memang tidak salah, tapi
kita tidak akan menemukan maksud dan tujuan NDP itu disusun oleh Cak Nur.
Sebenarnya pembahasan NDP HMI itu dapat kita temukan di berbagai sumber. Akan
tetapi, dari yang berserakan Cak Nur dapat menyusunnya sesuai dengan
dalil-dalil Al-Qur’an yang sifatnya universal. Sehingga dapat kita temukan
setiap pembahasannya berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an.
Kedua, untuk anggapan orang di luar dari HMI, dikarenakan melihat pada diri
pribadi Cak Nur di masa tuanya, bukan di masa saat-saat Cak Nur masih aktif di
PB HMI. Ada anggapan bahwa pemikiran Cak Nur itu terlalu bebas (liberal),
padahal tidak demikian. Ada juga kegagalan pihak luar yang tidak bisa
membedakan tulisan-tulisan atau pemikiran Cak Nur sebelum ia mendapatkan gelar
Doktor dari Chicago of University.
Selanjutnya, ada kesalahpahaman maksud Cak Nur atas sumber inspirasinya dalam
penamaan NDP HMI.
Sejarah Penamaan
NDP HMI
Sebagaimana dijelaskan oleh Cak Nur dalam Latar Belakang Perumusan NDP HMI, bahwa ia ingin menuliskan tentang
nilai-nilai dasar Islam yang menerangkan kesimpulannya dari perjalanan yang
macam-macam di Timur Tengah selama tiga bulan lebih. Cak Nur menceritakan
mengapa namanya NDP, dengan menuliskan:
“Saya ingin menceritakan, mengapa namanya NDP. Sebetulnya teman-teman pada
waktu itu dan saya sendiri berpikir untuk memberikan nama NDI, Nilai-Nilai
Dasar Islam, Akan tetapi setelah saya berpikir, kalau disebut Nilai-Nilai Dasar
Islam, maka klaim kita akan tertalu besar. Kita terlalu mengklaim inilah
Nilai-Nilai Dasar Islam. Oleh karena, lebih baik disesuaikan dengan aktivitas
kita sebagai mahasiswa. Lalu saya mendapatkan ilham dari beberapa sumber.
Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat Jerman yang
membikin buku, The Fundamental Values and
Basic Demand of Democratic Socialism. Nilai-Nilai Dasar dan
Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada “nilai-nilai dasar”.
Kemudian “perjuangan”-nya dari mana? Dan karya Syahrir mengenai ideologi
sosialisme Indonesia yang termuat dalam Perjuangan
Kita. Dan ternyata Syahrir juga tidak orisinal. Dia agaknya telah meniru
dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) itu. Kemudian saya bawa ke Malang, ke
Kongres IX, Mei 1969.” (PB HMI, Hasil-Hasil
Kongres HMI XXIX, Hal: 134)
Nah, apa yang dituliskan oleh Cak Nur menerangkan bahwa secara penamaan
terinspirasi dari bukunya Willy Eicher, dan Sjahrir (walau mengambil dari
Hitler). Di sinilah letak kesalahapahaman beberapa orang dengan mengatakan
bahwa NDP HMI terinspirasi atau beberapa pembahasan bersumber dari buku-buku
yang disebutkan tadi. Dapat kita tegaskan tidaklah demikian. Awalnya dia ingin
membuat namanya Nilai-Nilai Dasar Islam (NDI), tapi ia khawatir takut terlalu
besar mengklaim sebagai sumber Islam, sedangkan sudah jelas sumber Islam itu
dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Mari kita perhatikan kalimat pertamanya, “Saya ingin menceritakan, mengapa namanya
NDP.” Nah, Cak Nur menceritakan terkait masalah mengapa namanya NDP
(Nilai-Nilai Dasar Perjuangan). Lebih awal ia menegaskan hanya masalah nama.
Kemudian ia mendapatkannya dari bukunya Willy Eicher dan Sjahrir. Cak Nur pun
berkata: “saya mendapatkan ilham dari
beberapa sumber. Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial
Demokrat Jerman yang membikin buku, The Fundamental
Values and Basic Demand of Democratic Socialism. Nilai-Nilai Dasar dan
Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada “nilai-nilai dasar”. Kemudian “perjuangan”-nya dari mana? Dan karya Syahrir mengenai ideologi
sosialisme Indonesia yang termuat dalam Perjuangan
Kita.” kemudian ia menggabungkan kata-kata tersebut menjadi Nilai-Nilai
Dasar (dari kata Fundamental Values jika diterjemahkan ke Indonesia berbunyi “Nilai-Nilai Dasar”.) dan Perjuangan
(dari kata Perjuangan Kita, judul
bukunya Sjahrir yang meniru judul buku Adolf Hitler, Mein Kampf jika
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berbunyi: Perjuanganku).
Terkait masalah penamaan atau pemilihan kata bahkan kalimat tidaklah menjadi masalah
selama nama kata atau kalimat itu mengandung nilai-nilai yang positif.
Terkadang kita mengambil kata-kata atau nama untuk sesuatu dari bahasa asing
kemudian ditererjemahkan sesuai dengan bahasa yang kita miliki, atau memakai
bulat-bulat kata tersebut. Misalnya, kita memakai terminologi Syurga dalam bahasa Indonesia menjadi Surga. Kita memakai terminologi Latihan Dasar dari terjemahan
terminologi bahasa Inggris, Basic
Training. Dan banyak lainnya kita temukan dalam berbahasa sehari-hari dalam
kehidupan manusia ini, baik lewat lisan maupun tulisan.
Pembahasan
Bab-Bab NDP HMI
Selain kurang tepat memahami sejarah penamaan NDP HMI, ada juga yang salah
memahami sumber-sumber pembahasan dalam Bab-Bab NDP HMI. Akibat kesalahan yang
pertama tadi, maka muncullah kesalahan selanjutnya yang menganggap bahwa
pembahasan NDP HMI itu dari bukunya Sjahrir atau dari bukunya Willy Eicher.
Perlu sekali kita tegaskan tidaklah demikian. Dalam tulisan saya yang
sebelum-sebelumnya sedikit banyaknya telah saya kupas disana. Silahkan dilihat
dalam tulisan saya yang berjudul Iman atau Ilmu, Manakah Lebih Dahulu? Dan dalam tulisan yang lain yang berjudul Mengapa NDP HMI Itu Sangat Luar Biasa?.
Walaupun Cak Nur mengambil atau meniru dari nama-nama buku yang kita sebutkan
di atas tadi, tapi Cak Nur tidak mengutip apa-apa yang menjadi pembahasan atau
ide-ide sosialisme di dalamnya. Akan tetapi, Cak Nur menyusunnya dengan
perspektif ajaran Islam sesuai pembahasan pada Bab-Bab NDP HMI.
Setiap Cak Nur membicarakan terkati tema-teman pembahasan ia melengkapi
atau menerangkan landasannya dari mana ia ambil. Ia tidak pernah melepaskan
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits dari setiap penjelasan. Jika kita baca bukunya
Sjahrir yang berjudul Pejuangan Kita,
jelas sekali perbedaan antara isi pembahasan NDP HMI dengan isi pembahasan buku
Perjuangan Kita dari Sjahrir. Jika pun
ada yang sama, itu artinya bahwa ajaran Islam benar sempurna, bukan hanya
membahas sholat dan ibadah formil lainnya.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Cak Nur hanya mengambil nama dari
judul-judul buku lain yang sesuai dengan konteks pembahasan yang ia buat dan
sesuai dengan siapa yang akan mengkonsumsinya, tentunya dia adalah mahasiswa
Islam yang bertugas untuk memperjuangkan apa-apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Lebih lanjut dapat dibaca teks NDP HMI.[]
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
No comments:
Post a Comment