YakusaBlog- Beberapa tahun belakangan ini, banyak kabar berita, baik lewat media sosial
online ataupun berita dari mulut ke
mulut, membicarakan terkait pemikiran kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) saat ini. Banyak kalangan, baik dari dalam HMI (Alumni) dan dari luar
HMI, sudah mulai meragukan pemikiran kader-kader HMI saat ini. Mereka mulai
meragukan perkaderan HMI atau bahkan mencurigainya. Hal ini harus kita akui,
saat ini banyak kalangan yang lebih kecewa pada kader-kader HMI saat ini, yang
tidak bisa meneruskan dan atau mempertahankan garis perjuangan yang pernah
ditoterahkan oleh pendahulu-pendahulu HMI.
Banyak muncul stigma masyarakat bahwa beberapa kader HMI telah terpengaruh
dan terbawa arus paham liberalisme, sekularisme, bahkan lebih parah lagi
terpengaruh oleh ideologi komunisme dan Marxisme. Stigma itu muncul bukan tanpa
sebab. Tentunya karena ada yang dilihat dari perilaku kader-kader HMI saat ini,
begitu juga dalam pola pemikirannya. Alhasil itu semua, yang pertama diragukan
adalah sistem perkaderan HMI.
Melihat fenomena kader-kader HMI saat ini, dan beberapa tahun belakangan
ini, kader-kader kita sering latah. Maksud saya adalah, di HMI memang kita
mempelajari segalanya tanpa ada batas dan tanpa ada larangan. Tujuan untuk
mempalajari segalanya, termasuk mempelajari ideologi komunis, adalah supaya
kita mengetahui dan tidak terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang bertentangan
dengan ajaran Islam. akibat dari sifat kelatahan beberapa kader HMI saat ini,
ia pun dengan bangganya membela ideologi-ideologi yang bertentangan dengan
ajaran agama Islam. bahkan ada yang mengawinkan Islam dengan komunis dengan
landasan historis orang-orang agamawan di Indonesia yang masuk Sarekat Islam
Merah, H. Misbach. Kelompok ini pun mengatakan bahwa komunis tidan bertentangan
dengan Islam.
Baca juga: Menjaga Kader HMI Dari Paham Sesat
Saya pernah menemukan beberapa kader HMI bangga dengan teori-teori aliran
komunisme daripada teori yang ada dalam agama Islam. Mereka menganggap bahwa
ajaran Islam tidak mampu menjawab permasalahan yang ada. Akibat dari
mengagungkan teori-teori komunisme sehingga mereka mengkultuskan si pencetus
teori, katakanlah itu Karl Marx, Engels, Lenin, Stalin, Mao Zedong dan yang
lainnya. Menurut saya, kader-kader yang seperti ini hanya memahami Islam secara
syariat saja atau bersifat fiqiyah. Padahal ajaran itu sangat luas untuk
membahasa seluruh isi dunia ini hingga akhir kelak nanti.
Sifat latah. Ya, demikian yang saya sebutkan di atas tadi. Maksud saya
adalah, ada beberapa kader HMI, baru sekali selesai membaca toeri-teori kiri
(baca: komunisme), seperti membaca Das Kapitalnya Marx, Manifesto Partai
Komunis, yang ditulis Karl Marx dan Engels, bukunya Tan Malaka, dan buku-buku
komunis lainnya, seorang kader tersebut langsung mengaminkan tanpa terlebih
dahulu menganalisisnya, membandingkannya dan membuktikan teori-teori sesat
tersebut.
Akibat dari sifat kelatahan tersebut, membuat seorang kader HMI menjadi
terpengaruh dan perlahan-lahan mulai berani mengatakan atu mengawinkan bahwa
komunisme tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan ada yang lebih ekstrim dan
lebih sesat lagi, seorang kader tersebut mulai membuang ajaran agamanya dan
menggantikannya dengan ajaran ideologi komunisme yang sesat itu.
Baca juga: 5 Konsep Pemahaman Dasar Ber-HMI
Inilah yang saya maksudkan sebagai kader-kader “semangka”. Di luarnya hijau
(kader HMI secara formal dan beragama Islam) tapi, isi pemikirannya merah
(ideologi komunis). Jika pun ada yang menyangkalnya bahwa semangka itu tidak
hanya berwarna merah, tapi ada juga yang berwarna kuning, ya, saya dapat
mengatakannya bahwa, ia seorang kader HMI (warnanya saja) tapi dalamnya sudah
terkontaminasi dan ikut partai politik Gol*** yang berwarna kuning, atau ikut
partai politik yang lain. Untuk itu, yang terpenting adalah, janganlah kita
sebagai seorang kader menjadi kader “semangka”.[]
Baca juga: Bukan Sekedar Ber-HMI
Penulis: Ibnu Arsib
Instruktur HMI Cabang Medan
Ket.gbr: Net/Ilustrasi
Sumber gbr: https://www.deviantart.com/
No comments:
Post a Comment